5


Sabar  itu ilmu tingkat tinggi
Belajarnya setiap hari
Latihannya setiap saat
Ujiannya sering mendadak

Happy reading
.
.
.
.
.

"

Mama nggak habis pikir jalan pikiran Papa gimana? Papa mau jodohin kamu sama anak rekan bisnisnya yang baru pulang dari luar negeri"

"Hah? Kok gitu sih Ma? Teteh nggak mau ah, teteh masih ingin kuliah"

"Iya sayang, Mama nanti akan coba batalkan lagi" Gue memeluk Mama, memang cuma Mama yang tahu perasaan gue.

"Ma, kalau ada balasan dari pihak penerbitnya dan interview di kantornya, Mama anterin teteh ya" Mama cuma mengangguk dan memeluk gue lagi. Gue suka cara Mama yang berpikir realistis dan sesuai nalar dan nggak kolot.

"Ma, ceritakan tentang Mama dan Papa bisa menikah itu gimana?"

"Ya, dulu kita di jodohkan kakek buyut kamu dari Kakek. Awalnya Mama sama Papa nolak, Mama belum genap 19 tahun dan Papa juga belum genap 20 tahun. Mereka khawatir kalau kami terkena pergaulan bebas. Ya sudah Kakek, Nenek dan Papa kamu ke rumah Nini dan Aki buat melamar Papa, terus di terima dan menikah"

"Awalnya Mama sama Papa nggak terima, terus kita pisah kamar. Mama dulu dikamar ini. Mama tetap menghormati Papa sebagai suami Mama. Mama masak, cuci baju, bersih-bersih juga, meskipun masih kuliah. Nggak ada yang tahu kalau kita nikah. Mama juga masih kerja di cafe Om Kenan"

"Sampai akhirnya Papa minta Mama untuk mengakui pernikahan kita ke teman-teman kita, ya udah deh Mama juga setuju. Karena kami saling Cinta karena terbiasa bertemu"

"Wah. Selama Papa dan Mama menikah, Mama nggak kerepotan buat belajar?"

"Nggak sayang. Mama masih bisa ngejalani semuanya. Kuliah ambil kelas akselerasi, ngajar di yayasan dan bantuin jaga showroom"

"Hebat Mama. Teteh ingin seperti Mama bisa melakukan segalanya. Ma, dulu ada yang naksir Mama nggak?"

Mama gue cuma ketawa doang. Gue tahu pasti ada yang suka Mama, secara Mama gue cantik.

"Hmm.. ada dan Papa sangat cemburu"

"Siapa Ma?"

"Om Raffael suka Mama tapi Mama udah menikah, dia masih coba deketin Mama tapi Mama jelasin ke dia bahwa Mama bahagia. Terus pak Rangga"

"What? Dosen pak Rangga teman Mama?" Mama cuma ngangguk aja "kok bisa Ma?"

"Pak Rangga mengakui waktu Mama usai sidang skripsi, ada Papa juga disana dan teman-teman. Sampai Papa mau jadi Hulk" gue tertawa, bisa aja nih Mama, Papa ganteng gitu dibilang Hulk.

Gue dan Mama menghabiskan malam berdua untuk bercerita manja tentang masa muda Mama. Mama juga bercerita kenapa Papa melarang gue naik motor karena Mama pernah kecelakaan. Bagi gue Papa so sweet pake banget. Gue pengen dapetin suami kayak Papa.

☘☘☘

Gue dapat panggilan interview untuk ke kantor penerbit diantar Mama. Mama nungguin gue di cafe seberang. Gue deg-degan banget. Seperti sidang skripsi rasanya. Gue menghampiri meja resepsionis, wanita cantik dan anggun itu tersenyum ke gue.

"Permisi mbak"

"Silahkan, bisa saya bantu?" Tanyanya ramah dan dengan senyuman yang cantik.

"Saya mau bertemu dengan bapak Ardana Chairil"

"Apa sudah buat janji dengan pak Ardana?"

"Saya mau interview mbak, kemarin pak Ardana yang menyuruh saya kesini"

"Oh iya" resepsionis itu membuka buku catatan miliknya "mbak Azzahra benar?" Gue mengangguk "silahkan naik lift ke lantai 3. Ruangannya di lorong sebelah kanan"

Setelah berterimakasih, gue menuju sesuai arahan yang di berikan mbak tadi ke gue. Gue menuju ruangannya, ada 2 orang di sana yang sedang menunggu, mereka sama-sama wanita juga, gue duduk di sebelahnya. Gue tersenyum ke mereka.

"Interview juga mbak?" Gue beranikan diri bertanya ke mereka. Mereka mengangguk, gue lihat mereka sama rapinya kayak gue, cuma mereka pakai rok gue pakai celana panjang. Mereka pakai make up lengkap, kalau gue pakai bedak doang sama liptint.

Pak Ardana keluar dari ruangan dan memperkenalkan diri, beliau masih muda, mungkin sekitar 24 atau 25 tahunan. Beliau mengajak kita ke ruangan tes, ada kursi seperti punya mahasiswa. Kita disana di beri lembaran soal bertuliskan sebuah cerita dalam bahasa Inggris, kita disuruh mengartikan di kertas HVS kosong. Kit di beri waktu 30 menit.

Gue mulai mengerjakan dengan teliti dan serius. Nggak butuh waktu lama bagi gue, 20 menit gue udah selesai, gue berikan lembar jawaban gue ke seorang wanita yang duduk di depan setelah sebelumnya gue teliti lagi.

Gue disuruh masuk ke ruangan sebelah, disana pak Ardana sudah duduk manis ditemani seorang laki-laki yang juga berpakaian rapi. Gue menjabat tangan mereka dan duduk di kursi depan mereka.

"Jadi nama anda Azzahra? Sarjana bahasa Inggris" orang di sebelah pak Ardana namanya pak Alan yang bertanya ke gue.

"Benar pak" jawab gue setenang mungkin. Gue nggak bakalan di mutilasi kan kalau salah?

"Masih muda ya? Kenapa Anda berniat sekali bekerja untuk perusahaan ini?" Heh? Gue sumpah nggak kepikiran kek beginian Ya Allah. Tolongin hambamu ini.

Demi para penonton Nickelodeon, gue harus benar-benar punya jawaban yang memuaskan dan bisa pilih gue sebagai translator. Gue berdehem lagi menetralkan hati dan pikiran gue.

"Saya ingin bekerja sesuai di bidang saya pak" tatapan mereka bikin gue tersayat-sayat. Mama tolongin, teteh takut beneran.

"Hm... Kenapa anda tidak bekerja sebagai guru atau apapun itu? Karena sebagai translator, waktu yang dibutuhkan biasanya tidak terlalu padat dan menguras pikiran" kali ini pak Ardana yang bertanya.

"Saya memilih kerja sebagai translator karena waktunya cocok untuk mahasiswa seperti saya pak" mereka berdua saling pandang dan mengernyitkan keningnya.

"Bukannya anda sudah lulus?"

"Saya masih mahasiswa magister pak" mereka manggut-manggut dan kembali menatap.

"Jadi waktu kerjanya bukan seperti pekerja kantoran biasanya, sebagai translator itu waktu yang di gunakan tidak menentu dan menunggu email dari pihak penulis tentang draft  bab yang akan di translate dan ada deadline juga. Apa anda sanggup?"

"Insha Allah saya sanggup pak. Maaf boleh saya bertanya pak?"

"Silahkan" pak Alan mempersilahkan gue bertanya. "Untuk kerjanya bagaimana ya pak? Di kantor ini atau hanya di rumah untuk mentranslate?"

"Di rumah, tapi nanti bisa ke kantor untuk menyerahkan draft babnya ke kantor, nanti kami akan memberikan flashdisk khusus untuk menyimpan datanya" pak Ardana menjelaskan dengan detail dan kharismatik.

Hati gue masih fungsi kan nih? Kok gue ngerasa B aja ya? Padahal menurut gue dia ganteng, teman interview gue aja juga bilang gitu. Gue masih normal kan?

"Ada pertanyaan lain?" Pak Alan bertanya ke gue.

"Tidak ada pak, saya cukup mengerti untuk penjelasan yang bapak berikan"

☘☘☘

Gue pergi menemui Mama yang ada di cafe, disana sudah ada Papa dan Attar ikut bergabung. Gue duduk di sebelah Papa dan Attar.

"Gimana teh interviewnya?" Papa bertanya ke gue. Gue rebahin kepala gue ke lengan Papa.

"Lumayan menguras pikiran buat jawab pertanyaannya Pa, bisa gitu ya teteh deg-degan, berasa seperti sidang skripsi" mereka tertawa mendengar penjelasan gue. Lalu gue mulai bercerita tanpa memuji ketampanan laki-laki tadi.

"Ganteng nggak teh pengujinya?" Attar bertanya ke gue. Papa menunggu Jawaban gue.

"B aja sih, ganteng juga Papa dan kamu Tar" mereka tertawa.

"Mr. Bintang?"

☘☘☘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top