12. Ide Cemerlang

~Happy Reading~

"Aku harus mengalihkan perhatianmu agar kamu sadar bahwa di dunia ini bukan hanya dirimu yang sempurna"

__________


DI Kamarnya Maudy sedang merasa sangat kesal, ia berusaha mencari cara agar guru lesnya si Andra itu bisa berhenti mengajar. Sungguh Maudy tidak tahan dengan sikap dan sifat pria itu. Tapi bagaimana caranya? Supaya Andra berhenti mengajar, sedangkan menurut penuturan sang Mama. Maudy akan menjalani lesnya selama enam bulan, kalau begini bisakah ia bertahan dalam waktu yang cukup lama itu. Dalam seminggu saja ada tiga kali pertemuan yaitu di hari Selasa, Kamis dan hari Sabtu sedangkan hari ini baru pertemuan ketiganya.

Maudy berpikir cara apakah yang sekiranya cocok untuk membuat guru lesnya tidak betah mengajar. Ia tidak bisa membayangkan belajar dengan Andra selama enam bulan, bahkan baru seminggu saja membuatnya sudah begitu kesal.

"Bil, lo ada cara nggak sih buat ngerjain si Andra? Gue udah bete banget deh," ujar Maudy. Ia mendekat ke arah Nabila yang sedang fokus dengan notebook-nya, karena mendapat tugas bahasa indonesia untuk meresensi sebuah novel sastra.

"Ngerjain gimana sih?" Nabila bertanya bingung lalu menengok kea rah Maudy sebentar.

"Ya ngerjain apa gitu, biar dia nggak betah ngajar gue les." Maudy menerangkan.

"Nikmatin aja sih Ody, katanya Andra ganteng." Nabila berkomentar, matanya tetap focus pada layar notebook.

"Ganteng sih ganteng kalau nyebelin buat apa?" Maudy kesal.

"Nanti juga naksir lo," ledek Nabila.

Maudy semakin kesal, percuma saja meminta saran dari Nabila. Sahabatnya bahkan tidak memberikan apapun yang bisa membantunya. Nabila memang belum pernah bertemu dengan Andra. Selama ini ia hanya mendengarkan cerita dari Maudy, jadi belum bisa menyimpulkan apakah guru les Maudy semenyebalkan yang diceritakan oleh sahabatnya itu.

"Oh iya Bil, lo tau nggak ternyata Andra itu cowok yang di toko buku." Maudy berhenti bicara lalu mengambil air mineral di atas meja. "Dia yang nganter gue sampe halte waktu itu." Maudy melanjutkan kalimatnya.

"Apa?" Nabila terkejut saat mendengarkan cerita dari sahabatnya itu. "Serius lo? Wah bener, terbukti kata-kata gue waktu itu," kata Nabila.

"Kata-kata lo yang mana?"

"Waktu itu gue pernah bilang, kalau jodoh lo bakal ketemu lagi sama cowok yang di toko buku itu and see kebukti kan." Nabila mengedipkan sebelah matanya.

"Ish jodoh apaan sih, nggak mau gue sama cowok nyebelin kayak dia."

"Jangan ngomong gitu kalau nanti lo jatuh cinta nggak bisa berkutik lo." Nabila tersenyum penuh arti. Maudy semakin tidak mengerti apa yang dikatakan Nabila soal jodoh, bisa-bisanya sahabatnya itu mengaitkan pertemuannya dengan Andra sebagai jodoh.

Maudy ingin membuktikan kalau ia bisa belajar tanpa dibantu oleh seorang guru les, apalagi guru lesnya seperti Andra. Pria itu selalu menanggap dirinya seolah sempurna, Maudy tidak ingin pikirannya di penuhi oleh nasehat dari Andra.

Andra selalu mengatur apapun yang dilakukan Maudy, seolah dirinya paling benar. Pria itu juga selalu meminta Maudy menjadi orang yang lebih dewasa, meski Maudy masih anak SMA tidak ada salahnya bersikap lebih bijak. Yah walaupun semua itu memang tidak salah, tapi Maudy tidak suka dengan sikap sok bijak Andra.

"Oh iya besok gue ada les, kalau lo ke sini bisa nggak? Kenalan sama Andra biar lo tau dia kayak gimana oranganya," pinta Maudy.

"Yaudah besok pulang dari butik gue ke sini deh," sahut Nabila.

***

Hari ini Maudy mengikuti ekskul, akan ada gladi bersih untuk memaksimalkan latihan paduan suara mereka serta mempersiapkan semua yang akan dibutuhkan untuk acara perlombaan yang akan mereka ikuti hari Sabtu besok.

Maudy merasa ia sudah siap untuk perlombaan besok, ia melihat jam tangannya sebentar lagi jadwal lesnya. Kalau sampai ia terlambat bisa dapat hukuman dari si Andra dan ia tidak mau itu terjadi. Masalahnya pria itu pasti akan menganggap Maudy tidak bisa memanfaatkan waktu dengan baik, dan itu akan semakin membuatnya menjadi orang yang paling benar di dunia.

Akhirnya Maudy meminta izin untuk pulang lebih awal di banding dengan teman-temannya yang lain. "Kak, gue pulang duluan gak apa-apa kan?" Maudy menemui Intan.

"Lo udah maksimal latihannya?" Intan mencoba memastikan.

"Gue yakin, gue bisa. Sorry nggak bisa ikut latihan sampai selesai gue ada les. Sekarang gue harus bisa bagi waktu biar semuanya balance," kata Maudy sambil memasukkan script ke dalam tasnya.

"Oke gue percaya, lo pasti bisa." Intan berkata yakin lalu menepuk pundak gadis itu, seolah memberi semangat pada Maudy.

Sebelumnya Maudy sudah menceritakan, alasan selama ini sering izin di tengah jam latihan. Jadwal ekskulnya sering bentrok dengan jadwal les, terkadang Maudy pusing sendiri namun seiring waktu berjalan ia mulai terbiasa. Begitu Intan tahu nilai Maudy turun dan harus ikut les, ia merasa iba terhadap Maudy. Toh semua itu karena Maudy begitu menyukai paduan suara dan kurang bisa membagi waktu belajarnya.

Maudy keluar dari ruangan ekskul, matanya mengedarkan pandangan mencari sosok Rey. Cowok itu sudah berjanji akan mengantar Maudy pulang hari ini. Maudy dan Rey sekarang memang sudah akrab berteman, ya hanya berteman tidak lebih dari itu. Memang itu yang diinginkan Maudy dan Rey menghargai keputusannya.

Rey Bastian

Di mana lo?

Jadi nggak nganter gue pulang?

Iya sebentar Yang

Gue ganti baju dulu baru selesai latihan basket

Buruan!

Gue ada les nih

Sabar dong Yang

Udah nggak kuat ya pengin ketemu sama gue :))

Maudy tidak merespon pesan terakhir dari Rey, bisa-bisanya cowok itu bercanda. Tidak tahu apa sekarang Maudy sangat cemas kalau telat sampai rumah. Selang beberapa menit Rey menghampiri Maudy dengan motornya. Rey langsung memberikan helmnya pada gadis itu.

"Kenapa sih Yang, kayaknya cemas banget?" Rey bertanya dengan wajah santai.

"Gue takut telat, soalnya ada les hari ini." Maudy menjawab.

"Tenang aja lo nggak bakal telat ada gue, lo tinggal pegangan aja yg kuat." Rey tersenyum.

"Serius dong Rey dari tadi bercanda terus, nggak liat apa gue lagi bête." Maudy semakin kesal.

"Lagian guru les lo bisa nunggu kan, ngajarnya di rumah bukan di sekolahan kok santai aja."

"Guru les gue nyebelin lebih nyebelin dapipada lo, Rey."

"Ya ampun memang gue semenyebalkan itu? Ya udah naik yuk nanti telat lo caci maki gue lagi," perintah Rey.

Maudy masih berdiri sambil kesulitan memasangkan helmnya. Rey tersenyum melihatnya, ia sudah mengenal Maudy si gadis gengsi.

"Kalau nggak bisa minta tolong dong, jangan gengsi." Lalu dengan telaten Rey membantu Maudy memasang helm.

Maudy naik ke motor Rey, lalu cowok itu menjalankan motornya dengan kecepatan penuh. Hal itu membuat Maudy mengencangkan pegangan ke pinggang Rey, lebih tepatnya ke jaket Rey. Setelah menembus kemacetan di jalan raya, akhirnya sampai juga di kediaman Maudy. Gadis itu turun dari motor, namun ketika kakinya akan melangkah memasuki gerbang rumah, Rey menahannya.

"Tunggu Yang, ongkosnya mana?"Maudy mengerutkan keningnya.

"Tukang ojek lo? Jadi lo nggak ikhlas nganter gue pulang?" Maudy bertanya menyelidik.

"Bukan gitu Yang, tapi si item belum minum kasihan dia." Rey menjawab dengan wajah memelas. Maudy menghembuskan napas panjang melihat kelakuan Rey, ia tahu Rey bukan orang yang kekurangan uang hanya saja ia sangat irit atau malah pelit.

"Ya udah nih." Maudy memberikan uang lima ribu. Rey tahu Maudy bukan orang yang pelit malah sangat royal, apalagi pada teman dekatnya maka dari itu Rey berani minta uang pada Maudy. Walaupun pada umumnya tidak ada pria yang meminta uang pada seorang gadis, namun dalam kamus Rey itu semua tidak berlaku.

"Kurang Yang," seru Rey sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Ini pasti cukup dong." Maudy memberikan uang sepuluh ribu, Rey terlihat senang.

"lo kan dapet uang jajan tiap hari ke mana uangnya? Atau lo jalan sama dedek gemes ya?" Selidik Maudy.

"Nggak Yang, nggak ada yg lebih gemes dari lo. Kemarin si item ngambek jadi gue bawa ke bengkel lumayan jajannya banyak Yang." Rey menjelaskan, Maudy hanya membalas dengan anggukkan.

Tak lama Andra datang dan behenti tepat di depan mereka. Lalu Maudy memberikan instruksi agar Rey segera pulang.

"Ya udah Yang, gue balik ya."

"Iya thanks ya, hati-hati lo."

Maudy membukakan pintu gerbang untuk Andra agar pria itu bisa masuk, setelah mematikan mesin motornya ia turun dan masuk ke rumah bersama Maudy.

"Kamu baru pulang?" Andra berjalan di belakang Maudy.

"Saya ganti baju dulu ya," izin Maudy.

"Oke lima menit ya," ujarnya, Maudy memicingkan matanya.

"Kenapa? Lima menit kelamaan oke dua menit," kata Andra, kemudian ia duduk di atas sofa.

"Fine, tunggu lima menit." Maudy langsung berlari menuju kamarnya untuk ganti baju.

"Gila ya tuh guru les, ganti baju aja harus di kasih waktu." Maudy merutuk sambil mengambil baju di dalam lemari.

Setelah berganti baju dengan kaos hitam dan celana selututnya, Maudy pergi ke dapur.

"Mbak, bikinin lemon tea ice ya dua. Mama ke mana Mbak?"

"Tadi ke rumah tetangga sebelah, katanya mau nanya resep kue sus." Maudy mengangguk, akhir-akhir ini sang Mama sedang asyik membuat berbagai macam cake.

Maudy sudah duduk lesehan dengan Andra di tempat biasa mereka belajar.

"Soal yang kemarin sudah selesai?" Andra bertanya, saat melihat Maudy sudah siap belajar. Lalu Maudy menyerahkan hasilnya kepada Andra.

"Saya periksa dulu ya," kata Andra. Maudy hanya mengangguk. Sementara Andra memeriksa hasil PR Maudy, ia mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol dial pada layar tanpa di ketahui oleh Andra. Tapi tidak ada suara ponsel yang berbunyi, sepertinya pria ini menggunakan nada silent ketika mengajar.

Ah Maudy frustasi karena tidak bisa mengganggu Andra ketika sedang mengajar. Ia memang sudah merencanakan niatnya ini untuk mengalihkan perhatian Andra saat mengajar dengan cara missed call ke ponsel pria itu, menggunakan private number. Maudy mendapatkan nomor pria itu dari mamanya semalam. Memang cara ini terlihat norak, tapi ia tidak peduli apapun akan Maudy lakukan asal Andra bisa cepat selesai mengajarnya.

Tapikalau ponsel Andra di silent begini, bagaimana caranya agar pria ituhilang konsentrasi saat mengajar.

"Hasil kamu hampir sempurna, cuma ada yang kuranglengkap aja." Andra mengomentari hasilnya, sesaat membuatMaudy tersentak dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celananya.


"Oh be .. gitu," jawab Maudy gugup. Andra melihat gerak-gerik Maudy yang terlihat mencurigakan, namun ia kembali fokus dengan materi yang ia berikan.

"Sekarang kita belajar kimia ya," kata Andra, kemudian ia menjelaskan pembahasan seputar kimia.

Waktu menunjukkan pukul enam sore dan Nabila tiba di rumah Maudy, seperti janjinya waktu itu. Nabila berniat untuk kenalan dengan Andra.

"Hai Ody, masih les ya?" Nabila menyapa, Andra masih sibuk memeriksa hasil pekerjaan Maudy yang tadi ia berikan.

"Hai Bil, kenalin nih Andra. Andra ini kenalin sahabat saya Nabila," kata Maudy memperkenalkan keduanya.

"Nabila."

"Andra."

Nabila ikut duduk lesehan bersama mereka, memerhatikan kegiatan les Maudy.

"Aku manggil kamu itu Mas, kakak atau apa ya?" Tiba-tiba Nabila bertanya.

"Cukup panggil Andra, sepertinya umur saya tidak terlalu jauh dengan kalian," Jawab Andra.

"Memangnya umur kamu berapa?" Nabila kembali mengajukan pertanyaan.

"Dua puluh tiga tahun." katanya, matanya tak lepas dari catatan yang sedang diperiksanya.

"Masih muda ya tapi udah ngajar les. Kamu keren," puji Nabila. Sementara Nabila sedang melakukan tanya jawab dengan Andra, Maudy beranjak pergi.

"Saya ke toilet sebentar ya," kata Maudy, Andra mengangguk setuju.

Bukannya ke toilet, Maudy malah duduk di ruang televisi sambil memainkan kembali ponselnya dan melanjutkan aksinya men-dial nomor Andra. Biar saja di silent, nanti begitu di buka sudah banyak panggilan tak terjawab pikirnya.

Maudy kembali duduk bersama Nabila dan Andra, kemudian Andra menyerahkan hasil pekerjaan Maudy yang telah ia periksa.

"Oke yang ini juga hasilnya bagus karena ini baru dasar ya, kamu jangan ketuker juga sama rumus alkana dan rumus alkena," ujar Andra menatap gadis itu.

"Oke," sahut Maudy singkat.

Tak terasa waktu mengajar Andra habis, mungkin karena Nabila ikut bergabung sesekali bertanya pada Andra. Jadi waktu terasa sangat cepat, coba saja kalau hanya berdua dengan guru lesnya itu Maudy akan merasa sangat bosan.

"Oh iya hari Sabtu kamu nggak usah datang ya! Saya ada lomba paduan suara kemungkinan pulang sore takut kemalaman." Maudy memberitahukan perihal lombanya.

"Oh begitu, lombanya di mana?" Maudy mengira kalau Andra tidak akan tertarik pada kegiatannya, namun ternyata ia bertanya.

"Di Pemda, lomba tingkat provinsi."

"Andra kalau mau lihat Maudy ikut aja, aku juga mau ikut." Nabila berkata sontak mendapat pelototan dari Maudy.

"Ya sudah nanti saya kabarin kalau bisa ikut," jawab Andra lalu disambut senyuman dari Nabila.

"Nah gitu dong," kata Nabila. Kemudian Andra pamit pulang, Maudy dan Nabilamengantar sampai ke depan rumah.

***

T
B
C

See you next chapter

Suliz ^_^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top