11. Kesan Pertama
~Happy Reading~
"Make a good first impression"
__________
WAKTU menunjukkan pukul tiga lebih tiga puluh menit. Maudy masih bermalas-malasan sambil tiduran di atas kasur kesayangannya, dengan membaca majalah fashion Minggu ini.
"Ody, siap-siap sayang sebentar lagi jam empat guru les kamu akan datang!" Manda masuk ke kamar Maudy untuk mengingatkan sang anak perihal jadwal lesnya.
"Iya Mah," Jawab Maudy dengan nada malas lalu bangun dan duduk. Sang Mama menyadari sifat anaknya kemudian duduk merapat di sebelahnya.
"Tunjukkan kesan pertama yang baik ya sayang, jangan jadi murid menyebalkan oke!" Sambil mengelus punggung Maudy dengan penuh kelembutan.
"Iya Mamaku sayang," jawab Maudy setengah hati.
"Mama mau ke rumah Tante Sophie dulu, kalo Andra datang kamu buatin minum ya! Soalnya Mbak Ratna lagi ke mini market, oke sayang Mama jalan ya."
"Iya Mah, hati-hati di jalan." Maudy berkata sambil melambaikan tangan kea rah sang Mama.
"Smile," bisik sang Mama menyembul di balik pintu. Maudy pun memberikan senyum yang dipaksa.
"Ke mana itu guru les? Katanya kredibel, ini udah jam empat lewat lima belas menit tapi belum datang sih. Wah unbelieveable," kesal Maudy. Ia masih mondar-mandir di dalam kamarnya kesal, menunggu guru lesnya datang.
Tak lama kemudian, Maudy mendengar suara motor berhenti tepat di depan rumahnya, sebelum turun dan membuka pintu ia mengintip lewat jendela kamarnya. Maudy ingin tahu seperti apa sosok guru lesnya, oke atau tidak.
"Apa itu orangnya?" Maudy begitu penasaran, lalu ia kembali mengintip tapi tidak terlihat jelas karena tepat saat itu sang pria sudah mengetuk pintu rumahnya. Mau tak mau, ia harus membuka pintu karena tidak ada orang di rumah.
AkhirnyaMaudy membuka pintu rumahnya. Dan ia terdiam, saat melihat pria di hadapannyaitu. Maudy menatap pria itu dari atas sampai ke bawah, membuat sang priatersenyum seketika dengan tingkah Maudy. Kemudian pria itu memegang kepalanyaseperti mencoba mengingat sesuatu. Tidak hanya pria itu, Maudy pun seperti teringatsebuah kejadian yang sudah terjadi saat melihat pria ini. Ia seperti mengenalpria yang kini ada di depan matanya.
"Kamu," ucap mereka bersamaan.
Akhirnya Maudy mendapat ingatnannya tentang pria ini. "Kamu kan cowok mulut cabe itu ya?" Ia langsung menutup mulut dengan kedua tangannya, saat tersadar sudah mengatakan hal tersebut. Jelas pria itu mendengar perkataan Maudy, namun ia hanya tersenyum tipis menatap gadis itu lalu bertanya.
"Sebelumnya boleh saya masuk dulu?"
"Oh iya, silahkan masuk!" Maudy melebarkan daun pintu, karena sejak tadi ia belum mempersilahkan pria itu masuk ke dalam rumah. Lalu ia menyuruh pria itu duduk di ruang tamu.
"Jadi kamu yang bernama Maudy? Saya Andra guru les yang diminta ibu Manda untuk mengajar di sini." Pria itu menjelaskan sambil mengulurkan tangan kepada Maudy lalu langsung disambut oleh gadis itu.
"Jadi kamu ynag akan jadi murid les saya?" Pria itu bertanya.
"Memangnya kalau saya kenapa?" Maudy balik bertanya dan menatap Andra.
"Ya nggak apa-apa sih," jawab Andra.
"Oh jadi kamu guru les itu, bukannya jadwal mengajar kamu jam empat ya? Lihat nih udah jam berapa? Kamu telat lima belas menit tau." Maudy berkomentar pedas, mencoba mempertanyakan alas an pria itu datang terlamabat.
"Soal keterlambatan, saya minta maaf. Tadi saya ada keperluan mendadak di kampus, sebelumnya juga saya sudah menghubungi Ibu Manda dan beliau bilang tidak masalah." Andra menjelaskan sambil tersenyum, membuat Maudy kesal hanya di dalam hati. Bisa-bisanya pria itu tersenyum seperti tidak ada rasa bersalah, lagipula bukankah sewaktu di took buku pria ini jutek ya. Kenapa sekarang senang sekali tersenyum? Maudy dengan segala pemikirannya masih berusaha mencerna.
"Saya cuma mau memastikan pendapat orang lain soal kredibilitas kamu yang katanya baik itu, tapi kesan pertama kamu di mata saya belum sempurna tuh." Maudy mengungkapkan pendapatnya sedikit menyindir pria itu.
"Saya minta maaf kalau kesan pertama saya kurang baik di mata kamu. Tapi untuk kredibilitas saya, bisa kamu buktikan nanti, saat saya mengajar sampai kamu mendapatkan nilai yang sempurna." Andra membalas ucapan Maudy, dengan menekan kata 'sempurna' dan secara tidak langsung pria ini menyerang balik gadis itu.
"Baiklah kita lihat nanti, oke kamu mau minum apa Bapak Andra?" Maudy bertanya sambil melihat ke arah Andra alhasil keduanya saling berpandangan.
"Memangnya saya setua itu kamu panggil Bapak? Cukup panggil saya Andra, sepertinya umur kita tidak terlalu jauh berbeda," ungkapnya, sambil memberikan senyuman namun sulit untuk diartikan maksudnya oleh Maudy.
Maudy segera berjalan menuju dapur sambil terus mengatur detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya.
Ini cowok senyum terus, lagi iklan pasta gigi kali ya?
"Minuman apa saja saya suka," ujar Andra. Ia sedikit berteriak karena Maudy sudah menghilang dari pandangannya.
Andra tersenyum melihat tingkah Maudy barusan, baru kali ini ia melihat sosok gadis cantik tapi bermulut pedas. Sejak melihat gadis itu di toko buku, Andra sudah merasa tertarik, bukan tertarik menyukai lawan jenis. Tapi, tertarik menggoda gadis itu karena sifatnya yang jutek. Bukankah Maudy punya sifat sama dengan dirinya?
Maudy kembali dengan membawa dua lemon tea ice untuk mereka berdua, dengan hati-hati ia menaruhnya di atas meja. Sedangkan Andra sudah menyiapkan beberapa buku yang akan menjadi bahan ajaran untuk Maudy.
"Oke kamu sudah siap belajar Maudy?" Andra betanya saat gadis itu sudah duduk di sebelahnya. Maudy hanya mengagguk. "Kita mulai dari pelajaran matematika dulu ya atau kamu mau pilih?" Andra bertanya kembali.
"Bukannya kamu guru lesnya, kok malah nanya. Saya sih ikut aja kamu mau ngajarin apa dulu. It's okay," sinis Maudy sambil memainkan ponselnya. Andra hanya tersenyum tipis melihat tingkah gadis itu, lalu pria itu kemudian mengambil ponsel Maudy dan menyimpan di dalam sakunya.
"Mulai sekarang setiap belajar sama saya, kamu tidak boleh main ponsel oke!" Andra memberi perintah tegas.
"Apaan sih, itu kan barang privasi nggak ada hubungannya sama pelajaran?" Maudy membantah ucapan Andra.
"Memang nggak ada hubungannya sama pelajaran, tapi barang pribadi kamu mengganggu kinerja saya Maudy." Andra menjawab sambil menatap tajam ke arah Maudy. Namun, sesaat gadis itu melemparkan pandanganya ke arah lain.
"Kita mulai saja pelajarannya ya. Saya jelasin dulu nanti saya kasih kamu soal - soal" Andra menjelaskan dan Maudy menyimak.
Maudy hendak menjawab dan menyanggah ucapan Andra lagi, namun niatnya ia urungkan karena teringat pesan sang Mama padanya. Maudy pasrah memang Andra punya senyum yang memikat, tapi kalau sudah bersikap tegas seperti ini, image-nya di mata Maudy berubah jadi menyebalkan dan fixed Maudy benci.
Untuk sikap Andra memang Maudy kurang menyukainya apalagi sikap tegas dan disiplin Andra yang seperti tadi. Tapi, di luar itu semua cara Andra memberikan penjelasan materi sangat menyenangkan dan lebih jelas dibanding guru-guru yang ada di sekolahnya.
Andra selalu mempunyai cara yang lebih mudah ketika mengerjakan soal-soal matematika dan itu menjadi pelajaran baru untuknya. Cara yang digunakan tidak berbelit-belit dan langsung kepada intinya.
Maudy memang tidak pernah main-main untuk urusan pelajaran, tidak salah bila selama ini ia selalu mendapatkan juara umum dari waktu ke waktu.
"Ibu Manda bilang kamu selalu dapat juara umum? Kenapa tiba-tiba nilai kamu bisa turun?" Andra melemparkan pertanyaan. Lalu ia mengambil gelas lemon tea ice miliknya, untuk menghilangkan dahaga selama mengajar.
"Sibuk ekskul," jawab Maudy singkat.
"Ikut ekskul apa, sampai bikin nilai kamu turun?" Andra kembali bertanyadengan kritis.
"Kepo deh." Maudy menjawab dengan nada juteknya. Ia masih menulis beberapa note yang Andra berikan tadi untuk soal latihan berikutnya.
Bukannya marah mendengar jawaban dari Maudy, pria itu malah tertawa dan itu membuat Maudy bertanya-tanya. Menurut Maudy ucapannya tidak mengandung unsur komedi atau lawak dan lainnya, lalu kenapa Andra malah tertawa.
"Perasaan nggak ada hal yang lucu deh," sahut Maudy masih memerhatikan ekspresi pria itu, yang seperti akan mengeluarkan kata-kata kembali.
"Istilah kamu itu lho yang lucu, anak zaman sekarang banget deh. Ditanya serius malah jawabnya begitu, kalau ada yang bertanya sebaiknya kamu menjawab dengan benar, Maudy!" Andra mencoba memberi saran yang menurut Maudy tidak penting, karena ia juga sudah tahu akan hal itu dan tidak perlu mendapatkan saran darinya.
"Kamu itu guru les atau motivator sih? Mau saya anak zaman now atau anak zaman dulu terserah dong, urusan kamu sama saya itu cuma guru les dan muridnya." Maudy sedikit emosi mengatakannya, membuat Andra menggeleng-gelengkan kepalanya. Namun, kemudian ia meminta maaf karena tidak ingin Maudy terlihat kesal dan hilang semangat belajarnya.
"Oke saya minta maaf kalau kata-kata saya kurang berkenan buat kamu."
"Iya saya maafin," jawabnya singkat. Maudy kembali mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh Andra.
Tak terasa sudah jam tujuh malam artinya pelajaran les Maudy Selesai, kemudian Andra pamit.
"Ini ponsel kamu." Andra memberikan ponsel Maudy yang tadi ia sita.
"Makasih," jawab Maudy cepat.
"Andra sudah mau pulang ya?" Manda bertanya saat Andra sudah merapikan buku-buku miliknya.
"Iya Bu Manda, waktu belajarnya sudah habis." Andra menjawab sopan.
"Makan dulu yuk! Oh iya panggil saya Tante aja ya kalau Ibu kurang gaul," ujar Manda sambil tertawa. Andra hanya mengangguk tanda mengerti.
"Mohon maaf sebelumnya, tapi saya sudah janji makan malam di rumah bersama keluarga saya." Andra menolak secara halus.
"Oh begitu, ya sudah tapi lain kali harus mau ya makan di sini sama Maudy juga." Manda melirik sekilas ke arah Maudy yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
"Saya pamit ya Tante Manda, Maudy." Andra pamit, lalu segera menuju ke arah pintu keluar diikuti Manda.
"Hati-hati ya Andra," ujar Manda sambil melambaikan tangan, sedangkan Maudy hanya melihat sekilas ke arah luar. Andra mengangguk lalu pergi.
***
Jangan lupa voment ya
Salam sayang dari Maudy dan Andra :)
Suliz ^_^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top