Spy

"Haruskah kita melakukan ini?" tanya Jared tanpa menoleh ke samping.

Jamie sengaja menggunakan mobil milik William hari ini dan memarkirnya bukan di tempat biasa, tapi agak jauh dari pintu gerbang kampus. Namun, ia tidak sedang mengantar Jared kuliah. Jamie hanya ingin memata-matai seseorang yang ia curigai sebagai vampire hunter. Luisa Hawkins.

"Kita harus memastikan gadis itu vampire hunter atau bukan," tandas Jamie dengan nada datar. Pandangannya terus tertuju ke arah lalu lalang para gadis yang baru saja keluar dari area kampus. Namun, ekor mata Jamie belum menangkap bayangan gadis yang dicarinya sejak beberapa menit lalu.

"Kurasa kita hanya akan membuang waktu di sini," ucap Jared psimis.

"Mungkin saja saat itu dia hanya ingin memastikan identitas kita. Lalu setelah memastikan bahwa kita memang vampir, dia mencari waktu yang tepat untuk memburu kita."

"Bagaimana cara kita untuk membuktikan kalau dia vampire hunter?"

"Seorang vampire hunter pasti selalu membawa senjata ke mana-mana. Minimal mereka harus membawa sebilah pisau yang diselipkan di balik pakaian. Itu adalah senjata paling ampuh untuk melenyapkan kita."

"Apa kau akan menemui gadis itu lalu bertanya padanya? Atau kau akan merebut paksa tasnya lalu mencari benda yang kau inginkan? Ayolah, Jamie. Jangan melakukan hal konyol seperti itu."

"Kau tahu nyawa kita sedang terancam, Jared."

"Aku lebih memilih untuk pergi dari kota ini daripada harus mencari vampire hunter. Kita sudah sepakat untuk menjauhkan gadis itu dari lingkaran takdir kita, bukan?" Jared memulai perdebatan.

"Sampai sekarang aku masih tidak mengerti kenapa gadis itu tidak bereaksi melihat perubahan wujud ayah. Hal itu sangat menggangguku, Jared." Akhirnya Jamie mengaku juga jika ia terus-terusan terusik oleh sikap ganjil Luisa.

"Oh ... Jadi, kita melakukan pengintaian pada gadis itu untuk memenuhi rasa penasaranmu? Kau bisa melakukan itu tanpaku, Jamie."

Jared mulai kesal dan menanggapi ucapan Jamie dengan kalimat bernada tinggi. Ia merasa seperti dimanfaatkan oleh saudaranya sendiri.

"Apa kau tidak merasa penasaran sepertiku?" desak Jamie. Semestinya Jared merasa penasaran seperti Jamie karena bagaimanapun juga Luisa adalah reinkarnasi gadis yang dicintainya.

"Lebih baik menjauhkan gadis itu dari hidup kita daripada melakukan semua hal konyol ini," geram Jared. Bukankah mereka sudah bertekad untuk mengubah takdir agar tidak berujung sama seperti yang pernah terjadi di masa lalu? Ini sama saja dengan mencari masalah.

"Bagaimana jika gadis itu memang benar vampire hunter?" Jamie mengemukakan dugaan yang paling masuk akal.

"Kita bisa pergi dari sini dan tidak harus berurusan dengannya, kan? Aku akan minta ayah agar kita pindah secepatnya."

"Tapi, pindah tempat tinggal tidak sesederhana yang kau pikirkan, Jared. Tidak, tidak. Sebenarnya tidak sesulit itu untuk pindah. Sebenarnya aku sudah lelah harus pindah dari satu tempat ke tempat lain. Kau pasti juga merasakannya, bukan?"

Jared berusaha mengedikkan kedua bahunya. Apa boleh buat, batinnya.

"Itu jauh lebih baik ketimbang berurusan dengannya. Kau juga tidak ingin akhir kisah ini sama seperti sebelumnya, kan?"

"Tentu saja," angguk Jamie mengungkapkan persetujuannya.

"Kalau begitu kenapa kita masih di sini? Kita harus segera kembali ke rumah dan berkemas," ucap Jared tak ingin membuang waktu. Semakin lama mereka ada di kota itu, nyawa keluarga Hermsworth atau Luisa berada dalam bahaya. Mereka bisa saling membunuh satu sama lain. Jared tak ingin ada pertumpahan darah sekali lagi.

"Baiklah," sahut Jamie terbata. Seolah ia baru saja terhipnotis oleh kata-kata Jared.

Jika dipikir-pikir kembali mungkin Jared benar. Akan jauh lebih baik jika mereka pindah daripada berlama-lama berada di kota itu. Lebih baik mencegah sesuatu yang buruk terjadi, bukan?

Jamie bergegas menyalakan mesin mobil lalu melajukan kendaraannya di jalan yang mengarah ke rumah keluarga Hermsworth. Di tengah perjalanan ia berusaha mengorek isi hati Jared.

"Saat kau tidak sadarkan diri, apa kau tidak bermimpi tentang sesuatu?" tanya Jamie dengan hati-hati.

Rasanya pertanyaan ini aneh, batin Jared. Namun, keningnya tak sampai mengerut. Pandangannya juga masih lurus ke depan.

"Tidak ada." Jared menjawab dengan gaya lugas.

"Masa? Apa mungkin kau bermimpi, tapi kau melupakan mimpimu?" desak Jamie terasa mencurigakan bagi Jared.

Jared menoleh.

"Apa yang ingin kau dengar dariku? Aku sudah mengatakan tidak mengingat apapun selama tak sadarkan diri. Apa kau pikir aku berbohong?"

Ah, agaknya Jared mulai terpancing emosinya, keluh Jamie dalam hati. Mereka bisa berdebat panjang jika saja Jamie tak bisa mengendalikan mulutnya dengan baik kali ini. Rasa bahagia atas kembalinya Jared masih belum memudar dari hati Jamie, jadi ia memutuskan untuk tidak menyambung percakapan.

Jamie menambah laju kecepatan mobilnya agar mereka bisa tiba di rumah secepatnya. Mungkin saja Jared sudah tidak sabar ingin segera berkemas, duga Jamie.

***

20 Oktober 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top