Remember
"Coba kulihat lukamu."
Begitu tiba di rumah, Jamie menyeret lengan adiknya ke arah sofa panjang yang menjadi favorit mereka berdua ketika sedang bersantai berdua. Jamie mendudukkan Jared dengan setengah memaksa.
"Aku sudah tidak apa-apa..."
Jamie tidak akan percaya begitu saja dengan pernyataan Jared. Bagaimana mungkin ia baik-baik saja setelah kehilangan darah sebanyak itu?
"Diamlah," suruh Jamie seraya mengangkat ujung kaus Jared lalu mengamati bekas luka akibat ditikam pisau oleh laki-laki yang tak dikenal di depan pintu gerbang kampus.
Luka di perut Jared belum menutup sepenuhnya. Darah masih merembes meski tak sebanyak tadi.
"Aku akan mengambil perban."
"Tidak perlu," sergah Jared.
Jamie yang dalam posisi bersiap melangkah ke arah lemari, berhenti sebentar.
"Kita tidak tahu pisau itu melukai organ dalammu atau tidak. Kau juga kehilangan banyak darah tadi. Perban akan membantu menutup lukanya," urai Jamie sambil menatap serius ke arah Jared.
"Itu hanya pisau lipat. Dia tidak akan melukai organ dalam. Lagipula luka itu akan menutup sendiri seperti biasanya, kan?"
"Itu akan butuh waktu lebih lama dari biasanya. Apa kau yakin akan baik-baik saja? Sekalipun itu tidak sakit, kehilangan banyak darah akan membuat tubuhmu lemah."
"Aku akan mengatasinya."
Jamie menyunggingkan senyum getir mendengar ucapan 'sok kuat' yang meluncur dengan penuh percaya diri dari bibir Jared.
Cowok itu urung pergi mengambil perban. Ia justru beralih menjatuhkan tubuh di samping Jared lalu melepaskan udara dari mulutnya kuat-kuat.
"Apa kau mengenali pelakunya?" Jamie melirik ke samping dengan tatapan penuh selidik. Sepanjang perjalanan pulang tadi pikirannya terus berkecamuk. Ia menyimpulkan kejadian yang baru saja dialami Jared ada hubungannya dengan kecelakaan yang menimpa mereka beberapa waktu lalu. Pembunuhan yang direncanakan!
"Tidak." Kepala Jared menggeleng. "Dia memakai masker dan topi. Aku tidak bisa melihat wajahnya."
"Bagaimana perawakannya?"
"Dia tinggi besar dan memakai jaket kulit hitam. Aku baru melihatnya sekali ini," ucap Jared. Di benaknya masih terekam dengan jelas penampilan si pelaku penusukan itu. Namun, masih ada hal lain yang terus mengganggu pikirannya selain laki-laki bertubuh tinggi besar itu.
Jamie terdiam. Mungkin mereka orang yang sama, batinnya. Bukankah supir truk itu juga menutupi wajahnya dengan masker?
"Tapi..."
"Ada apa?" Dengan cepat Jamie memutar wajah ke hadapan Jared. Ia terlihat tak sabar menunggu Jared mengatakan sesuatu yang mungkin sangat penting.
"Aku melihat seseorang yang mirip dengan Clara."
Jamie bengong. Di saat serius seperti ini Jared masih sempat membahas seorang gadis?
"Apa?!" Jamie memekik pelan. "Kau hampir saja terbunuh, Jared. Apa kau sadar, kau masih beruntung karena si brengsek itu hanya menusuk perutmu. Bagaimana kalau dia menusuk jantungmu, hah? Bisa-bisanya kau membicarakan seorang gadis sekarang. Benar-benar tidak bisa dipercaya..."
Jared menghela napas diam-diam. Baginya peristiwa percobaan pembunuhan itu bukan sebuah masalah besar. Tapi, gadis yang sangat mirip dengan Clara itu...
"Istirahatlah." Jamie mengangkat tubuh dari atas sofa. Ia tidak ingin membahas soal kecelakaan, penusukan, apalagi tentang seorang gadis. Kepalanya penuh dengan dugaan-dugaan. Untuk saat ini ia butuh berpikir.
"Aku benar-benar melihatnya," pancing Jared berupaya untuk menahan Jamie agar tetap bersedia mendengar penjelasannya. Dan ia berhasil.
Jamie memutar tubuh sehingga posisinya menghadap tepat ke arah Jared yang masih duduk di atas sofa. Tampaknya darah mulai berhenti merembes dari balik kaus Jared. Noda merah yang mengotori kaus putihnya juga mulai mengering.
Apa ia mulai berhalusinasi? Apa separah itu?
"Kau hanya belum bisa melupakannya, Jared. Kampus dipenuhi dengan gadis-gadis dan di antara mereka pasti ada yang mirip satu dengan yang lain. Kemiripan semacam itu adalah hal yang wajar. Jadi..."
"Apa aku pernah mengatakan hal seperti ini sebelumnya?" Jared berdiri lalu menatap ke dalam manik mata saudaranya. Sekali ini saja ia ingin Jamie mendengar ucapannya. "Apa sebelum ini aku pernah mengatakan ada seseorang yang mirip dengan Clara? Tidak, bukan?"
"Kau hanya belum bertemu dengan seseorang yang mirip dengannya."
"Apa bagimu aku tampak mengada-ada? Apa aku tampak berbohong?"
Jamie bungkam. Ekspresi yang ditampilkan Jared seharusnya sudah bisa membuat Jamie percaya. Rahang yang mengeras, kedua alis yang mengerut tajam, semestinya mampu menegaskan maksud di balik perkataan Jared.
"Aku tidak akan mengatakan ini kalau dia hanya sekadar mirip dengan Clara." Jared membuka suara rendah setelah beberapa saat. "Gadis itu seolah terlahir kembali."
Jamie terusik dengan kalimat terakhir yang Jared ucapkan.
"Apa dia memang semirip itu?"
Jared mengangguk nyaris tak kentara.
"Apa kau masih ingat ucapan Tuan Joel?"
Kulit di antara kedua alis milik Jamie mengerut cukup dalam. Otaknya dipaksa bekerja keras untuk menggali ingatan tentang Tuan Joel pemilik buku bekas yang mereka datangi beberapa waktu lalu.
"Kau akan bertemu dengan gadis itu di tempat lain." Jamie mengulangi ucapan Tuan Joel kala itu. "Apa yang dia maksud..."
"Laki-laki tua itu tidak gila seperti yang kita pikirkan," sambung Jared.
"Mungkin."
"Kita harus pergi ke sana untuk memastikan."
"Hei!" sergah Jamie cepat. Tangan kanannya menarik ujung kemeja flanel yang membungkus tubuh adiknya. "Kau tidak sadar dengan kondisimu, hah? Kau terluka, Jared. Setidaknya istirahatlah untuk sehari ini saja. Kita bisa pergi ke sana besok."
"Tapi..."
"Laki-laki tua itu tidak akan mati besok. Percayalah padaku," tandas Jamie dengan keyakinan 100 persen.
Jared mengembuskan napas berat.
Tuan Joel, laki-laki tua misterius itu seolah mengetahui sesuatu. Entah itu tentang Clara, Jared, atau mungkin tentang masa depan dan masa lalu. Seperti seorang peramal yang bisa membaca nasib seseorang hanya dengan melihat garis wajahnya.
Apa Tuan Joel juga mengetahui jika Jared dan Jamie bukan manusia?
"Pergilah ke kamarmu," suruh Jamie usai melepaskan ujung kemeja Jared. "Kita akan pergi ke sana besok pagi."
Meski dengan perasaan enggan, akhirnya Jared berlalu dari hadapan Jamie. Tanpa kata. Bayangan peristiwa penusukan itu telah lenyap dari ingatannya digantikan dengan Tuan Joel. Juga gadis yang mirip dengan Clara.
***
30 Agustus 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top