Stay Away
"Aku ingin pergi dari kota ini."
Tangan Jamie yang awalnya ingin meletakkan kunci mobil di atas meja ruang tengah, berhenti sebentar di udara. Ia mengernyit ke arah Jared yang sedang berjalan dengan gontai ke arah sofa lalu menjatuhkan tubuh di sana setelah melepaskan tas ransel dari punggungnya.
Jamie tak serta merta menanggapi kalimat yang diluncurkan saudaranya. Namun, ia melanjutkan niatnya untuk memindahkan kunci mobil dari genggamannya ke atas meja kaca yang mengisi tengah-tengah ruangan.
"Pergi?" Jamie menempatkan dirinya persis di sebelah tubuh Jared yang duduk tegak di atas sofa.
Sebenarnya selama ini keluarga mereka selalu berpindah tempat secara berkala setiap 10 tahun. Namun, di tahun ini mereka tidak ada jadwal untuk berpindah kota.
Jared menatap ke samping. Ia hampir tak percaya jika Jamie tak bisa mencerna maksud perkataannya dengan baik. Padahal Jamie lah yang bersikeras agar Jared menjauhi Luisa jika ia tak ingin gadis itu bernasib sama dengan Clara. Jamie bisa saja menghabisi Luisa seperti yang ia lakukan dulu pada Clara demi menyelamatkan Jared.
"Kita tidak bisa terus berada di sini," tandas Jared.
"Karena gadis itu?" tebak Jamie mulai bisa membaca isi pikiran saudaranya.
"Itu adalah satu-satunya cara agar dia tetap bisa hidup."
Jamie masih diam. Ia masih ingat perkataan Tuan Joel kala itu.
Sesungguhnya tak apa jika Jared menyimpan perasaan untuk gadis itu, asalkan mereka tidak menikah.
"Kau bisa menghindarinya tanpa harus pergi dari sini, Jared. Berlakulah seperti orang yang tidak mengenalnya. Apa bagimu itu sulit?"
"Dia mulai mendekatiku dan bicara seolah-olah dia pernah melihatku di suatu tempat," ungkap Jared dengan ekspresi lelah.
"Benarkah?" Jamie cukup terguncang mendengarnya. Namun, jika dipikir-pikir gadis itu tidak salah. Di masa lalu mereka memang saling mengenal, wajar jika ia mengatakan hal itu. Sebagian kecil ingatan Clara pasti tersisa di kepala gadia itu.
Jared bergeming. Ia tak membalas dengan anggukan. Namun, sorot matanya mengatakan 'iya'.
"Tapi, kita tidak bisa pindah tiba-tiba seperti ini. Banyak yang mesti kita persiapkan," ujar Jamie selang beberapa saat. Terutama tentang dokumen. "Lagipula kita mesti berkonsultasi dengan ayah lebih dulu."
"Bukankah selama ini hidup kita selalu berpindah dari tempat satu ke tempat yang lain? Sekalipun ini belum sepuluh tahun, apa bedanya? Toh, kita juga akan pindah beberapa tahun lagi."
"Ya, tapi ... "
"Aku akan ke kamar dulu." Mendadak Jared berdiri sebelum Jamie menuntaskan kalimatnya. Ia sengaja membuat kakaknya tak memiliki kesempatan untuk berbicara.
Jamie tak bisa berbuat apa-apa. Kalimatnya terpaksa ia telan kembali. Jared tampak tidak ingin membahas hal itu lebih lanjut.
**
Perjalanan ke kampus pagi ini hanya diisi kekosongan. Jared terus membuang tatapan ke arah luar jendela, larut bersama pikirannya sendiri. Sedang Jamie ikut membungkam mulut dan sesekali melirik ke tempat duduk Jared diam-diam. Perihal kepindahan yang diusulkan Jared masih utuh dalam bentuk wacana.
"Semoga harimu menyenangkan!"
Jamie berseru di saat Jared membuka pintu lalu keluar dari mobil. Namun, tak digubris oleh Jared. Cowok itu terus mengayun langkah tanpa menoleh lagi ke belakang.
Jamie hanya menatap tubuh saudaranya yang bergerak mendekat ke arah pintu gerbang.
Kekhawatiran Jared memang cukup beralasan. Berada di satu tempat yang sama dengan gadis itu berarti membuka segala macam kemungkinan. Pertemuan yang tak disengaja dan jatuh cinta adalah dua hal yang besar peluangnya akan terjadi pada Jared dan gadis itu. Jelas kondisi itu sangat tidak baik untuk kelangsungan hidup keduanya. Akhir kisah yang tragis bisa terulang kembali jika Jared dan gadis itu tidak dijauhkan.
Sesungguhnya Jamie merasa lelah hidup berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Jared pasti juga merasakan hal yang sama, tapi mereka tak bisa membuat pilihan lain. Menjadi vampir tidaklah mudah. Terlalu banyak peraturan kejam yang mengekang kebebasan mereka. Jared hanyalah salah satu dari vampir yang teraniaya oleh hukum dunia vampir.
Jamie tergagap saat pandangan matanya tertumbuk pada satu sosok yang sedang berjalan ke arah pintu gerbang kampus. Sosok itu juga pernah singgah dalam hidup Jamie. Dan bagaimana mungkin Jamie melupakan peristiwa malam itu? Ia telah merenggut nyawa gadis yang sangat dicintai saudaranya.
Dengan gerakan gesit cowok itu bergegas melepas sabuk pengaman, membuka pintu, lalu melompat turun dari mobil. Ia harus mengejar sosok itu selagi masih ada kesempatan.
"Tunggu!"
Teriakan nyalang Jamie berhasil membuat sosok itu menghentikan langkah. Ia langsung berbalik meski dipenuhi rasa ragu. Di tempat yang masih asing ini, apakah suara itu ditujukan untuknya?
Gadis itu langsung mengerutkan kening saat ekor matanya menangkap bayangan seorang cowok yang sedang berlari ke arahnya.
"Tunggu."
"Apa kau memanggilku?" Gadis bernama Luisa itu menunjuk ke arah wajahnya sendiri. Ia tak yakin jika cowok yang kini berdiri di hadapannya itu ingin berbicara sesuatu padanya.
"Ya."
Luisa yakin ia belum pernah bertemu cowok itu sebelumnya.
"Kau siapa?" tanya gadis itu terbata.
"Aku kakak Jared. Kau sedang mendekati adikku," ujar Jamie memperkenalkan diri.
Luisa mengerjapkan mata. Ia agak bingung mengartikan makna kalimat itu.
"Jared?"
"Kau masih ingat cowok bertubuh tinggi, berwajah dingin, dan membawa tas ransel hitam, kan?"
"Oh..." Luisa langsung bisa mengingat. "Aku ingat dia. Lalu ada apa?"
"Apa kau bisa menjauhi adikku?"
Luisa tercekat. Ia sama sekali tak menduga cowok itu akan menyuruhnya untuk menjauhi seseorang yang beberapa waktu terakhir mencuri perhatian Luisa.
"Dia punya masa lalu yang buruk dengan seorang gadis. Aku takut kehadiranmu akan membuka luka lamanya. Kau tahu, kami sudah bersusah payah untuk membuatnya bangkit menjalani hidup. Jadi, jangan mencoba untuk mengganggu hidupnya. Biarkan dia sendiri. Apa kau bisa melakukannya?"
Luisa kebingungan mesti menjawab apa. Sekelumit informasi dari cowok itu membuatnya kaget sekaligus iba.
"Kau bisa melakukannya, kan?" ulang Jamie karena Luisa tak kunjung memberi pernyataan.
"Eh, iya." Luisa tergagap dan spontan mengiyakan tanpa perlu berpikir.
"Kuharap kau bisa menepati janjimu. Jared sudah cukup banyak menderita belakangan ini. Kalau kau bersimpati padanya, lebih baik kau menjauh darinya."
Luisa hanya mematung ketika cowok di hadapannya memutar tubuh seusai menuntaskan kalimat. Jamie berangsur pergi dari hadapan gadis itu sejurus kemudian.
Satu hal yang bisa Jamie lakukan saat ini hanyalah mencegah takdir itu mendekati Jared. Lebih baik memaksa gadis itu menjauh sebelum hal yang tidak mereka inginkan terjadi.
***
10 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top