7
Cinta dan keajaiban memiliki persamaan besar. Keduanya memperkaya jiwa dan mencerahkan hati
Happy reading
.
.
.
.
.
.
Hari ini gue akan pergi ke rumah Queen untuk menuhin undangan makan malam dari om Dean. Gue mematut diri gue lagi di cermin kamar gue. Rasanya nggak pede bagi gue pakai dress pilihan Mama.
*Anggap itu Azza😉
Gue turun ke bawah, disana Papa dan Attar udah nungguin gue dan Mama, gue jalan di belakang Mama.
"Duh anak Papa cantik banget ini"
"Apaan sih Pa, udah yuk buruan berangkat aja" ajak gue, biar gue terbebas dari godaan yang dilanyangkan Papa ke gue.
Butuh waktu 40 menit untuk kita sampai di rumah besar milik keluarga Morinho. Gila besar banget ini rumah sumpah.
Smartphone gue berdering. Nomor tidak dikenal, tapi harus gue angkat. "Teteh angkat telepon dulu, Papa masuk dulu aja"
"Ya sudah, ayo Ma, Tar"
"Halo selamat malam"
"Selamat malam, ini Azzahra Salsabila?"
"Iya betul, maaf ini dengan siapa?"
"Saya Ardana yang interview kemarin"
"Oh iya pak, ada apa ya pak?"
"Saya ingin menyampaikan kalau kamu kami terima menjadi translator, jadi besok bisa ke kantor untuk tanda tangan kontrak lebih lanjut"
"Baik pak, besok sekitar jam 1 saya baru bisa kesana pulang kuliah"
"Baik, saya tunggu. Selamat malam"
"Terimakasih pak, selamat malam" gue menutup mulut gue dan berteriak dalam hati. Gue langsung menyusul masuk ke dalam rumah Queen.
"Maaf saya telat" gue masuk dan Queen langsung meluk gue. Gue sekilas melihat Arsen dia menatap gue intens, seperti terpesona sama gue.
Fix gue terlalu percaya diri banget. Padahal belum tentu kan dia suka gue. Biasalah percaya diri itu dibutuhkan bagi gue.
"Kamu cantik Azza" puji Queen. Gue terkekeh mendengarnya muji gue. Emang sih gue kelihatan beda.
"Makasih, kamu juga cantik"
"Ayo kita makan malam saja dulu, nanti keburu dingin makanannya" ajak om Dean.
Kami berlalu ke ruang makan yang wow daebak. Gila gue sampai nganga dibuatnya. Keren pake banget.
Gue duduk berdekatan dengan Queen dan Attar. Arsen ada di depan gue. Kami makan dengan khidmat dan sunyi, hanya dentungan sendok dan garpu yang berbunyi nyaring.
Setelah makan, kami ngobrol di ruang keluarga, dan gue tetep duduk bersama Queen.
"Saya berniat menjodohkan Arsen anak saya dengan Azza. Bagaimana Azza?" Gue noleh ke om Dean. Yang bener aja nih? Ini seriusan? Gilaaa mau banget gue sebenernya, tapi Arsen?
"Kenapa saya om?" Ogeb nih gue, kenapa mulut dan otak gue nggak sinkron gini sih. Harusnya gue iyain. Ogeb emang gue. Maafin Baim ya Allah.
"Karena kamu cocok dengan Arsen, Azza" gue menoleh ke Papa dan Mama, mereka nampak menyerahkan semua keputusan ke gue. Gue sendiri masih ragu untuk menerima Arsen. Gue nggak begitu mengenal Arsen, dan Arsen sendiri yang gue denger dari Queen, dia belum bisa move on.
"Saya belum mengenal kak Arsen, saya juga masih kuliah Om" jawab gue sesopan mungkin.
"Daddy, maybe Azza hesitant with me. Aku juga ingin mengenal Azza dulunya. Bolehkan Daddy?"
"Of course son, but you must have guard youre atitude son"
"Of course daddy. It's okay Azza, don't worry with me" gue cuma diam nggak nanggepin Arsen.
"Besok, kita pergi berempat?" Ajak Arsen ke gue dan Attar.
"Wah, aku harus kerumah teman, ngerjain tugas. Teh?" Attar nyenggol tangan gue.
"Aku besok harus ke kantor untuk tanda tangan kontrak"
"Kontrak? Kamu jadi kerja disana Teh?" Papa bertanya ke gue.
"Iya Pa, tadi di telepon pihak kantornya dan besok pulang kuliah harus kesana"
"Aku bisa antarkan kamu kesana dengan Queen" Queen tersenyum dan mengangguk. Gue nggak enak nolak juga, gue akhirnya setuju dan mengangguk.
☘☘☘
Pulang Kuliah gue dan Queen sudah menunggu di depan gerbang kampus. Mobil sedan warna hitam sudah berhenti di dekat gerbang kampus. Arsen turun dan mahasiswi yang sedang ada disekitar gue, memandang Arsen seperti mau nerkam. Dia calon laki gue, halooo. Pengen gue teriak kek gitu.
Apalah gue yang hari ini disuruh Mama lagi pakai dress tapi kali ini rambut gue cepol.
*Anggap saja Azza😉
"Wow you look so beautiful Azza" gue cuma tersenyum menanggapi Arsen. Gue sedang dalam mode nggak pede.
"Jalan Pattimura ya, alamat penerbitnya"
"Kamu kerja disana?" Arsen kembali bertanya ke gue yang memilih duduk di belakang.
"Iya, sebagai translator novel aja. Cara kerjanya Nanti dikirim lewat email"
Arsen nggak terlalu banyak bicara, karena gue lebih memilih diam dan melihat kearah Jendela. Gue nggak tau nih otak dan mulut gue nggak sinkron. Jantung gue rasanya berdetak nggak karuan kalau dekat dengan Arsen, apa ini namanya jatuh cinta?
Mobil Arsen sudah sampai di depan kantor. Gue menyuruh mereka untuk menunggu di cafe depan kantor. Mereka setuju dan gue masuk untuk bertemu dengan pak Ardana. Gue berjalan ke ruangannya. Disana sudah ada seorang perempuan cantik, sepertinya itu sekretarisnya. Gue masuk ke dalam dan disodorkan kontrak kerja. Gue baca sebentar lalu gue tanda tangan.
"Sudah pak. Terimakasih dan mohon kerjasamanya"
"Sama-sama"
"Saya permisi dulu pak, saya ada janji"
"Iya silahkan"
☘☘☘
Arsen dan Queen memesan makanan di Cafe sambil menunggu Azza. Seorang wanita cantik masuk dan mendekati Arsen, wanita itu memeluk leher Arsen dan duduk disebelahnya. Queen nampak tidak suka dengan wanita itu.
"Why you must in here Stella?" Tanya Queen terang-terangan, karena Queen ingin menjaga perasaan Azza sahabatnya yang dijodohkan dengan Arsen.
"I miss him Queen. I miss you Arsen. Why you don't call me again?"
"Stella, you have a boyfriend. Kenapa kamu harus menantiku?"
"Kamu sudah bisa bahasa Indonesia Arsen?"
"Of course Stella. Who are you with?"
"alone. I miss you Arsen"
Arsen hanya menghela nafas, sungguh waktunya tidak pas, dia sedang bersama Azza dan Queen.
"Maaf lama" gue duduk di samping Queen. Queen menyodorkan segelas jus alpukat ke gue.
"For you Azza"
"Terimakasih"
"Who is she Arsen?" Tanya wanita cantik yang duduk di samping Arsen dan memeluk lengan Arsen. Bangke emang, bisa-bisanya dia janjian sama perempuan ini. Nggak tahu apa hati gue rasanya patah.
"Haiy, saya Azza temannya Queen" gue sebisa mungkin tersenyum.
Ardana Chairil
Nomor handphone kamu sudah saya berikan ke Mr. Martin, mungkin dia akan menghubungi kamu
Gue tersenyum melihat chat dari pak Ardana. Gue melirik dari ekor mata gue, Arsen memperhatikan gue.
"Pesan dari siapa?" Arsen bertanya ke gue. Bodo amat gue sama lo.
Azzahra Salsabila
Terimakasih banyak Pak.
Gue ngobrol dengan Queen, tentang pak Ardana yang menjadi CEO di kantor penerbit itu.
Nomor tidak dikenal menelpon ke smartphone gue. Gue buru-buru menjawab panggilan itu.
"Halo"
"Halo? This Azza's number right?"
"Yes i am. Who is he?"
"It's me Martin. I got your number from Mr. Ardana"
"Oh Mr. Martin. yes he told me, before you call me Sir"
"I don't think she can speak English" cibir Stella
"She's English teacher" Queen menjelaskan ke Stella.
Setelah gue bertelpon ria dengan Mr. Martin dan bertukar Instagram, dia mengakhiri panggilannya. Gue duduk dekat Queen, sambil kepoin Instagram Martin.
"Siapa telepon?"
"Mr. Martin, dia penulis, novelnya yang akan aku translate Queen" gue masih sibuk mencari dan ketemu. Gilaaa masih muda banget lagi.
"Ada apa Za?"
Nicholas_Martin
"Mr. Martin" gue nunjukin ke Queen, foto Mr. Martin.
"Very young Azza. Where he's come from?"
"England"
"Menurut kamu dia ganteng?" Gue cuma menggedikkan bahu. Gue lirik Arsen sebentar, dia dari tadi perhatiin gue.
"Ya masih muda dan tampan" jawab gue antusias dan membuat Arsen merebut smartphone gue. "Heiy kembalikan, aku belum selesai lihat"
Tapi Arsen tak merasa terganggu dengan rengekanku, dia melihat sekilas Mr. Martin itu seperti apa. Wajahnya nampak kesal setelah mengamati foto Mr. Martin.
"Jadi sekarang sudah berani ya keluar dengan laki-laki lain hm?"
☘☘☘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top