Luisa Hawkins
Jamie terlambat, keluh Jared dalam hati ketika ia tak mendapati mobil milik kakaknya terparkir di dekat pintu gerbang kampus. Ia menelusuri ke arah jalanan, tapi belum ada tanda-tanda Jamie akan tiba dalam hitungan detik. Dari kejauhan masih belum tampak bagian depan sebuah mobil berwarna merah melaju ke arah tempat Jared berdiri menunggu.
Bukan kali ini saja Jamie terlambat menjemputnya. Saat terjadi insiden penusukan itu, Jamie juga datang terlambat. Namun, Jared masih bisa menunggu beberapa menit lagi.
"Ah!"
Jeritan kecil itu seketika mengundang kepala Jared untuk menoleh ke arah sumber suara. Tak jauh dari tempatnya berdiri mematung, seorang gadis tampak sedang duduk berjongkok dan memungut beberapa buah buku yang tercecer di atas tanah.
Jared merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak.
Bukankah gadis itu...
Sepasang mata Jared menatap lurus ke arah gadis berambut cokelat pekat sebahu yang telah berhasil memungut buku-bukunya dari atas tanah lalu mendekapnya dengan erat di depan dada. Dan ketika ia berhasil berdiri, maka tampaklah seraut wajah yang berpuluh-puluh tahun lalu hadir mengisi hari-hari Jared.
Tidak ada yang berubah darinya. Gadis itu sama persis dengan Clara 30 tahun lalu. Reinkarnasi adalah sebuah keajaiban.
Merasa ada seseorang yang terus menatapnya, gadis itu menoleh ke arah Jared. Kerutan samar tercetak di keningnya ketika tatapan mata mereka beradu.
Jared terperanjat, tak menduga jika gadis itu akan balik menatapnya tiba-tiba seperti itu. Cowok itu mengerjapkan mata lalu mengalihkan pandangan ke arah lain. Menghindari tatapan gadis itu.
Mustahil untuk tidak kembali jatuh cinta pada gadis itu, batin Jared gusar. Bagaimana ia bisa menahan kerinduan selama 30 tahun ketika seraut wajah Clara hadir tepat di depan matanya seperti saat ini? Sekalipun ia bukan Clara, tetap saja perasaan itu tidak bisa Jared sembunyikan. Mungkinkah ini karena ikatan takdir yang menghubungkan dirinya dengan gadis itu?
Kenapa Jamie lama sekali?
Jared mulai kesal pada kakaknya. Di saat ia sudah bertekad untuk tidak menyeret gadis itu masuk ke dalam lingkaran takdir hidupnya, Jamie malah terlambat. Pertemuan semacam ini bisa ia hindari seandainya Jamie datang tepat waktu.
"Namaku Luisa Hawkins. Apa kita pernah bertemu sebelum ini?"
Jared tercekat.
Gadis itu mengatakan sesuatu padanya. Padahal ia sudah mengalihkan tatapan dan bersikap acuh. Jared sedang berusaha keras untuk menghindari takdir, tapi gadis itu malah bertekad untuk mengikis jarak di antara mereka.
"Tidak."
Tanpa menoleh Jared menyahut pertanyaan itu. Jauh di dalam hati ia berharap agar Jamie memacu kendaraannya lebih cepat ke depan pintu gerbang kampus dan segera membawanya pergi jauh dari tempat itu.
"Oh, ya? Aneh sekali," ucap gadis itu sesaat kemudian. "Aku mahasiswi baru di sini. Mungkin aku pernah melihat seseorang yang mirip denganmu di suatu tempat," imbuh gadis itu. Ia memutar bola mata, mencoba dengan keras mengingat-ingat seseorang yang pernah ditemuinya di suatu tempat dan serupa dengan seraut wajah tampan yang berdiri beberapa jengkal dari tubuhnya.
Jared tak menyahut. Ia tak ingin melanjutkan perbincangan dengan gadis itu. Meskipun ia sangat ingin berbincang dan menatap wajah itu lekat-lekat, tapi Jared tidak bisa melakukannya.
Ponsel milik Luisa yang tersimpan di dalam saku cardigan cokelat tiba-tiba berdering pelan dan seketika membuat Jared diam-diam membuang napas lega. Meski hanya sementara, panggilan telepon itu memberi jeda untuk mereka berhenti berbincang.
"Halo, Ayah."
" ... "
"Tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri. Ayah tenang saja."
Gadis itu mengakhiri pembicaraan singkat dengan sang ayah lalu menyimpan kembali ponsel di dalam saku cardigan cokelat yang membalut tubuhnya.
Tanpa mengucap apapun Luisa bergegas pergi meninggalkan tempatnya berdiri semula. Ayahnya baru saja memberitahu Luisa jika ia tidak bisa menjemput gadis itu karena ada sebuah urusan yang tidak bisa ditunda.
Luisa memutuskan untuk pulang dengan berjalan kaki. Rumahnya tidak begitu jauh dari kampus. Sekitar butuh waktu 20 menit untuk tiba di rumah.
Sementara Jared hanya menatap punggung Luisa dengan perasaan campur aduk. Sepertinya takdir sedang mempermainkannya.
"Apa kau sudah lama menunggu?!"
Suara khas milik Jamie terdengar menyapa gendang telinga Jared dengan volume yang cukup keras. Membuat tatapan Jared seketika beralih ke arah Jamie yang sedang duduk di balik kemudi mobil barunya. Ia tak perlu turun karena Jared buru-buru melangkah mendekat.
"Kenapa baru datang?" Begitu masuk dan duduk, Jared menyerang kakaknya.
"Maaf, aku tadi pergi ke suatu tempat." Jamie tak ingin menjelaskan apapun tentang kunjungannya ke tempat Tuan Joel.
Jared tak menanggapi dan tak bertanya tempat yang dituju Jamie. Cowok itu duduk dengan tenang dan tekun menatap ke depan selama dalam perjalanan pulang. Pikirannya terus melayang pada Luisa.
"Bukankah itu gadis yang mirip dengan Clara?"
Ketika mobil yang mereka tumpangi melaju pelan meninggalkan kawasan kampus, tampaklah Luisa sedang berjalan kaki di trotoar. Mata Jamie terlalu jeli kali ini seolah ada yang berbisik di telinganya dan memberitahu tentang gadis itu.
Jamie menoleh ke arah Jared pasalnya tak ada sepatah kalimat yang meluncur dari bibirnya. Wajah Jared terlihat datar. Dingin seperti sebongkah es di musim dingin.
Jamie menatap ke depan kembali. Tak seharusnya ia membicarakan gadis itu di saat Jared sedang berusaha keras untuk menjauhkan diri dari 'kembaran' Clara. Bukankah mereka ingin akhir kisah yang berbeda?
***
06 September 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top