Happy Future

"Ayolah, Jared. Cepat katakan apa yang sebenarnya terjadi."

Jamie berusaha untuk mengejar langkah-langkah lebar Jared yang telah lebih dulu masuk ke dalam rumah. Pasalnya ia sudah tidak sabar ingin mendengar cerita Jared.

"Kau tidak akan percaya ini," ucap Jared ketika mereka telah tiba di ruang tengah. Cowok itu sengaja membalik tubuhnya dan urung untuk menempati sofa favoritnya. Wajahnya terlihat antusias.

"Ya, tentu. Tapi apa?" desak Jamie berlipat-lipat kali tidak sabar. Tampaknya Jared sengaja mengulur waktu dan ingin membuat Jamie tersiksa oleh rasa penasaran.

"Kau tahu, Luisa adalah vampir seperti kita," ucap Jared. Ia sudah menahan untuk tidak mengungkapkan hal ini pada kakaknya sepanjang perjalanan pulang tadi.

"Apa?!" Jamie memekik dengan keras padahal itu bukan kebiasaannya. "Luisa juga vampir seperti kita?"

Kepala Jared mengangguk penuh keyakinan.

"Ya. Dia mengatakan itu padaku dan aku juga sudah membuktikannya sendiri. Kau masih ingat saat dia tidak bereaksi melihat perubahan ayah?"

"Ya, ya." Jamie masih mengingat semuanya dengan baik. Rekaman kejadian itu tersimpan rapi dalam benaknya. "Pantas saja dia diam saja saat ayah berubah wujud. Aku tidak menyangka gadis itu juga vampir seperti kita. Benar-benar tidak bisa dipercaya." Jamie menggumam sendiri.

"Tapi misteri tentang Tuan Joel masih belum bisa kita pecahkan."

"Tak masalah kita tidak bisa memecahkan misteri tentang laki-laki tua itu. Yang terpenting dia sudah banyak membantu kita. Tapi, kenapa Clara bereinkarnasi menjadi vampir? Apa kau tidak merasa aneh? Apa jangan-jangan dulu kau berharap gadis itu terlahir kembali sebagai vampir?"

Jared tertegun.

"Entahlah," gumamnya lirih. Harapannya kala itu terlalu panjang dan Jared tak bisa mengingat semuanya.

"Tapi, itu jauh lebih baik karena dia terlahir sebagai vampir seperti kita. Bagaimana? Apa kau merasa senang sekarang setelah mengetahui gadis itu vampir seperti kita?"

Jared mengulum senyum.

Tapi, rasa bahagia itu masih terganjal oleh sesuatu, batin Jared. Kata-kata Luisa masih terngiang jelas di dalam benaknya. Bagaimana jika gadis itu tidak bisa menerima Jared selamanya karena ia berpikir jika Jared hanya terobsesi pada Clara?

"Sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa memisahkan kalian. Peraturan bangsa vampir tidak berlaku lagi karena kalian sama-sama vampir. Kalian bisa menikah dan memiliki anak. Semestinya tidak ada masalah, bukan?"

"Masih terlalu dini untuk berpikir tentang sebuah pernikahan," tukas Jared tersipu malu.

"Kau tahu, bangsa kita berada di ambang  kepunahan. Kita perlu berkembang biak agar jumlah vampir di dunia ini bertambah, Jared," ucap Jamie sembari mencubit pipi Jared gemas.

"Hei, aku bukan hewan langka! Dan kenapa kau memakai istilah berkembang biak, hah?" sungut Jared merasa kesal mendapat perlakuan seperti itu. Tingkah dan ucapan Jamie sangat menjijikkan.

"Ah, alangkah menyenangkan kalau aku punya banyak keponakan. Bayangkan jika rumah ini dipenuhi dengan vampir-vampir kecil menggemaskan. Pasti sangat lucu," ujar Jamie seraya berjalan mengitari ruangan. Senyum kecil tak lepas dari bibirnya. Dalam benaknya ia membayangkan jika ruangan itu dipenuhi dengan anak-anak vampir yang lucu dan sedang berlarian ke sana kemari.

"Imajinasimu gila!" olok Jared. Ia sudah tidak tahan lagi melihat Jamie, apalagi mendengar ocehan-ocehannya tentang masa depan yang belum pasti.

"Aku tidak gila, Jared! Aku hanya sedang berbahagia untukmu!"

"Aku tidak butuh!"

Jared mengayun langkah meninggalkan ruang tengah dengan perasaan campur aduk. Pasalnya ada bagian penting dari kisahnya dengan Luisa yang tidak Jared ungkapkan di depan Jamie. Tentang penolakan Luisa terhadap perasaannya. Namun, Jamie malah membicarakan sebuah pernikahan dan anak-anak yang menggemaskan. Separuh hati Jared terluka dibuatnya.

Mungkinkah apa yang ia rasakan saat ini hanya sebatas obsesi pada mendiang Clara?

"Apa rencanamu selanjutnya?" Jamie tidak tinggal diam. Ia mengejar Jared hingga masuk ke dalam kamarnya.

Jared yang terlanjur melepas kaus lengan panjang dari tubuhnya dan memperlihatkan bagian perutnya yang datar mendelik kesal pada kakaknya. Terkadang ia merasa tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya yang kurus, sementara tubuh Jamie nyaris sempurna. Namun, kali ini ia merasa kesal tentang masalah lain.

"Kau membatalkan rencana untuk pindah, bukan?" Jamie mendekat ke arah tempat tidur lalu menjatuhkan tubuh di tepinya. "Tidak ada yang perlu kau hindari sekarang, Jared."

Jared tidak langsung menjawab. Ia buru-buru menyambar sehelai kaus putih berlengan pendek dari dalam lemari lalu tergesa mengenakannya.

"Aku sudah terlanjur bilang pada ayah ... "

"Itu bukan masalah. Aku akan bicara padanya," tukas Jamie sambil bergegas bangun dari tempat duduknya. Ia berjalan pergi keluar ruangan tanpa mengatakan apa-apa. Mungkin ia akan menemui William di ruang kerjanya.

***

26 Oktober 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top