32
Maafkan bunda yang sudah melupakan story' ini.
Happy reading
.
.
.
.
Ambulance datang dan membawa Azza beserta Arsen. Arsen tak henti-hentinya menangis. Dia menggumamkan nama Azza.
"Please wake up. I hope"
Ambulance sudah sampai di rumah sakit. Brankar Azza didorong menuju ruangan UGD.
"Maaf, bapak tidak boleh masuk" jelas suster, lalu menutup pintu UGD.
Arsen meremas rambutnya frustasi. Dia segera menelpon Dean Daddynya dan Bintang Papa mertuanya. Arsen mondar-mandir di depan ruang UGD.
Dua puluh menit, keluarga Bintang dan keluarga Dean sudah tiba di UGD. Bintang menghampiri Arsen yang sedang duduk di kursi tunggu dengan memegang rambutnya frustasi.
"Arsen" suara berat Bintang membuat Arsen mendongakkan kepalanya menatap Bintang. "Dimana Azza?"
"Azza-- di dalam Pa" Bintang memejamkan matanya. Menahan semua gejolak yang ada di hatinya. Ingin sekali dia memukul Arsen menantunya itu, tapi dia tahan.
"Suami Azzahra?" Dokter dengan berpakaian khas operasi dan maskernya keluar dari ruangan UGD.
"Saya suaminya dok, bagaimana istri saya?" Tanya Arsen. "Maaf pak, istri anda mengalami keguguran"
Semuanya menegang. Arsen seperti patung, matanya sudah berkaca-kaca, dia tidak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya diam mendengarkan penjelasan dokter.
"Bagaimana kondisi anak saya dok?" Bintang yang mengambil alih. "Benturan keras yang mengenai kepalanya membuat pasien mengalami pendarahan di kepala. Kami sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi maaf pak"
"Pasien mengalami koma" setelah menjelaskan, dokter kembali masuk ke ruangan.
Arsen sudah luruh di lantai dan terduduk lemas, dia sudah menangis merasa bersalah. Apalagi ini. Mengapa ini harus terjadi. "Azza" gumam Arsen sedih.
Attar menarik kerah kemeja Arsen. Membuatnya berdiri mengikuti sejajar dengan Attar.
Bug
Attar meninju pipi Arsen, hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Arsen terjatuh ke lantai.
"BRENGSEK. LO APAIN TETEH GUE HAH?" Attar menarik kembali kerah kemeja Arsen. "BANGUN LO. GUE NGGAK AKAN PERNAH AMPUNI LO, KALAU SAMPAI TETEH KENAPA-KENAPA. PAHAM LO HAH?"
Bug
Arsen kembali tersungkur ke lantai karena dipukul Attar. Attar tak mau berhenti, dia ingin memukul kembali, tapi di tahan oleh Kenzi.
"LEPASIN GUE. GUE MAU BIKIN PERHITUNGAN SAMA DIA" Attar meronta-ronta saat tangannya di cekal Kenzi di belakang. "Tenang Tar, kamu harus sabar"
"LO UDAH JANJI SAMA GUE, LO BAKAL JAGAIN TETEH, MANA JANJI LO HAH? KENAPA TETEH GUE BISA KETABRAK TRUK? JAWAB GUE, JANGAN MENDADAK BISU LO"
"Cukup Attar. Jaga sikap kamu, ini rumah sakit. Teteh masih berjuang didalam sana" peringat Bintang tegas. Kenzi melepaskan Attar. Attar mengatur nafasnya untuk meredam emosinya.
Bulan memeluk Attar. Attar menangis di pelukan Bulan. "Sabar nak, berdoalah buat kesembuhan Teteh" Attar mengangguk.
Beberapa perawat mendorong brankar Azza agar dipindahkan ke ruangan perawatan. Semuanya mengikuti di belakang para perawat. Azza dipindahkan keruangan VVIP sesuai permintaan Arsen.
Menatap Azza yang kepalanya berbalut perban, leher dan kakinya yang di gips, membuat Arsen menangis dalam diam. Dia merutuki dirinya sendiri, kenapa dia bisa bertengkar dengan Azza ditengah jalan seperti itu.
Arsen duduk di samping Azza dan memegang tangan Azza yang tak tertancap selang infus. Arsen memperhatikan sekeliling, dia melihat kedua mertuanya kini menangis, membuat hatinya sakit. Bagaimana dengan dia sendiri.
"Pulanglah nak, biar Mama dan Papa yang berjaga disini" Bulan menepuk bahu Arsen. "Istirahatlah. Besok kamu kembali lagi kesini"
Arsen hanya menggelengkan kepalanya. Arsen ingin selalu berada di samping Azza sampai istrinya itu sadar. Arsen akan tetap disini.
"Pulanglah Arsen. Biar Papa disini" titah Bintang tak dapat dibantahkan. "Baiklah Pa. Arsen akan pulang" Bintang mengangguk.
Arsen mencium kening Azza sedikit lama. Arsen ingin disini selalu di samping Azza.
🌷🌷🌷
Ini hari ke 7 Azza belum juga sadarkan diri. Azza masih setia menutup mata. Arsen yang setia berada disampingnya kini mulai gelisah, pikiran negatif selalu menghampirinya. Dia sangat takut kehilangan Azza.
Setiap hari Arsen selalu Bercerita tentang dirinya tanpa Azza. Arsen mencium kening Azza yang terbalut perban beberapa kali. Arsen menggenggam tangan Azza.
"Please, bangun sayang. Aku kangen kamu" lirihnya. Bulan dan Asya yang memang sengaja menunggu di depan pintu, ikut menitikkan air matanya. Siapa yang tega melihat mereka seperti itu. Ini sudah dua Minggu Azza terbaring koma.
Arsen merasakan pergerakan kecil dari tangan Azza. "Azza". Asya dan Bulan langsung masuk menghampiri Arsen. Asya dan Bulan melihat Azza mulai memerjapkan matanya. Asya dengan sigap langsung memencet tombol merah untuk memanggil dokter.
"Alkhamdulillah" koor ketiganya saat Azza membuka mata. Dokter memeriksa keadaan Azza yang baru saja bangun dari komanya.
"Mah" lirihnya. Bulan tersenyum dan membelai rambut Azza. "Sayang" sapa Arsen.
"Siapa?" Tanya Azza. Arsen dan Asya menegang. "Dokter" tanya Asya. Dokter kembali memeriksa keadaan Azza.
"Halo, apa anda ingat nama anda?" Azza mengangguk. "Azzahra" dokter itu mengangguk.
Dokter itu menunjuk ke Asya. "Ibu ini siapa?" Azza mengikuti telunjuk dokter. Azza memejamkan matanya sejenak. "Tante Asya" Asya menitikkan air matanya.
"Di sebelahnya?" Azza menggelengkan kepalanya. "Pasien mengalami amnesia" jelas dokter .
Arsen memegang pundak Azza dan sedikit mencengkeramnya, membuat Azza meringis kesakitan. "Kamu nggak ingat siapa aku? Aku suami kamu Azza. Kamu juga baru saja keguguran"
"Lepaskan. Sakit" Azza mendorong Arsen sekuat tenaga. "Aku belum menikah. Aku nggak kenal siapa kamu"
"Please Azza, ingat aku baik-baik tolong" Azza berpikir kembali dan itu membuatnya merasakan sakit di kepalanya.
"Akhh sakittt" Azza menitikkan air matanya. Dokter segera memeriksa keadaan Azza.
"Tolong jangan paksa Pasien untuk mengingat kejadian yang belum dia ingat. Itu akan membuatnya merasakan sakit kepala dan kalau dipaksakan, saat khawatir, memorinya akan hilang. Biarkan dia mengingat semuanya perlahan"
Arsen luruh ke lantai. Bagaimana dia bisa membuat Azza bisa mengingatnya kembali. Bagaimana dia bisa hidup tanpa Azza disisinya.
Bintang masuk bersama Attar dan Dean. Melihat Arsen dengan wajah yang pucat pasi. Dean menghampiri Arsen, Arsen memeluknya dan menangis seperti anak kecil.
"Papa" Bintang memeluk Azza. "Papa, laki-laki itu siapa? Kenapa dia bilang kalau dia suami teteh?" Bintang memandang Bulan, Bulan hanya menggelengkan kepalanya. Bintang makin memeluk erat Azza.
"Dia memang suami kamu teh. Namanya Arsen" Azza menggelengkan kepalanya. "Papa bercanda ih. Teteh belum nikah Pa, suapin Teteh ya Pa, teteh lapar" Bintang mengangguk.
"Pa, suruh dia keluar ya, Teteh nggak suka dia natap Teteh seperti itu" mau tak mau Attar mengajak Arsen keluar dari kamar inap Azza. Arsen keluar dengan tatapan luka.
🌷🌷🌷
Kasihan nih Arsen. Hujat Arsen apa hujat Azza?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top