You
"Aku tidak yakin hari ini akan menyenangkan untukmu, tapi aku berharap tidak terjadi sesuatu yang akan memicu emosiku nanti," ujar Jamie ketika Jared hendak melepaskan sabuk pengaman dari tubuhnya.
Jared hanya mengulum senyum tipis.
"Apa kau benar-benar sekhawatir itu padaku?" Jared menanggapinya dengan ejekan.
"Tidak juga. Aku hanya ingin menjaga suasana hatiku. Itu saja," balas Jamie tak ingin kalah dari saudaranya.
Jared tersenyum miring. Entah apa yang membuatnya begitu berbeda dari Jamie.
Cowok itu bergegas keluar dari mobil Jamie dan tanpa melambaikan tangan, ia berjalan ke arah pintu gerbang kampus dengan langkah tenang. Mentalnya sudah siap sejak kemarin. Apapun yang dipikirkan oleh orang lain tentang dirinya, Jared bertekad tak ingin ambil pusing.
Tapi bagaimana kalau mereka melakukan perundungan seperti waktu itu pada Jared?
Secara fisik, bagi Jared bukan masalah. Dianiaya sedemikian rupa pun tidak akan menimbulkan rasa sakit untuknya. Goresan luka juga akan sembuh dalam waktu tiga hari. Paling-paling pakaian yang menempel di tubuh Jared yang akan menjadi korban. Pasca terjadi perundungan di hari itu Jared membuang seluruh pakaiannya ke tong sampah dan membakarnya. Sebagai gantinya Jamie membelikan pakaian baru untuk Jared, tentu saja sesuai dengan selera fesyen Jamie.
Kita lihat saja nanti, batin Jared ketika langkah-langkahnya mulai menapaki lantai koridor. Beberapa mahasiswi yang kebetulan berpapasan dengannya sempat melempar tatapan yang sulit untuk diartikan Jared. Namun, hanya sebentar. Mereka hanya menatap Jared sekilas lalu mengabaikannya seperti biasa. Baru setelah agak jauh, mereka mulai berbisik satu sama lain.
"Apa kau percaya kalau dia vampir?"
Salah seorang dari gadis-gadis itu mulai berbisik usai melirik ke belakang, setelah jarak di antara mereka dan Jared tidak memungkinkan untuk bisa saling mencuri dengar.
"Tidak."
"Aku juga tidak. Siapa yang akan percaya kalau vampir benar-benar ada di dunia ini?"
"Lagipula mana ada vampir berkeliaran di tengah-tengah manusia seperti kita? Selama ini hidup kita baik-baik saja, kan? Apa kalian pernah mendengar ada pembunuhan misterius semisal korban yang digigit lehernya lalu diisap darahnya? Tidak, kan?"
"Aku yakin rumor itu hanya dibuat karena iseng."
"Apa kalian tahu siapa yang pertama kali menyebarkan rumor itu?"
"Entahlah."
"Tapi kalau vampirnya setampan Jared, aku mau digigit olehnya."
"Aku juga."
"Dasar! Kalian benar-benar sudah gila!"
Gelak tawa terdengar setelahnya.
Sementara gadis-gadis itu telah menghilang di balik tembok, Jared masih memacu langkahnya. Seperti biasa, ia berhenti sejenak untuk menatap ke arah pohon besar yang berdiri mengisi halaman kampus. Jared sudah mulai terbiasa melihat tunas-tunas baru yang pada akhirnya berubah menjadi lembaran daun yang lebar dan rimbun.
"Hai."
Keasyikan Jared terusik. Sebuah sapaan halus terdengar dari belakang punggung cowok itu. Suaranya sedikit asing, tapi rasa-rasanya Jared pernah mendengarnya entah di mana. Jared juga tak tahu kapan.
Cowok itu memutar tubuh perlahan.
Seorang gadis sedang menatap canggung ke arah Jared. Ia mendekap beberapa buah buku dengan kedua tangan. Senyum tipis terkulum di bibirnya yang berwarna merah muda. Rambut cokelat pekat sebahu milik gadis itu tampak tergerai bebas. Namun, tak ada embusan angin yang memainkan ujung-ujung rambutnya.
Luisa Hawkins.
Jared mendesah diam-diam. Dadanya terasa sesak tiba-tiba. Atmosfir di sekitar kepalanya juga berubah menjadi aneh. Jantungnya berdebar tanpa kendali.
Ayolah, ini bukan untuk yang pertama kali, batin Jared kesal. Kenapa perasaan itu masih saja merasuki perasaannya ketika Jared sudah bertekad untuk menjauhkan diri dari Luisa? Dan kenapa gadis itu seolah ingin melibatkan diri dalam masalah?
"Aku melihatmu waktu itu ... " Luisa mencoba mengajak Jared berbincang meski gaya bicaranya terkesan kaku dan cenderung canggung. "aku hanya ingin tahu apa kau baik-baik saja?" lanjut gadis itu mengutarakan apa yang ingin diketahuinya. Sebuah perhatian kecil yang sama sekali diharapkan Jared.
"Apa kau lihat ada yang kurang dariku?" Jared membalas pertanyaan Luisa dengan ketus. Cowok itu seolah ingin membanggakan ekspresi dingin yang tak pernah lepas dari wajahnya di depan Luisa.
"Tidak ... " Gadis itu menggeleng salah tingkah. "Syukurlah kalau kau baik-baik saja."
"Kau sudah sudah selesai bertanya, kan?"
Luisa akan menganggukkan kepala ketika Jared mulai menggerakkan salah satu kakinya. Cowok itu berniat untuk pergi dari hadapan Luisa.
"Tunggu!" sergah Luisa spontan.
Seperti harapan Luisa, Jared menghentikan kedua kakinya usai mendengar teriakan gadis itu. Apa lagi? batin Jared. Apa masih ada yang ingin ditanyakan gadis itu? Tidakkah ia tahu sangat sulit bagi Jared berada di situasi seperti ini? Di saat hati dan otak tidak sinkron. Ketika hatinya menyuruh untuk tetap tinggal, tapi otaknya memaksa kedua kaki Jared untuk segera melangkah menjauh.
"Apa aku mengingatkanmu pada seseorang?" tanya Luisa. Kedua mata gadis itu menantang ke dalam telaga hazel milik Jared.
Jared tercekat. Gadis itu telah membaca sebagian isi pikiran Jared.
"Kalau itu benar, aku minta maaf. Ini bukan sebuah kesengajaan yang kubuat," lanjut Luisa.
"Aku tidak menerima permintaan maaf yang sia-sia."
"???"
"Kau tidak punya salah apa-apa. Jadi, tidak usah meminta maaf padaku."
"Jika aku tidak punya salah apa-apa, kenapa kau sangat membenciku?"
Jared mendesah panjang dan memutar bola matanya ke segala arah.
Bahkan Clara tidak seperti ini, batinnya. Ah, agaknya Jared lupa kalau Luisa hanya memiliki fisik Clara, bukan pikiran dan hatinya. Jadi, wajarlah jika keduanya memiliki karakter yang sedikit berbeda.
"Aku tidak membencimu."
"Tapi, kenapa kau bersikap kasar seperti itu?" Luisa terus saja mendesak Jared. Padahal beberapa waktu lalu ia sudah berjanji pada kakak Jared untuk menjauhi cowok itu.
"Aku memang seperti ini, Nona. Aku sudah mengatakan bahwa aku bukan orang yang ramah, kan?"
"Oh."
"Aku sudah terlambat," ucap Jared cepat. Motifnya sudah jelas, ia ingin segera pergi dari hadapan Luisa. "Aku harus pergi."
"Ya, silakan," sahut Luisa tergagap.
Lagi-lagi takdir kembali mempertemukan mereka. Jared tak menyesali pertemuan itu. Sejujurnya ia merasa senang bisa melepaskan sedikit kerinduannya pada Clara melalui Luisa. Meski setelah bertemu dengan gadis itu akan membuatnya menumpuk kerinduan yang lebih banyak lagi dalam hati Jared.
Namun, Jared harus tetap bisa membuat gadis itu bertahan hidup lebih lama. Apapun dan bagaimanapun caranya. Sekalipun ia harus pergi jauh.
***
20 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top