Our Destiny
"Jared?"
Dengan suara pelan William menyerukan nama Jared, sedang tangan kanannya mendorong daun pintu. Ekspresi wajah Jamie yang sarat dengan kecurigaan membuat laki-laki itu ingin segera melihat Jared. Apakah terjadi sesuatu padanya seperti kecurigaan William?
Begitu daun pintu kamar Jared terbuka, maka hal yang pertama kali dilihat oleh William adalah sebuah punggung. Ditilik dari pakaian dan postur tubuh, punggung itu jelas milik seorang gadis. Ia sedang berdiri menghadap tempat tidur di mana Jared berbaring dengan selembar selimut terbentang di atas tubuhnya.
William seketika merasakan firasat buruk. Sesuatu telah menimpa Jared. Pantaslah jika Jamie bersikap aneh saat bertemu dengannya tadi.
"Jared?"
William berjalan mendekat dan kembali memanggil nama putra keduanya. Namun, justru yang memberinya reaksi adalah si pemilik punggung itu. Ia menoleh ke arah William dan spontan membuat laki-laki itu terperangah begitu melihat seraut wajah tak asing terpampang dengan jelas di hadapannya.
Luisa juga terkejut, tapi tak separah yang dialami William.
"Kau... "
William menunjuk ke arah Luisa dengan tangan gemetar. Lututnya kaku dan langkahnya membeku. Dalam sekejap bayangan masa lalu muncul di pelupuk mata laki-laki itu.
"Ayah!"
Belum reda keterkejutan di benak William tentang gadis itu yang menghadirkan bayangan masa lalu yang begitu nyata, tiba-tiba saja Jamie muncul di depannya.
"Dia bukan Clara, Yah." Jamie segera menepis dugaan yang mungkin sedang tumbuh di dalam pikiran William. Ia harus menjelaskan identitas gadis itu dan mencegah hal buruk yang bisa terjadi sebelum terlambat. "Dia Luisa. Dia hanya seseorang yang mirip dengan Clara."
"Apa?" William membeliakkan sepasang mata dengan manik hazel-nya. Raut heran, kaget, dan tak percaya menyatu di wajah laki-laki yang masih menampilkan ketampanan di usia yang sepadan dengan manusia paruh baya itu. Ia terdiam. Namun, pikirannya berusaha untuk mencerna maksud kalimat Jamie.
"Sebenarnya Jared ditembak seseorang di kampus. Tapi bukan gadis ini pelakunya. Dan dia koma sekarang," ungkap Jamie singkat. Semua ia lakukan untuk mengantisipasi kesalahpahaman yang mungkin timbul di benak William.
"Ditembak? Koma?"
Kepala Jamie mengangguk. Sementara William tampak bingung setengah mati.
"Seminggu yang lalu seseorang menembak Jared. Peluru itu nyaris saja mengenai jantungnya. Dan luka itu sebenarnya sudah sembuh total, tapi Jared tidak kunjung bangun. Jadi, aku meminta bantuan gadis itu untuk membuat Jared terbangun," tutur Jamie lebih terperinci.
"Kenapa dia tidak mau bangun? Apa ada yang salah dengan tubuhnya?" William berangsur menghampiri tempat tidur lalu memeriksa kondisi tubuh Jared. Namun, ia tak menemukan apa-apa. Luka tembak yag dibicarakan Jamie juga sudah lenyap tak berbekas.
"Seseorang memberitahuku jika Jared memang tidak ingin bangun. Itu adalah keinginannya sendiri."
"Tidak ingin bangun?" ulang William. Ia ganti mendekat ke arah Jamie untuk meminta penjelasan lebih lanjut. "Kenapa bisa seperti itu? Apa yang membuatnya berpikir untuk tidak bangun? Memangnya siapa yang memberitahumu tentang itu?" desak William bertubi-tubi.
Pikiran William benar-benar kacau usai mendapat penjelasan tak masuk akal dari bibir putranya. Mungkinkah saat itu telah tiba? batin laki-laki itu gusar. Kutukan itu tampaknya datang lebih cepat dari yang William perkirakan. Bukan 10 atau 20 tahun lagi sisa waktu untuk Jared, melainkan tinggal menunggu hitungan hari saja!
Jamie menelan saliva.
Di depan Luisa, ia tak bisa mengatakan sesuatu tentang Tuan Joel atau identitas mereka akan terbongkar. Gadis itu pasti akan terguncang jika mengetahui bahwa Jamie dan keluarganya merupakan bangsa vampir.
William tahu Jamie tidak akan bisa menjawab pertanyaannya. Karena takdir adalah penentu segalanya. Dan takdir menginginkan Jared sekarang.
William mendesah kuat-kuat. Laki-laki itu berusaha melepaskan beban berat yang bersarang di dalam dadanya. Namun, ia tak mampu melakukannya. Kutukan itu akan merenggut nyawa Jared cepat atau lambat. Ia menyadari hal itu dengan baik. William hanya tidak terima dengan semuanya. Peraturan dunia vampir telah membuat William dan kedua putranya menanggung derita yang menyakitkan.
Melihat William yang seakan tak mampu menopang tubuhnya lagi membuat Jamie merasakan iba. Ia juga merasakan hal yang sama dengan ayahnya. Dan Jamie sedang mengusahakan yang terbaik untuk Jared.
"Mungkin saja gadis ini bisa membantu, Yah," ucap Jamie seolah ingin memberi sedikit harapan untuk William. Sekecil apapun itu, harapan tetaplah harapan. "Gadis ini adalah reinkarnasi Clara dan Jared sangat mencintainya. Ikatan batin di antara mereka jauh lebih kuat dari yang kita bayangkan. Jadi, kupikir dengan membawa gadis ini ke hadapan Jared membuatnya mau membuka mata."
"Tapi, gadis itu berbeda dengan kita, Jamie. Apa kau lupa hal itu? Apa kau tidak ingat bagaimana kau menghabisi nyawa Clara?"
Jamie terenyak. Tak semestinya William menyinggung masalah itu sekarang di hadapan Luisa. William boleh mengungkit soal itu nanti sepuasnya, tapi saat Luisa telah pergi.
"Kau belum lupa peraturannya, kan?" sentak William tiba-tiba. Membuat nurani Jamie terusik. Ia berpikir keras mencerna maksud kalimat yang diucapkan ayahnya.
Peraturan yang William maksud adalah tentang vampir dan manusia yang saling mencintai. Salah satu dari mereka harus mati karena vampir dan manusia tidak akan pernah bisa bersatu. Jadi, kesimpulannya adalah gadis itu harus mati agar Jared bisa diselamatkan. Dan ujung dari kisah ini sudah bisa ditebak.
"Kita tidak bisa melakukan itu, Yah," bisik Jamie dengan menggelengkan kepala sebagai sinyal agar ayahnya tidak membunuh Luisa. Meski telinga gadis itu bisa menangkap suara Jamie sekalipun ia berbisik. "Ayah sangat tahu Jared tidak akan pernah menyukainya. Dia akan sangat membenci ayah. Sebaiknya jangan melakukan apapun," larang Jamie. Ia tidak akan pernah membiarkan ayahnya menyakiti Luisa. Sudah cukup Clara yang harus kehilangan nyawa. Jangan Luisa.
"Apa kita punya pilihan lain?" tanya William.
Selalu tidak ada celah untuk permasalahan seperti ini. Tidak ada tawar menawar jika menyangkut peraturan dunia vampir. Namun, Tuan Joel pernah mengatakan jika kutukan itu belum terbukti benar adanya.
"Ayah mencintai kalian berdua melebihi nyawa ayah sendiri, Jamie. Ketahuilah itu."
"Ya, aku tahu." Jamie mengangguk penuh pengertian. Sekalipun William nyaris tak pernah berada di sisi Jared dan Jamie, ia tahu ayahnya sangat mencintai mereka berdua.
"Ayah tidak perlu meminta izin padamu untuk melakukannya, Jamie. Ayah akan mempertaruhkan segalanya demi hidup kalian berdua."
"Jangan lakukan itu, Ayah!"
Teriakan Jamie bergema memenuhi setiap sudut ruangan dan seiring dengan lengkingan suaranya, tubuh William perlahan berangsur berubah bentuk.
Dimulai dari sepasang mata yang berubah menjadi merah menyala, secara dramatis tubuh William berubah menjadi vampir seutuhnya.
Rambut hitam William telah berganti warna menjadi keperakan, sementara sepasang taring tiba-tiba tumbuh memanjang di kedua sisi mulutnya, seolah siap menggigit mangsa. Kuku-kuku jarinya turut memanjang dan terlihat tajam, siap merobek kulit siapa saja yang diinginkannya. Hanya perubahan kecil pada bagian telinga yang melancip ke atas yang tidak terlalu mencolok dari dirinya. William telah siap untuk menghabisi Luisa detik itu juga!
***
15 Oktober 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top