19
Happy reading
.
.
.
.
Arsen dan semuanya menuju rumah sakit yang di beritahukan pihak rumah sakit tadi. Bulan dan Azza belum sadarkan diri, luka di bagian kepala yang tidak terlalu serius dan patah tulang di tangan keduanya yang mengharuskan mereka harus tinggal beberapa hari di rumah sakit.
Flashback on
Mobil Bulan yang dikendarai pak Ujang, supir pribadi Bulan melaju seperti biasanya, sampai akhirnya ada sebuah mobil dari arah berlawanan yang menyebut dan menabrak mobil bulan sampai terpental menubruk pembatas jalan. Polisi sudah mengamankan tersangka, karena menyetir dalam keadaan mabuk dan menubruk mobil bulan.
"Kamu...."
"Apa benar ini keluarga dari Azzahra dan ibu Rembulan?"
"Iya"
"Pasien mengalami kecelakaan, sekarang berada di rumah sakit, belum sadarkan diri"
"Saya segera kesana. Terimakasih" Arsen menutup teleponnya "Azza dan Mama kecelakaan, sekarang belum sadarkan diri di rumah sakit"
"Ayo kita kesana sekarang"
Flashback off
Arsen duduk di kursi dekat brankar Azza. Arsen memegang tangan Azza, ada pergerakan kecil di tangan Azza, semuanya mengetahui. Attar langsung memencet tombol putih untuk memanggil dokter, bersamaan dengan dokter datang, Bulan juga sadarkan diri.
"Arsen pulang dulu aja ambil baju untuk Azza, biar mommy disini jagain Azza" Arsen menghela nafas berat lalu mencium kening Azza dan keluar bersama dengan Attar untuk mengambil pakaian Azza dan Mama Bulan.
Papa tak beranjak sedikitpun dari kursi dekat brankar Mama. Gue tahu bagaimana perasaan Papa saat ini, sedih dan pasti mengingatkan Papa pada kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu saat Mama kecelakaan.
Mommy duduk di kursi dekat brankar gue dan membelai lembut rambut panjang gue. "Kamu merasa pusing nak?' gue tak banyak bicara hanya mengangguk.
"Pak Ujang gimana Pa?" Mama masih teringat akan pak Ujang. Papa menghembuskan nafas beratnya, lalu menggenggam tangan Mama yang terpasang selang infus.
"Sudah ditangani dokter Ma, keluarganya juga sudah datang jagain pak Ujang.
******
Arsen dan Attar mengambil beberapa pakaian kerumahnya Attar lebih dulu, berhubung pakaian Azza juga ada disana, sekalian ambil dan mampir ke rumah Arsen untuk mengambil pakaian ganti untuk Arsen.
"Kak, nanti kalau dirumah sakit lihat Papa posesif sama Mama dan Teteh jangan kaget ya, biasa aja" Attar menjelaskan ke Arsen saat mereka sedang perjalanan arah ke rumah sakit.
"Oke. Memangnya kenapa?"
"Teteh itu anak kesayangan Papa, ya Papa nggak membedakan anak-anaknya sih, cuma dulu waktu Mama lahirin teteh itu penuh perjuangan antara hidup dan mati. Jadi teteh nggak diijinkan bawa motor apalagi mobil sendiri"
Kemudian Attar menceritakan kejadian saat Bulan mengalami kecelakaan Waktu melahirkan Azza. Arsen yang mendengarnya merasa harus benar-benar menjaga Azza dengan baik dan tidak ingin sampai mengecewakan Bintang Papa mertuanya yang sudah menjaga Azza sangat ekstra hati-hati.
Mereka sampai di ruang inap VVIP tempat Azza dan Bulan mamanya dirawat. Orang tua Arsen baru saja pulang bersama Queen. Diruangan ini hanya ada Arsen, Azza, Attar, dan mertuanya. Benar kata Attar, Bintang papa mertuanya menjadi lebih posesif ke Bulan Mama mertuanya dan Azza istrinya.
"Makan dulu ya sayang, aku suapin" Arsen memegang nampan berisi bubur dari rumah sakit. Bintang sudah menyuapi Bulan. Azza menggeleng "biar cepat sembuh sayang, makan ya"
"Hambar kak nggak enak. Bakso aja boleh"
"No, kamu lagi sakit, makan ini aja, kalau kamu sudah sembuh boleh makan bakso" Azza berdecak sebal, tapi tetap tak makan buburnya.
"Makan teh, mau Papa suapin?"
"Kak Arsen aja yang suapin" Attar menahan tawa mendengar kalau Azza memanggil Arsen kakak. "Apa kamu ketawa? Pulang sana"
"Nggak mau, dirumah nggak ada orang, adek disini aja ya Pa, Ma"
"Iya" membuat Azza berdecak sebal, sedangkan Attar tertawa menang.
********
Attar dan Arsen baru kembali dari membeli makanan untuk Papa dan mereka berdua. Mereka nggak ada yang mau makan diluar, lebih memilih makan di kamar inap menemani gue dan Mama. Papa jadi lebih posesif wajar, eh ini Arsen jadi ikutan juga.
Tok tok tok
Setelah Papa menyuruh masuk, keluarga om Kenan dan Tante Bella serta anaknya Leon dan Belinda masuk kedalam dengan membawa sekeranjang buah dan meletakkannya di nakas.
"Lo lebih sering berhubungan dengan rumah sakit ya Lan? Nggak bosen apa?" Goda Om Kenan ke Mama. Om Kenan dan Mama sudah akrab sejak SMA, jadi biasa saja mau digoda kayak gimana pun, Papa dan Mama nggak bakalan sampai baper.
"Kampret Lo Ken. Bawa kue kek kesini buat gue, kurang nih cuma buah doang" Mereka tertawa bersama. Kan udah gue bilang, keakraban Mama dan Papa ke Om Kenan dan Tante Bella seperti itu.
Belinda sedari tadi ngelihatin Attar melulu, cuma Attar sedang asyik ngobrol dengan Leon, jadi nggak perhatiin kalau di lihatin sama Belinda. Mama dan Papa sudah menyadari sejak lama kalau Belinda ada rasa dengan Attar, hanya saja saat Attar ditanya gimana perasaan dia ke Belinda, cuma masa bodoh.
"Ehem" om Kenan berdehem dan Belinda langsung menengok kearahnya dengan tersenyum. "Lo berdua nggak ada rencana cari mantu lagi?"
"Buat siapa? Azza baru nikah" jawab Papa
"Attar kali? Biar gue daftarin Belinda anak gue" jawab om Kenan antusias.
"Hah?" Jawab Papa dan Attar bersamaan. Gue, Arsen dan Mama tertawa terbahak. Belinda malu-malu kampret.
Setelah puas bercanda, om Kenan sekeluarga pamit pulang. Tak lama setelah itu om Farel sekeluarga dan Om Rion sekeluarga datang bersama. Om Farel dan Om Rion ini cs banget sama Papa. Ya seperti dengan om Kenan dan Mama. Tapi kalau dengan om Raffael seperti ada batasan pertemanan mereka.
"Duh pengantin baru malah ikutan sakit" goda Zidan ke gue. Gue cuma bisa berdecak sebal, mulut Zidan tuh sama kek mulut om Rion lamis games, jadi nggak perlu deh baper-baper sama Zidan.
"Nggak seru nih teteh sakit, nggak bisa hangout bareng" Naufal ini sama kek om Farel berhati malaikat. Nggak lamis kek Zidan.
"Halah palingan juga mentoknya hangout ke cafe Leon" cibir Attar. Zidan dan Naufal tertawa.
"Teh, kemarin Marcell tanyain Lo, gue kabarin kalau Lo kecelakaan sama Tante" jelas Naufal.
"Gedek gue kalau harus lihat itu orang" Attar nih sifatnya sebelas dua belas sama Papa. Cuek tapi kalau dia udah nyakitin atau merasa terkhianati ya akan ada jarak kek Attar, gue dan Marcell. Sama lah kek persahabatan Papa ke Om Raffael.
"Emangnya kenapa sama Marcell? Kok Attar nggak suka gitu lihat Marcell?" Tanya om Rion ingin tahu.
"Kan si Marcell suka sama teteh Pa, jadi wajarlah Attar kek gitu" jelas Zidan dengan mulut lamisnya.
"Hah? Sama dong kayak Lo ya Bu dosen sama Raffael dulu" sontak kami semua menoleh kearah Mama dan Papa menghembuskan nafas beratnya.
"Lo masih aja lamis ya Yon. Fit, gue jitak laki Lo boleh? Gedek gue" Tante Fitri hanya mengangguk dan tertawa.
"Berasa de Javu ya Tang, Lan" Mama dan Papa hanya mengangguk menanggapi perkataan om Farel.
"Tapi untung deh si Raffa nggak punya anak cewek, kalau punya bisa jadi dia jatuh cinta sama Attar kek si Lidya dulu ke Lo Bray" jelas om Rion. Gue dan Attar langsung menoleh dengan kening berkerut, ini gue nggak pernah dengar dari Mama, kalau Attar belum pernah diceritain soal om Raffael yang suka sama Mama.
"Anjir mulut lamis Lo Yon. Gue getok juga Lo" om Rion hanya tertawa kampret menanggapi emosi Papa.
Arsen lebih banyak diam dan hanya mendengarkan. Dia cuma membelai rambut gue saat mereka om Rion godain Papa. Setelah puas godain Papa, mereka pamit pulang. Gue dan Attar saling pandang dan menoleh ke Papa. Papa mengerti dengan tatapan anak-anaknya yang meminta penjelasan.
"Kenapa nggak cerita ke Papa kalau teteh di tembak Marcell?" Tanya Papa ke gue. "Adek juga kenapa nggak cerita? Mau main rahasia-rahasianya sama Papa nih?"
"Maaf Pa" cicit gue dan Attar. Niat hati mau minta cerita Tentang masa lalu Papa dan Mama dengan keluarga om Raffael harus tertunda.
"Arsen tahu?"
"Tahu Pa, bukan cuma Marcell tapi ada dua orang lagi, saya lupa namanya" jelas Arsen ke Papa.
"Jadi maksud sindirannya om Rion tadi tentang keluarga om Raffael?" Gue bertanya dengan hati-hati ke Papa, takut kalau Papa marah ke gue, itu kan masa lalu Papa dan Mama.
Akhirnya papa menceritakan semuanya ke kami tentang Om Raffael yang suka dengan Mama dan Tante Lidya yang juga suka ke Papa dan bagaimana kecelakaan yang menimpa Mama karena Tante Lidya dan mengakibatkan gue lahir ke dunia ini secara detail. Gue mengerti bagaimana perasaan Mama dan Papa menghadapi cobaan saat itu. Jadi begitulah awalnya gue diperlakukan berbeda dari Attar. Kelahiran gue yang mempertaruhkan nyawa Mama. Papa dan Attar begitu menjaga gue sangat hati-hati.
"Saya berjanji akan menjaga Azza dan tidak akan mengecewakan Papa dan Mama. Saya janji"
"Ya Papa pegang janji kamu untuk menjaga Azza" Papa menepuk bahu Arsen .
*******
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top