3

Hari ini gue wisuda S1. Orang tua gue, dan adik gue hadir. Nama gue di panggil sebagai cumlaude. Gue maju menerima penghargaan. Gue menghampiri Mama dan Papa gue yang tersenyum bangga dengan prestasi gue, mereka meluk gue dan tak lupa Attar juga.

Arsen menatap Azza yang mengenakan kebaya, satu kata buat Azza "cantik" itu yang ada di pikiran Arsen. Inginnya dia dekat dengan Azza, sampai merengek ke Queen agar diajak bertemu Azza di hari kelulusannya.

Queen datang memeluk gue dan memberikan hadiahnya ke gue. Gue sangat bahagia, gue peluk dia erat.

Arsen datang juga, dia ada di belakang Azza. Dia seyum ke gue. Gue akuin dia memang ganteng pake banget. Gue akuin itu, tapi gue nggak mau jadi cewek yang agresif dan selalu mengelu-elukan Arsen. Gue mah orangnya malu-malu meong.

"congratulations on your graduation. This for you Azza" Arsen memberikan sebuah  kado ke gue. Gue terima kado pemberian dia dan sebuket bunga, tak lupa dengan senyuman manis gue.

Oke fix gue radak gila, bisa-bisanya gue dari tadi ngeliatin Arsen mulu. Entah kenapa liat Arsen yang sekarang, buat gue merasa doi sangat sangat tampan.

Semua teman-teman gue pada ngelihatin Arsen dari atas kebawah dari kanan ke kiri. Arsen hanya cuek sekali, dia beralih duduk dengan gue. Dia setengah berbisik ke gue.

"why did they see me like that?" Gue mengikuti arah pandang Arsen. Kampret emang temen-temen gue, nggak bisa lihat yang beningan dikit apa, itu mata minta di congkel kayaknya. Kenapa gue ngerasa cemburu juga sih?

"I don't know, maybe they like you" jawab gue acuh tak acuh, aslinya beuuuhhh gue cemburu total sama mereka. Andaikan si Arsen ini pacar rh bukan gue nggak boleh pacaran, andaikan si Arsen ini calon laki gue, udah pasti mereka gue damprat satu-satu. Pengen gitu bilang ke mereka kalau Arsen milik gue, tapi apalah gue yang cuma butiran debu.

"I don't like them looking at me like that. I'm scared" gue ketawa kampret. Arsen takut? Makin ngakak gue, sampai Mama nyubit lengan gue. Arsen menaikkan alisnya sebelah.
"why are you laughing at me?"

"you look so cute brother" gue tersenyum ke arah Arsen. Arsen ikut tertawa mendengar kata-kata gue. "Why?"

"I'm not cute, but I'm handsome. I like that" gue cuma menggedikkan bahu. Pantang bagi gue memuji laki-laki yang belum ada ikatan sama gue. Memang kenyataannya begitu, bagi gue saat ini yang ganteng pake banget cuma Papa gue dan Attar. Arsen memang ganteng, tapi gue nggak mau muji dia ganteng didepannya, gue nggak mau dia besar kepala.

Temen gue yang paling cantik dan paling bohay se angkatan gue, menghampiri gue yang lagi ngobrol dengan Arsen. Dia Gitya gue suka plesetin nama dia Gigit.
"Haiy Za, selamat ya nilai lo yang terbaik" Gitya menyapa gue dengan mode syantiknya dia ala-ala Syahrini gitu, dia lihatin Arsen mulu, risih gue.

"Gigit"

"Gitya nama gue Gitya, Azza" dia mulai rada jengkel dengan panggilan gue, kalau nggak lagi pakai kebaya, mungkin dia udah ngejar gue.

"Belibet nama lo,.gue lebih suka manggil lo Gigit"

"Minta di tabok ya lo"

"Takut ih, ada apaan?"

"Kenalin dong itu yang ganteng ke gue" pengen nampol rasanya.

"Kenalan sendiri gih, lancarkan lo bahasa Inggrisnya?" Dia cuma ngangguk. "Ya udah kenalan sendiri"

Gitya mendekati Arsen dengan senyuman mautnya, kalau cowok lain pasti klepek-klepek, tapi ini Arsen lho dia cuma naikin sebelah alisnya doang seperti bingung gitu, Arsen lihat ke gue seperti bertanya, gue cuma menggedikkan bahu masa bodoh.

"Halo my name is Gitya, what is your name?" Gitya mengulurkan tangannya ke Arsen. Arsen mengerti dan menjabat tangannya Gitya.

"Arsen. Sorry Gitya, I have Girlfriend" Arsen berjalan ke arah gue yang sedang ngobrol dengan Queen dan Attar dan melingkarkan tangannya di lengan gue. "She's my girlfriend. She's my Azza" Gitya menghentakkan hak Stiletto mikiknya yang berhasil memekakan telinga.

"Kenapa bohong?"

"I don't like agrresive woman. Sorry Azza" gue cuma ngangguk doang. Gue sih berharap lebih beneran, tapi bukan pacar ye, gue berharapnya lo jadi suami gue. Astaghfirullah sadar Za, lo itu beda level sama Arsen.

☘☘☘

Gue buka kado dari Arsen. Gue senyum-senyum sendiri kayak orang gila.

Kado dari Arsen gue pajang di meja belajar gue. Seleranya Arsen boleh juga. Gue suka. Smartphone gue berbunyi, terdapat notif pesan dari nomor tidak dikenal.

0812xxxx
Apa kamu suka hadiahku?
Arsen

Gue senyum-senyum sendiri. Oh God Arsen punya nomor gue. Gue jingkrak-jingkrak kayak orang gila.

Azzahra Salsabila
Ya aku suka. Thanks kak

Arsenio Akbar
Kamu besok free?

Azzahra Salsabila
Tidak, aku kuliah magister
Ada apa?

Arsenio Akbar
Cepat sekali sudah kuliah magister?

Azzahra Salsabila
Jalur Akselerasi
Sekarang semester 4

Arsenio Akbar
Wow hebat
Kapan bisa meet up?
Aku ingin belajar bahasa Indonesia
Kata Queen kamu jago dan sabar

Azzahra Salsabila
Pulang kuliah saja bareng Queen
Di rumahku oke

Arsenio Akbar
Oke
Besok aku jemput kamu dan Queen di kampus kalian

Gue loncat-loncat kek monyet hutan. Astaghfirullah gue senengnya nggak bisa dibayangin, ini itu anugrah banget Arsen mau jemput gue ke kampus. Bodo amat sama urusan dia yang cuma belajar, yang penting di jemput cowok ganteng.

Tok tok tok

"Teh, kamu lagi apa kok berisik banget?" Suara Papaku tersayang. Gue buka pintu kamar dan tersenyum manis ke Papaku tersayang.

"Nggak apa-apa Pa"

"Ayo makan, Mama udah nungguin di bawah" gue mengangguk dan menggandeng lengan Papa. Kalau ada yang bilang gue manja bodo amat. Papa gue itu Papa terbaik sedunia, selalu mengerti apa yang gue dan Attar mau, tapi kadang kurang peka sih, kalau Mama beuh pekanya kebangetan, tapi Mamaku Mama terbaik sedunia, nggak pernah ninggalin anak-anaknya dalam keadaan lapar. Mama ngajarin anak-anaknya buat mandiri untuk bekal masa depan kata Mama. Makanya gue dan Attar bisa masak, cuci baju, cuci piring, bersih-bersih dan semuanya. Kalau nyetir mobil, gue dan Mama nggak di bolehin sama Papa. Cukup Papa dan Attar yang mengantar atau supir. Papa trauma Waktu Mama kecelakaan dulu katanya. So sweet pake banget kan Papa gue. Gue mau cari suami kayak Papa.

"Ma, besok Attar mau ngerjain tugas ke rumahnya Marcell sama yang lain ya pulang kuliah"

"Iya, jangan bikin rusuh ya, kasihan tante Lidya" Attar cuma mengangguk, gue dan Papa duduk dikursi makan. Mama sudah melayani Papa untuk mengambilkan nasi dan lauknya ke piring Papa.

"Ma, besok Queen sama kakaknya mau ke rumah, mau belajar bahasa Indonesia"

"Iya, besok Mama cuma ngajar di yayasan aja kok. Teteh kapan ngajar di yayasan? Udah ditanyain Nenek lho"

"Iya Ma,lusa teteh ke yayasan sama Mama" Mama tersenyum. Walau usia Mama udah 40 tahun, tapi Mama masih terlihat cantik. Gue pengen jadi seperti Mama. Mama idola gue.

☘☘☘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top