21
Happy reading
.
.
.
Hari ini gue dan Mama sudah diperbolehkan pulang. Mommy Asya tak mengijinkan gue dan Arsen pulang kerumah dan harus pulang kerumah Daddy Dean. Disana sedang ramai. Setelah mengantarkan gue creambath pastinya. Kita sudah berada di rumah Daddy Dean. Queen memeluk gue tak kalah erat.
Rumah lagi ramai, ada Tante Nafisah dan Om Syamil dan anak mereka kak Jevin dan kak Kayla. Tak lupa si Tante Cerewet Lina dan Om Evan dan anak mereka Wildan dan Andita. Oh jangan lupakan Arsen yang posesif dengan memeluk pinggang gue, meskipun duduk sekalipun. Kak Jevin kak Kayla sangat baik dan asyik diajak ngobrol, berbeda dengan Wildan, dia sama kek Tante Cerewet itu.
"Kamu jadi berangkat ke London kapan Sen?" Tanya om Syamil. Arsen menoleh kearah gue sekilas.
"Dua hari lagi setelah ngantar Azza check up"
"Jadi bawa istri kamu kan? Berapa lama kamu disana?"
"Mungkin satu bulan om. Kembali sebelum Azza masuk kuliah" om Syamil mengangguk.
"Azza kuliah semester berapa? Sepertinya kamu sama Kayla seumuran deh"
"Saya semester 6, sebentar lagi tesis" jelas gue.
"Kamu sudah magister? Kamu umur berapa sih?" Tante Nafisah ikut bertanya.
"Saya umur 19 Tante. Saya ambil kelas akselerasi, jadinya sudah magister"
"Wah hebat ya kamu. Jarang lho saya menemukan perempuan seperti kamu. Kamu pintar milih istri Arsen" Om Evan ikut bersuara. Gue hanya tersenyum tipis. Bisa gue lihat Tante Lina Nggak begitu suka sama gue. Terlihat dari arah pandangnya ke gue. Gue sih bomat.
Smartphone gue berdering. Tertera nama pak Ardana disana. Gue ijin mengangkat telepon di ruang tamu. Disana ada Queen yang sedang asyik chatting. Gue duduk di samping Queen dan menjawab telepon dari pak Ardana.
"Selamat siang pak" jawab gue sopan.
"Siang juga Azza. Besok bisa bertemu? Ada yang mau saya sampaikan sama kamu, sebelum saya berangkat ke luar negeri. Besok saya kabari tempatnya"
Dahi gue mengkerut. Emang ada apaan ya? "Iya pak"
Setelah itu panggilan terputus. Queen memeluk gue. Ya kangen banget sama Queen. Beberapa hari ini Nggak bertemu. Martin lagi cuti liburan, jadi dia nggak ngirim email ke gue untuk mentranslate novelnya. Seenggaknya sampai Minggu depan.
Arsen datang mengajak gue dan Queen untuk makan siang bersama. Gue duduk disampingnya Arsen. Queen juga duduk bareng gue. Tatapan Tante Lina menyiratkan kebencian terhadap gue. Gue jadi berpikir keras, apa ada salah gue ke dia? Awal pertemuan dengan dia aja, dia kelihatan benci banget sama gue.
"Hei, are you okay?" Arsen terlihat khawatir dengan gue. Gue mengangguk dan meneruskan makan gue.
🌷🌷🌷
Gue ke taman belakang untuk rileks. Arsen sedang ngobrol dengan Daddy dan omnya di ruang tengah. Tante Lina menghampiri gue. "Pakai pelet apa kamu sampai bisa dapetin Arsen?" Astaga mulutnya. Untung dia tua, kalau seumuran udah gue robek manja.
"Astaghfirullah Tante. Kenapa Tante bisa ngomong gitu sama saya"
"Heran aja. Perempuan kayak kamu kenapa bisa disukai sama Arsen yang saya tahu tipenya seperti Asya mamanya. Kenapa kamu?" Gue menggelengkan kepala. Tak habis pikir dengan omongan Tante Lina ini. Aduh mulutnya bikin gue badmood banget. Gue jadi teringat dengan Mama. Mama nggak akan biarin ada yang anaknya dikatai seperti ini. Andaikan Mama disini, gue butuh pelukan Mama.
"Saya tahu diri Tante. Saya cuma butiran debu. Saya juga nggak tahu kenapa kak Arsen bisa milih saya" jawab gue sesopan mungkin. Dalam hati gue udah nggak tahan. Tak terasa mata gue udah memanas. Gue gigit bibir bawah gue, agar air mata gue nggak jatuh.
"Halah bahasa kamu butiran debu. Kamu tahu, Wildan sudah saya jodohkan dengan anak teman saya, tapi selalu nolak dan bilang kalau dia suka sama kamu. Tapi kamu malah menikah sama Arsen"
Allahuakbar.. ternyata si Wildan biang keladi ini masalah. Dia suka sama gue dan gue nggak notice dia. Dan si Tante Cerewet ini marah sama gue gegara gue nggak balas perasaan anaknya. Ya Allah Tante Lina. Pengen gue cubit manja deh.
"Wildan pernah menunjukkan foto kamu ke saya sebelum saya bertemu kamu di butik Asya Waktu itu. Apa hebatnya kamu sih sampai Arsen dan Wildan suka sama kamu. Perempuan biasa aja kok bisa-bisanya diperebutkan. Arsen juga ngapain sampai nikahin kamu" gue memilih diam "Oh.. apa kamu sebelumnya pernah tidur sama Arsen?" Gue menggeleng cepat dan air mata gue jatuh juga.
"Tante, saya perempuan baik-baik"
"Halah mulut kamu itu"
Udah cukup. Gue butuh Mama sekarang. Gue butuh pelukan Mama buat numpahin tangisan gue. Air mata gue udah turun. Mommy Asya dan Queen datang ke taman belakang. Queen memeluk gue.
"Lina cukup ya. Kamu udah buat menantuku terluka. Omongan kamu nggak ada yang benar semua. Bang Dean yang pilihin Azza buat Arsen. Kami sepakat nikahin mereka berdua, karena kami rasa Azza sangat pantas jadi pendamping hidup Arsen. Bukan yang lain dan juga bukan Dira anak teman kamu itu. Kamu marah kan karena Arsen Nggak mau nikah sama Dira? Kamu kira Dira itu baik hm? Dira itu suka gonta-ganti pasangan. Aku sering lihat dia pergi sama laki-laki berbeda" mommy Asya mengelus dadanya. "Jangan pernah kamu sakiti hati menantuku lagi. Kalau nggak ingat kamu istri Evan dan kamu juga sahabat aku. Mungkin udah aku tampar kamu dari tadi"
Tante Lina hanya diam tak menjawab. Mommy Asya kembali mengelus dadanya untuk meredam emosinya yang memuncak. Jadi bukan karena Wildan juga, karena Arsen menolak permintaan Tante Lina. Jadi imbasnya ke gue. Kenapa harus gue coba.
"Evan. Lebih baik, Lo bawa pulang istri Lo, sebelum emosi gue beneran tak terkendali"
"Ayo pulang" om Evan memegang tangan Tante Lina. "Sya, maafin Lina. Azza, saya minta maaf atas perkataan istri saya sama kamu. Pesan saya, jangan pernah kamu tinggalkan Arsen. Dia laki-laki yang cocok buat kamu" Om Evan menarik tangan Tante Lina keluar rumah.
Mommy Asya memeluk gue. Queen pergi ke dapur. Mommy Asya membawa gue duduk di kursi kayu dekat kolam renang. Mommy Asya masih meluk gue. Queen datang dan membawakan minuman dua gelas untuk Mommy Asya dan gue. Arsen mendekat dan berjongkok di depan gue, dia menggenggam tangan kanan gue. Raut wajah Arsen terlihat sendu.
"Do not leave me. stay with me forever Azza" gue mengangguk dan tersenyum kearah Arsen. "Never" Arsen memeluk gue. Mungkin ada luka masa lalu yang Arsen rasakan. Tapi apa gue nggak tahu.
"Kamu tahu Azza. Tante sangat senang kamu jadi istri Arsen. Lupakan perkataan Lina. Saya juga nggak habis pikir dia bisa seperti itu" Tante Nafisah duduk di samping gue.
"Sepertinya Azza terkenal dikalangan mahasiswa ya?" Tanya Om Syamil.
"Of course. She's most wanted in university. She's smart" jelas Queen.
🌷🌷🌷
Gue disini di Morinho's cafe diantarkan Arsen. Arsen sedang mengecek laporan cafe. Ya. Cafe ini milik keluarga Arsen. Ardana datang dan duduk di depan gue.
"Saya suka kamu"
🌷🌷🌷
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top