Talk About Jared
Hari ini Jamie sengaja datang ke kampus lebih pagi dari kemarin. Tak apa menunggu sedikit lebih lama, pikirnya. Mungkin kesabaran dan pengorbanannya akan membuahkan hasil kali ini.
Perlahan Jamie membangun kembali sisa-sisa harapan yang sempat memudar untuk Jared. Ia tidak bisa membiarkan Jared memilih untuk menyerah sekalipun apa yang dilakukannya menyangkut nyawa seseorang. Setidaknya jangan mati dengan cara seperti itu. Bukankah itu sama saja membunuh diri sendiri?
Kawasan kampus masih sepi saat mobil yang dikendarai Jamie menepi lalu berhenti tak jauh dari pintu gerbang. Lalu lalang mahasiswa masih sangat minim. Hanya segelintir mahasiswa yang tampak berjalan ke arah pintu gerbang kampus. Mereka sengaja datang lebih awal untuk beberapa alasan.
Papan karangan bunga dalam rangka untuk mengenang kematian Megan masih tampak utuh di tempatnya. Selama beberapa hari ke depan pihak universitas akan membiarkan papan-papan itu menghias pintu gerbang.
Jamie masih bertahan di dalam mobil kesayangannya dan belum melakukan apapun. Jika biasanya ia lebih suka berdiri di samping mobil dan memamerkan ketampanannya, kali ini ia memilih untuk tetap duduk di atas jok. Semenjak Jared tak sadarkan diri, secara drastis Jamie tidak peduli dengan kepopulerannya. Benaknya selalu diliputi gelisah, mana mungkin ia punya waktu untuk mengumbar popularitas seperti yang selalu Jamie lakukan dulu. Ternyata sebuah kepopuleran hanyalah delusi yang sekejap singgah dan memabukkan. Sekarang itu tidak berguna lagi.
Menit ke menit berjalan dengan lambat dan sedikit membosankan. Jamie tak bisa membunuh sepi di dalam mobil hanya dengan menghidupkan radio. Itu tidak akan pernah cukup. Cowok itu memutuskan untuk tetap diam di atas tempat duduknya dan menatap lepas ke arah pintu gerbang kampus ketika orang-orang mulai berdatangan. Di antara mereka Jamie berharap salah satunya adalah Luisa. Jika sebelumnya ia sangat ingin mengusir gadis itu jauh-jauh dari kehidupannya dan Jared, tapi kini Jamie justru menginginkan sebaliknya. Mungkin benar jika itu adalah kehendak takdir.
Jamie tergeragap saat sepasang matanya menemukan sesosok tubuh yang bergerak menuju ke pintu gerbang. Bukankah itu Luisa, gadis yang sejak tadi ditunggu Jamie?
Cowok itu bergegas melompat turun dari mobil dan segera berlari ke arah Luisa. Jamie tidak ingin kehilangan jejak si gadis, meski itu rasanya mustahil. Gadis itu sudah berada di depan mata dan hanya berjarak beberapa meter dari kendaraan milik Jamie. Suasana sekitar juga tidak memungkinkan untuk membuat sosok Luisa tenggelam dalam keramaian.
"Luisa!"
Gadis bernama Luisa itu seketika memalingkan wajah, begitu juga dengan gerakan kakinya yang spontan berhenti manakala sebuah suara memanggil namanya dengan volume cukup keras.
Luisa tertegun begitu tahu si pemanggil namanya adalah kakak Jared. Ia masih ingat jika cowok itu dengan tegas menyuruhnya agar menjauhi Jared.
"Bisa kita bicara?" tawar Jamie begitu sampai di depan gadis berambut cokelat sebahu itu.
Luisa agak bingung dengan penawaran Jamie. Ia menimbang sesaat sebelum akhirnya menyetujui permintaan Jamie. Pasalnya raut memohon terlihat jelas di wajah kakak Jared itu.
"Boleh." Gadis itu mengangguk.
"Sebaiknya kita bicara di mobilku saja," saran Jamie karena merasa situasi di depan pintu gerbang kurang nyaman. Lagi pula ia juga butuh privasi dan ruang yang tenang, serta jauh dari jangkauan mata-mata yang dipenuhi rasa ingin tahu.
**
Secara garis besar Jamie menceritakan kisah Jared dan Clara pada Luisa. Hanya pada bagian ia membunuh Clara yang tidak Jamie ceritakan pada gadis itu. Ia bercerita dengan singkat dan hanya pada inti saja.
"Lalu apa yang kau inginkan dariku?" tanya Luisa usai Jamie mengakhiri kisahnya tentang masa lalu Jared dan kondisinya saat ini.
"Bisakah kau membantuku untuk membangunkan Jared?"
Kerut di kening gadis itu perlahan tercipta.
"Aku ingin membantu, tapi ... bagaimana mungkin aku bisa membangunkan Jared? Kami tidak begitu akrab ... "
"Kau adalah reinkarnasi Clara, gadis yang dicintai Jared. Wajah kalian sangat mirip, Luisa. Setidaknya cobalah untuk bicara pada Jared."
Gadis itu menggigit bibir bawahnya.
"Aku tidak yakin aku bisa melakukannya."
"Apapun hasilnya nanti, yang terpenting adalah kau mencobanya dulu. Kita tidak akan tahu hasilnya sebelum mencoba, kan?" Sepenuh hati Jamie berusaha untuk membujuk Luisa. "Ini tentang hidup dan mati seseorang, Luisa. Kumohon padamu."
Sesungguhnya Luisa sama sekali tidak merasa keberatan untuk membantu Jamie. Hanya saja Luisa ragu, apakah upayanya akan membuahkan hasil atau tidak. Jika ia gagal, tentu Jamie akan sangat kecewa. Dirinya juga.
"Baiklah, aku akan mencobanya," ucap gadis itu setelah terdiam berdetik-detik lamanya. "Tapi, aku tidak bisa menjamin apa yang kulakukan akan berhasil."
"Ya, aku tahu." Jamie menyambut kesediaan Luisa dengan sukacita. Yang paling penting sekarang adalah Luisa bersedia melakukan apa yang Jamie minta. Entah nanti apa hasilnya, biar takdir yang menentukan.
Jamie menyalakan mesin kemudian melajukan mobilnya pergi menjauh dari area kampus. Di rumah Jared telah menunggu mereka berdua. Juga sesuatu yang lain akan mengejutkan Jamie dan Luisa. Apakah gerangan?
***
10 Oktober 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top