Rumour
"Apa kau sudah mendengar desas desus bahwa di kampus kita ada vampir?"
"Oh, ya? Benarkah?"
"Memangnya siapa?"
"Aku juga tidak tahu. Tapi ada kabar kalau vampir itu berjenis kelamin cowok."
"Benarkah?"
"Bukankah itu mengerikan? Bagaimana jika vampir itu mengincar nyawa kita?"
"Lalu kira-kira siapa dia?"
Jared mengepalkan kedua tangan begitu kedua telinganya menangkap percakapan dengan suara rendah dari sebelah kanan tempat duduknya. Dosen yang seharusnya memberi materi untuk mereka terlambat datang hari ini. Kesempatan langka seperti itu sudah biasa digunakan untuk berbagi berita dan gosip di kalangan para mahasiswi. Namun, gosip kali ini benar-benar mengusik indra pendengaran Jared. Entah dimulai dari siapa, desas desus itu sudah menyebar luas ke segenap penjuru kampus selama dua hari ini. Mungkinkah Megan pelakunya?
Megan adalah tertuduh pertama. Jika bukan dia, memangnya ada lagi yang ingin menyingkirkan Jared dari muka bumi ini? Setelah gagal melenyapkan Jared, gadis itu mencari cara yang licik untuk menyiksa Jared. Gadis itu menebar berita yang membuat Jared merasa terintimidasi. Seantero kampus heboh karenanya.
Percakapan itu seketika terhenti saat seseorang masuk ke dalam kelas. Dosen mereka telah tiba dan menjadi penyelamat untuk kedua telinga Jared.
Yakinlah jika dosen itu hanya penyelamat sementara untuk sepasang indra pendengaran Jared. Perbincangan yang sama kembali bergulir saat sang dosen telah mengakhiri sesi kuliahnya dan pergi meninggalkan kelas.
"Jika benar ada vampir yang berbaur dengan kita, pasti ada sesuatu petunjuk yang membedakannya dari kita."
Jared mendengar seseorang memulai pembicaraan yang sama setelah kelas berakhir. Ia tak begitu mengenal gadis-gadis itu meskipun mereka sekelas. Jared memilih untuk bergegas mengemasi buku-bukunya karena tak ingin mendengar kelanjutan percakapan itu.
"Ya, kau benar. Tapi kira-kira apa?"
"Entahlah. Aku juga tidak tahu."
"Apa mungkin dia seseorang yang introvert? Bukankah orang yang tertutup dan menjauhkan diri dari interaksi sosial bisa didasari karena dia memiliki sesuatu yang ingin dia sembunyikan dari orang lain?"
"Apa mungkin dia salah seorang dari kelas kita?"
Jared merasakan berpasang-pasang mata menatap ke arahnya ketika ia memasukkan buku ke dalam tas ransel hitamnya. Tatapan penuh kecurigaan itu terus mengawasi gerak gerik Jared hingga cowok itu berjalan menuju pintu keluar kelas.
"Apa mungkin dia?"
"Entahlah. Tapi dia sangat tertutup dan misterius, kan?"
"Agh ... Jangan membuatku takut!"
Jared ingin berlari sejauh-jauhnya dari tempat itu agar kedua telinganya tidak bisa menangkap suara percakapan teman-teman sekelasnya.
Cowok itu mempercepat langkahnya ketika menapaki lantai koridor yang terbentang panjang menuju ke arah pintu gerbang. Saking terburu-buru ia sempat menabrak pundak seseorang hingga setumpuk buku berhamburan di atas ubin sedetik setelah insiden kecil itu terjadi.
Seorang gadis berambut cokelat menoleh kaget ke arah Jared.
Ketika tatap mata mereka bertemu Jared merasakan seolah tubuhnya membeku dan gadis itu juga merasakan hal yang sama.
Luisa?
Jared tertegun menatap seraut wajah cantik milik Clara yang terpasang pada wajah seorang gadis di hadapannya. Takdir kembali mempertemukan mereka berdua di saat yang tidak tepat. Apa semesta begitu senang mempermainkan hati dan perasaan Jared?
Ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Jared harus melakukan sesuatu.
Cowok itu bergegas memungut buku-buku milik Luisa yang berserakan di dekat kakinya. Dan tanpa sepatah kata yang terlepas dari bibirnya, Jared menyodorkan buku-buku itu ke hadapan pemiliknya.
"Terima kasih."
Luisa mengucap kata terima kasih dengan sedikit terbata. Sementara Jared sengaja menghindari kontak fisik dengan gadis itu. Satu sentuhan tanpa sengaja bisa berdampak panjang baginya. Suhu tubuhnya yang tidak senormal manusia biasa bisa menimbulkan kecurigaan Luisa. Dan satu lagi, Jared tidak akan pernah melupakan hal-hal semacam itu. Ia bisa memikirkan Luisa sepanjang malam jika tangannya menyentuh kulit gadis itu.
Setelah menyerahkan buku-buku itu pada Luisa, Jared buru-buru melanjutkan langkahnya kembali. Sikap dingin dan kebisuan Jared menumbuhkan rasa heran di benak Luisa.
"Seharusnya dia meminta maaf padaku dan tidak pergi begitu saja seperti itu," gumam Luisa dengan sepasang mata yang terus menyorot ke arah ujung koridor. Bayangan tubuh Jared tampak bergerak menjauh dan mengecil.
**
"Apa kau tahu siapa yang sudah berani menyebar desas desus seperti itu?"
Jamie berkacak pinggang dengan raut wajah merah padam. Ia menatap iba pada Jared yang terduduk lemas di atas sofa ruang tengah. Sesaat tadi Jared telah menceritakan semuanya pada Jamie.
Seumur hidup menjadi vampir, baru kali ini ada yang menyebarkan desas desus semacam itu hingga terdengar ke telinga mereka berdua. Sekalipun kabar itu benar, tetap saja Jared akan merasa tidak nyaman. Orang-orang akan bertanya-tanya dan menduga dengan pikiran masing-masing tentang kebenaran rumor itu. Suasana di kampus juga akan berubah mencekam. Dan itu merupakan sebuah ancaman untuk Jared dan Jamie.
"Sebenarnya ada satu orang yang kucurigai," desah Jared dengan sepasang mata menerawang ke dinding.
"Siapa?" tanya Jamie cepat. Ia tak sabar menunggu penjelasan dari bibir Jared.
"Megan."
"Megan? Apa dia seorang gadis?" cecar Jamie sembari mendekat lalu duduk tepat di sebelah Jared.
"Dia mengaku sudah merekayasa kecelakaan itu dan juga insiden penusukan di depan kampus. Gadis itu mengatakan ingin membunuhku," tutur Jared.
"Apa?!" pekik Jamie tanpa sadar. "Tapi kenapa dia ingin membunuhmu? Bagaimana mungkin seorang gadis memiliki pikiran jahat seperti itu, hah?"
"Karena aku menolaknya."
Jamie terbelalak. Ia menatap sepasang mata adiknya lekat-lekat.
"Dia curiga karena aku sama sekali tidak terluka pasca kejadian kecelakaan dan penusukan itu," terang Jared menambahi kalimatnya.
Jamie terdiam. Sepasang matanya berangsur memerah dan mengeluarkan cahaya bak sinar laser. Namun, sampai detik ini ia masih bisa mengontrol emosinya dengan baik. Kedua gigi taringnya bahkan tak sampai menonjol keluar.
"Apa aku harus membunuhnya?" Ia menoleh meminta pendapat Jared.
"Kalau kau membunuhnya, itu sama saja aku mengakui tuduhannya. Semua orang pasti akan tahu kalau aku adalah vampir."
Jared benar.
Andai saja jawaban Jared tidak tepat, bisa-bisa Jamie akan berubah wujud menjadi vampir sepenuhnya.
"Lalu apa yang akan kau lakukan?" tanya Jamie setelah berhasil kembali ke bentuk fisiknya semula.
"Tidak ada."
"Tidak ada?" Jamie kaget mendengar jawaban Jared yang terkesan tenang tapi pengecut. "Dia tidak akan berhenti sampai di situ, Jared. Gadis itu pasti akan mencari cara untuk membuktikan kalau kau memang vampir."
"Itu tidak akan pernah terjadi. Lagipula aku juga tidak akan membiarkan itu terjadi. Seiring berjalannya waktu rumor itu akan mereda dengan sendirinya. Kampus bukanlah tempat yang tepat untuk berbagi rumor tanpa bukti. Para mahasiswa sibuk dengan kegiatan kuliah mereka dan perlahan mereka akan melupakan kalau rumor itu pernah ada."
"Bagaimana kalau terjadi sebaliknya? Apa kau tidak khawatir? Apa kau tidak berpikir kemungkinan terburuknya?" desak Jamie bertubi-tubi. Ia khawatir setengah mati akan nasib adiknya. Tapi Jared malah terlihat tenang-tenang saja. Sikapnya justru membuat Jamie berpikir sebaliknya.
"Aku akan mengatasinya."
"Sendiri?"
"Ya," angguk Jared percaya diri.
Jamie mengembuskan napas jengah.
"Apa kita harus pindah?"
"Bukannya kau yang tidak setuju kita pindah?"
Jamie lemas.
Pindah ke tempat yang baru lagi memang merepotkan. Lagipula jika Jared tiba-tiba menghilang dari kampus, secara tidak langsung ia mengakui tuduhan itu. Akan terjadi kekacauan setelah itu.
***
14 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top