It Was Nothing

Jamie membuka kedua matanya setelah beberapa saat. Ia perlu beberapa detik untuk mengumpulkan segenap kesadaran dan mengulang kronologi kejadian yang menyebabkan dirinya berada di posisi paling tidak wajar.

Mobil Jamie terbalik tidak jauh dari pintu gerbang rumah keluarga Hermsworth. Kedua kakak beradik itu harus terjebak di dalamnya dan itu sungguh tragedi yang menyebalkan.

"Sial."

Jamie mengumpat berkali-kali karena tak bisa menahan kesal yang berkecamuk dalam dadanya. Tubuhnya masih terikat pada kursi berkat sabuk pengaman, tapi kedua kakinya terjepit. Tampaknya perlu upaya ekstra untuk bisa mengeluarkan tubuhnya dari mobil.

"Apa kau terluka?"

Suara yang datang dari samping tubuhnya membuat Jamie langsung merasa lega. Posisi Jared yang tak lebih baik darinya membuat Jamie merasa geli.

"Tidak. Kecelakaan kecil seperti ini tidak akan bisa membunuhku," tandas Jamie dengan pongah. Senyum tipis ia sunggingkan di bibir padahal dari kepalanya merembes cairan berwarna merah.

Jared balas mengukir senyum.

"Tapi kau berdarah," tunjuk Jared dengan isyarat kedua bola mata yang mengarah ke bagian kepala Jamie.

"Apa kau bisa bergerak?" Jamie mulai tak tahan dengan posisi kepalanya yang berada di bawah.
"Ya, kurasa begitu."

Jared melepaskan sabuk pengaman dari kursi dan seketika tubuhnya jatuh ke bawah mobil Jamie yang terbalik. Ia masih lebih beruntung daripada Jamie karena kedua kakinya bisa ditarik meski sempat terjepit.

"Apa kau bisa menarikku keluar? Kakiku terjepit."

Jamie sudah membuka kunci sabuk pengamannya, tapi belum berhasil melepaskan kedua kakinya. Alangkah bagusnya jika ia bisa berubah menjadi seekor kelelawar di saat genting seperti ini, tapi ia tidak mungkin menunggu hingga malam hanya untuk bisa berubah wujud. Perubahan wujud itu hanya berlaku saat malam hari saja. Pasalnya kelelawar tidak bisa menentang energi yang terpancar dengan kuat dari matahari.

"Aku akan menarik kakimu. Tapi, apa kau akan baik-baik saja kalau kakimu patah?"

"Astaga." Di saat seperti itu Jamie masih sempat menyeringai. "Apa kau lupa kalau kita ini vampir, hah? Bahkan kita tidak perlu dokter dan rumah sakit hanya untuk menyembuhkan luka kecil seperti itu."

Dalam waktu semalam saja luka patah kaki atau tangan akan sembuh dengan sendirinya. Jadi, itu sama sekali bukan masalah untuk mereka. Namun, Jared hanya ingin memastikan keadaan kakaknya.

Jared lantas menarik kaki Jamie satu per satu dengan paksa. Tanpa rasa sakit, semuanya akan terasa lebih mudah. Dan setelah berjuang cukup keras, akhirnya kedua kaki Jamie bisa terlepas. Darah tampak merembes dari sela-sela celana denim miliknya yang terkoyak.

"Aku harus mencari orang gila itu," geram Jamie setelah tubuhnya berhasil mendarat ke bawah. Sementara Jared sedang berusaha membuka pintu mobil yang untung saja bisa dibuka dengan mudah.

"Apa kau bisa keluar?"

Jared berhasil keluar dari mobil dan berdiri tegak. Lengan kanannya menderita luka sobek dan mengeluarkan cairan berwarna merah.

Jamie bergegas merayap keluar dari mobil lalu mendesah kuat-kuat. Ia menatap ke sekeliling dan tak menemukan siapa-siapa. Truk itu telah lenyap tak meninggalkan jejak.

"Dia sudah melarikan diri," gumam Jared.

"Aku akan membunuh si brengsek itu," geram Jamie penuh dendam. Sepasang matanya telah berubah merah dan kedua tangannya mengepal.

"Sebaiknya kita masuk." Jared menepuk pundak Jamie sebelum kakaknya itu benar-benar berubah wujud karena terbakar api amarah. Meski kawasan itu sepi dan jauh dari rumah penduduk, tetap saja siapapun bisa tiba-tiba melewati jalanan itu. Tidak ada yang boleh melihat Jamie dalam keadaan seperti itu.

Jared terpaksa menyeret lengan Jamie yang tak kunjung beranjak dari samping mobilnya yang kini tak lebih dari sekadar barang rongsokan.

Begitu tiba di rumah, Jamie dan Jared langsung menjatuhkan tubuh di atas sofa empuk yang berada di ruang tengah. Pendarahan di kepala dan kaki Jamie telah berhenti, begitu juga dengan Jared. Lengan kanannya yang sobek juga berhenti mengalirkan cairan. Perlahan luka-luka itu mulai menutup dengan cara yang ajaib. Seolah-olah ada benang-benang tipis yang mulai menyatukan bagian kulit yang terbuka satu dengan yang lain. Dalam kurun waktu tiga hari saja luka-luka itu akan menutup sempurna dan bekasnya akan hilang.

"Aku tidak habis pikir," Jamie tampak bersemangat untuk kembali membahas kecelakaan yang mereka alami beberapa saat lalu. "sebenarnya siapa mereka dan kenapa mereka ingin membunuh kita? Apa mungkin mereka dendam pada ayah, atau pada salah satu dari kita?" Ia melirik Jared yang duduk tegak di sebelahnya.

Setelah terdiam sebentar Jared menggeleng pelan. Tidak ada petunjuk sama sekali yang bisa menuntunnya ke arah pelaku.

"Apa ayah punya musuh?"

"Setahuku tidak." Jamie mencoba mengingat sesuatu.

Selama mereka menetap di kota itu, William nyaris tak pernah keluar rumah meski hanya untuk sekadar bergaul dengan orang-orang. Ia lebih banyak tinggal di rumah untuk membaca buku atau memantau bisnisnya melalui sambungan internet. Kaum vampir selalu membatasi diri dari dunia luar dan memang sudah seharusnya seperti itu. Demi keamanan dan kenyamanan hidup mereka.

"Mereka jelas-jelas mengincar kita..." Jared menatap ke arah Jamie yang sekarang tampak lebih tenang dari sebelumnya. Bola matanya kembali seperti semula. Hitam.

"Siapapun itu, mereka pasti akan kecewa begitu mengetahui kita baik-baik saja," gumam Jamie. Mereka pasti tidak tahu cara membunuh vampir yang benar. Satu tusukan tepat pada jantung vampir adalah cara yang paling efektif untuk memusnahkan makhluk pengisap darah itu.

"Mereka tidak tahu identitas kita yang sebenarnya. Apa mungkin mereka salah sasaran?"

"Kupikir tidak. Apa kau tahu ada berapa banyak mobil seperti kepunyaanku di kota ini? Tidak ada mobil yang sama persis dengan mobilku, Jared. Aku pernah melihat jenis mobil yang sama di kota ini, tapi warnanya berbeda. Aku sangat yakin kita adalah target pembunuhan itu dan dia pastilah seorang manusia. Karena vampir tidak akan melakukan hal selicik itu untuk melenyapkan nyawa seseorang."

Vampir akan melenyapkan musuhnya dengan menggigit leher korban. Dan Jared pernah melakukannya sekali seumur hidup.

Jamie menarik napas panjang lalu bangkit dari tempat duduknya.

"Aku harus berganti pakaian," desahnya. "Hubungilah seorang mekanik. Suruh dia menderek mobilku ke tempat rongsokan."

Kedua alis Jared bertaut mendengar perintah Jamie.

"Apa kau tidak ingin memperbaikinya?" Setahu Jared, Jamie sangat mencintai mobil itu.

"Apanya yang bisa diperbaiki? Sekalipun aku mencintainya, biaya yang harus kukeluarkan untuk memperbaikinya tidak sedikit. Lebih baik aku memesan yang baru dan sama persis," ucap Jamie tanpa beban.

"Ya, ya."

Jared mengangguk dengan kaku. Setelah Jamie berlalu barulah ia menghubungi seorang mekanik agar menderek mobil itu ke tempat rongsokan seperti perintah Jamie.

***

23 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top