The Power of Destiny
Tunas-tunas baru tampak bermunculan keluar dari sela-sela kulit kayu yang berwarna cokelat tua dan terlihat mengering. Kali ini tunas yang tumbuh jauh lebih banyak dari yang terakhir kali Jared lihat beberapa hari yang lalu. Pohon besar itu sedang mengukuhkan diri bahwa ia memang hidup. Setelah berjuang sekian lama melintasi waktu dan musim dingin yang beku, ia seolah terlahir kembali. Seperti Clara.
Jared terpaku menatap ke arah tengah-tengah pelataran kampus. Sepasang matanya seolah tak ingin berkedip ketika menatap pada tunas-tunas kecil berwarna hijau muda.
Sejak pertama kali tiba di kampus, pohon itu adalah satu-satunya hal yang sanggup mencuri seluruh perhatian Jared. Entah benar atau tidak, pohon itu seolah memiliki daya magis yang mampu menarik Jared agar menatapnya. Ia seperti memberi isyarat tentang sesuatu. Mungkinkah pohon itu melambangkan takdir hidup seseorang?
"Apa pohon itu sangat menarik untukmu?"
Jared tidak pernah berharap seseorang akan menegur atau berbicara padanya, apalagi saat ia sedang sibuk melakukan sesuatu. Terutama saat Jared mengamati pohon itu.
Jared mengembuskan napas jengah. Ketika ada yang mengganggunya, Jared memilih untuk tidak menanggapi kemudian berlalu begitu saja. Namun, ketika ia memutar tubuh dan hendak mengambil langkah, sesosok tubuh telah berdiri beberapa jengkal dari tempatnya berdiri. Membuat Jared terenyak dan niatnya untuk melangkah tertahan seketika.
Luisa?
Sebuah nama itu diam-diam telah terpatri dalam pikirannya. Bukan Jared yang meminta gadis itu untuk memperkenalkan nama, tapi Luisa sendiri yang sukarela memberitahu namanya.
"Maaf, aku kebetulan lewat dan melihatmu, jadi..."
Jared benar-benar mengayunkan kedua ujung sepatunya tak peduli gadis itu sedang mengocehkan sesuatu.
Dulu, Jared lah yang pertama kali mendekati Clara. Ketika itu ia juga bersikap seperti yang Luisa lakukan seperti tadi. Tampaknya keadaan berbalik 180 derajat. Sekarang Luisa yang gencar mendekatinya. Apa takdir memang selucu ini?
"Apa kau marah padaku?"
Tiba-tiba saja gadis itu telah berada di samping tubuh Jared. Ia berhasil menjajari langkah Jared meski harus dengan setengah berlari. Kedua kaki jenjang milik Jared menghasilkan langkah-langkah yang lebar.
"Aku minta maaf kalau aku bersikap lancang." Luisa masih terus berbicara, seolah tak melihat wajah dingin di sebelahnya. "Aku masih baru di sini dan belum punya teman. Apa kita bisa berteman?"
Berteman?
Langkah Jared berhenti mendadak.
Ia bahkan sedang berjuang untuk menjauhkan diri dari gadis itu agar ia tak bernasib sama dengan Clara. Namun, kenyataannya Luisa justru menghampirinya seolah ingin menjerumuskan diri sendiri masuk ke dalam lingkaran takdir Jared.
"Bisakah kau tidak menggangguku?" hardik Jared kasar. Setengah mati ia menahan gejolak rindu yang membuncah hebat dalam dadanya ketika menatap seraut wajah di hadapannya. Andai saja tidak ada sekat tebal yang membatasi dirinya dengan gadis itu, dengan senang hati Jared akan merengkuh tubuh itu ke dalam pelukannya. Namun, kutukan-kutukan itu terus saja memukul kepala dan mengingatkan Jared tentang kematian.
Luisa tak bisa menyembunyikan rasa terkejut di wajahnya. Sepasang mata gadis itu melebar tak percaya.
"Apa salah kalau kita berteman?" tanya Luisa gugup.
"Ya." Jared menyahut dengan cepat dan berhasil membuat gadis itu batal melanjutkan perkataannya. "Kalau kau ingin berteman, carilah orang lain. Kau tahu, aku bukan orang yang ramah."
Setelah mengakhiri kalimatnya Jared kembali mengayun langkah pergi menjauh dari hadapan Luisa.
"Entah kenapa aku merasa pernah melihatnya di suatu tempat. Tapi di mana?" Gadis itu bergumam lirih seraya menatap punggung Jared yang sebagian tertutup oleh sebuah tas ransel hitam.
**
Tak bisa Jared pungkiri kehadiran Luisa benar-benar mengoyak hati dan perasaannya. Konsentrasinya ketika di dalam kelas berhamburan ke mana-mana karena bayangan gadis itu tiba-tiba memenuhi kepalanya. Penuturan dosen seperti embusan angin yang berputar di hadapannya dan tak mampu dijangkau oleh daun telinganya. Ikatan takdir tetaplah sebuah pertalian yang akan menghubungkan dua orang yang saling berkaitan. Bagaimanapun ia mencoba untuk menghindar, selalu ada jalan untuk mendekatkan gadis itu padanya.
Takdir tetaplah takdir.
Setelah pertemuan yang diatur semesta pagi itu, siang ini Jared kembali menemukan gadis itu di salah satu sudut pelataran kampus. Luisa seperti sebuah kutub magnet dan Jared bagaikan sebongkah besi. Sekalipun Jared bertekad untuk menjauhkan Luisa dari lingkaran takdirnya, semesta selalu menunjukkan cara untuk membuat keduanya saling terkait. Meskipun hanya sebatas saling menatap dari kejauhan.
Luisa tampak sedang duduk di atas kursi panjang berbahan kayu. Letaknya persis di sebelah tanaman hias berdaun lebat dan sengaja dirapikan bentuknya menjadi bulatan semacam bola. Gadis itu melepas salah satu sepatunya dan sedang berusaha keras untuk membersihkan sisa-sisa permen karet yang menempel di sana. Apa yang dilihat Jared seketika membawa ingatannya kembali ke masa lalu.
Bukankah ikatan takdir lebih kuat dari yang Jared bayangkan? Sekalipun ia berusaha keras untuk tidak menyeret gadis itu masuk dalam kehidupannya, tapi takdir menuntun Luisa ke hadapan Jared. Clara, sisa permen karet bekas, dan Luisa.
Tanpa sadar Jared cukup lama mengawasi gadis itu dari kejauhan. Luisa duduk sendirian di sana sejak tadi. Mahasiswi yang berkeliaran di area taman cukup banyak, tapi tak ada satupun yang memedulikan keberadaan gadis itu. Ia juga acuh dengan kondisi sekitar. Bisa dikatakan Luisa sama sekali tak memiliki teman. Tapi, kenapa ia ingin berteman dengan Jared?
Oh.
Jared tergetar. Tiba-tiba saja seraut wajah di kejauhan sana berpaling ke arahnya. Pandangan keduanya bertumbukan di udara dan gadis itu juga sama terkejutnya dengan Jared. Tubuh mereka beku selama beberapa saat. Napas keduanya juga tertahan. Lagi-lagi semesta mengatur sebuah kebetulan yang mencengangkan. Inikah yang disebut kekuatan takdir?
Menyadari gadis itu sudah memergoki dirinya, Jared buru-buru memutar tubuh lalu mengayun langkah-langkah lebar menyusuri koridor. Tak peduli sekalipun ia tampak sedang melarikan diri. Jared terus memacu langkahnya menuju ke arah pintu gerbang. Jamie pasti sudah menunggunya sejak tadi.
***
08 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top