Stil About Her

"Ayah sudah pergi pagi tadi."

Jamie sengaja memberitahu Jared di saat mobil yang ia kemudikan telah menepi tak jauh dari pintu gerbang kampus. Ia memilih waktu sesaat sebelum tangan Jared bergerak untuk membuka pintu mobil.

"Kenapa memberitahuku?" Bukan hanya nada suara itu yang terkesan dingin. Seraut wajah Jared yang mengarah lurus ke depan tampak beku.

Jamie mendesah. Berusaha untuk memahami situasi hati Jared.

"Kau tahu bukan, ayah melakukan itu untuk melindungimu? Apa kau belum bisa mengerti sampai sekarang?"
Kedua tangan Jared mengepal diam-diam. Peristiwa 30 tahun silam melintas cepat di dalam kepalanya. Di saat ayahnya berusaha untuk membunuh Clara, gadis yang sangat dicintai Jared. Cinta pertama dan mungkin yang terakhir dalam hidupnya.

"Seorang ayah pasti akan melakukan hal yang sama pada anaknya," imbuh Jamie. Lagi-lagi ia berupaya untuk menggugah hati nurani Jared. Jamie tidak akan pernah bosan untuk melakukan hal ini pada adiknya.

"Aku tidak minta untuk dilahirkan sebagai anaknya."

"Jared!" Teriakan itu spontan terlepas begitu saja dari bibir Jamie. Sebagai putra sulung keluarga Hermsworth mendengar kata-kata itu turut melukai perasaannya. "Apa kau sadar dengan apa yang baru saja kau katakan, hah?"

"Aku benci terlahir di keluarga Hermsworth. Aku benci terlahir sebagai vampir. Apa kau mengerti?"

Jamie hanya bisa tertegun kala menatap Jared yang keluar dari dalam mobil dengan tergesa lalu berjalan menjauh. Langkahnya tampak terburu-buru.

Jamie bisa mengerti. Ia sangat memahami apa yang dirasakan Jared, tapi ada hal-hal yang tak bisa mereka lampaui batasannya.

Kutukan sialan!

Tangan Jamie yang mengepal memukul kemudi dengan keras. Jika benda itu hancur, bagaimana ia bisa pulang nanti?

**

Jared memperlambat langkahnya ketika menapaki lantai koridor.

Jared masih mengingat gadis itu hingga sekarang. Ia dan Clara sering berjalan di koridor berdua. Tak peduli beberapa pasang mata yang menatap cemburu ke arah mereka.

Sekarang pun setiap Jared berjalan di dalam area kampus, ia sering mendapatkan tatapan kagum dari para gadis yang kebetulan berpapasan dengannya. Hanya bedanya tak ada Clara di samping tubuhnya.

Jika Jamie yang mendapat perhatian lebih semacam ini, ia pasti akan merasa bangga dengan ketampanan yang diturunkan ayahnya. Jamie sangat memuja kepopulerannya, tapi sayangnya ia sama sekali tidak tertarik untuk menjadi salah satu penghuni kampus. Tak seperti Jared yang selalu mengulang sekolah menengah atas selama bertahun-tahun lamanya, lalu memasuki universitas selama lima kali dengan jurusan yang berbeda, Jamie lebih suka menjadi supir untuk adiknya. Jamie hanya mengantar jemput Jared dan menikmati hobinya membaca buku.

Kedua kakak beradik itu memiliki sifat dan karakter yang bertentangan. Namun, mereka saling menyayangi satu sama lain. Jamie lebih bersikap protektif terhadap Jared. Sementara Jared cenderung tertutup dan dingin. Terlebih setelah kepergian Clara untuk selamanya.

"Hai, Jared."

Seorang gadis bertubuh ramping dengan setengah berlari berusaha menjajari langkah Jared.

Megan Andrea Miller.

Seluruh penghuni kampus, terutama para cowok, sepakat menjuluki gadis itu sebagai ratu kecantikan. Karena kenyataannya Megan cantik dan penampilannya cukup mencolok, berbeda dari gadis kebanyakan. Selain itu ia juga berasal dari keluarga kaya raya. Tak terhitung berapa banyak yang mengincar Megan. Yang hanya mengagumi dari kejauhan dan memendam perasaan mereka, juga sama banyaknya.

"Apa kau ada acara akhir pekan ini?" Meskipun Jared tak memberikan respon, Megan tetap berusaha untuk mengajak cowok berambut kemerahan itu berbicara.

Jared tak terpengaruh dengan pendekatan Megan. Kedua kakinya terus saja melangkah di atas ubin koridor menuju ke kelas.

Gadis berambut panjang nan pirang itu sekilas mengingatkan Jared pada Kimberley. Tapi jelas ia bukan Kimberley. Wajah keduanya tak memiliki kemiripan sama sekali. Selain Megan, di dunia ini masih banyak gadis yang menyerupai Kimberley. Jared meyakini hal itu.

"Apa kau harus memperlakukanku seperti ini?"

Dengan gerakan kasar, Megan menarik ujung tas ransel di punggung Jared. Diperlakukan acuh seperti itu membuat Megan merasa jengkel.

Langkah Jared terhenti dengan paksa.

"Di saat yang lain berusaha mati-matian untuk mendekatiku, sementara aku hanya memilihmu, haruskah kau memperlakukanku seperti ini?" Megan meluapkan kekesalan hatinya. Selama beberapa minggu terakhir ia sudah melakukan berbagai cara untuk meraih simpati dan perhatian dari Jared, tapi Megan tak pernah mendapatkan respon apapun. Seulas senyum pun tidak.

Jared mengalihkan tatapan ke arah Megan.

Jika gadis itu Kimberley, maka Jared tak akan ragu untuk membunuhnya dua kali. Tapi, ia Megan dan Jared merasa kasihan ketika menatap gadis itu.

"Aku sudah menyukai orang lain," tandas Jared langsung pada inti. "Jadi lupakan aku."

Tangan Megan melepaskan ujung tas ransel milik Jared perlahan.

"Siapa? Siapa gadis itu? Apa aku mengenalnya?" Suara Megan terdengar putus asa dan kecewa.

Jared enggan mengeluarkan sepatah kata dari bibirnya. Cowok itu menggeleng perlahan.

"Apa dia lebih cantik? Apa dia kaya raya? Apa yang membuatmu sangat menyukainya?"

Jared menarik napas.

Tentang Clara. Sekali lagi pikirannya dipenuhi dengan gadis itu. Megan atau siapapun tak perlu mengetahui kisah Clara.

Jared merasa tak perlu menjelaskan apapun pada Megan.

"Aku harus pergi."

Jared memutar tubuh lalu mengayun langkah kembali. Menjauh dari hadapan Megan.

Gadis cantik itu membeku di tempat. Jared baru saja menolaknya. Tidak, Jared telah mempermalukannya di depan teman-temannya.

Apa kau pikir kau bisa menolakku dengan semudah itu?

Megan masih menatap lurus ke arah punggung Jared yang terus bergerak menjauh lalu hilang di tikungan. Dadanya bergejolak. Penuh dendam.

***

16 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top