15

Aku hanya sekilas dibenakmu aku hanya melintas bukan prioritas yang pantas

Happy reading
.
.
.
.
.

Wildan berlari di lorong dan tak sengaja menabrak Marcell. Wildan membantu Marcell berdiri dan mengajaknya ke basecamp. Disana sudah ada beberapa mahasiswa berbeda jurusan sedang berkumpul disitu.

Wildan mengeluarkan sebuah undangan dan diletakkannya di meja.

Tian si ketua senat mengambil undangan itu "Mau nikah lo bro?"

Wildan berdecak sebal dan memukul bahu Tian. Tian meringis kesakitan "Anjir lo, sakit ogeb"

"Punya mata kan lo, baca ogeb" Wildan tersulut emosi.

Tian mengambil undang itu dan membacanya "Wedding invitation. Arsen dan Azza" Tian mengerutkan keningnya dan membukanya kembali "Arsenio Akbar Morinho dengan Azzahra Salsabila Pradana"

Tian menjatuhkan undangan yang dipegangnya. "Ini un..." Ucapannya terpotong oleh Wildan.

"Iya Azza yang mau lo tembak. Yang kita kagumi akan menikah dengan Arsen sepupu gue, kakak dari Queen" jelas Wildan. Membuat Tian, Marcell dan Yopi merasa tersayat.

Mendengar kabar Azza menikah membuat dada mereka sesak. Sejauh ini mereka tidak punya keberanian untuk mengutarakan perasaan mereka pada Azza. Semuanya tertunduk lesu dan hanya bisa memandangi undangan Azza yang tergeletak di meja.

☘☘☘

Gue berjalan ke fakultas Manajemen. Fakultas manajemen dengan bahasa Inggris berdekatan. Gue mencari Attar dan Queen. Smartphone gue low batt, dia juga lupa bawa power bank.

Gue menghampiri seorang Zidan yang duduk di dekat kelasnya. "Dan, lo lihat Attar gak?"

"Attar ada tuh di seberang lagi di ruang dosen sama Queen teh" Zidan menunjuk Attar dengan telunjuknya.

"Lho teh, tumben kesini?" Naufal menghampiri gue yang sedang ngobrol dengan Zidan.

"Iya cari Attar. Temenin gue yuk ketemu Attar. Hape gue low soalnya" Naufal mengangguk dan menemani gue.


Benar kata Mama, Naufal lebih enak di ajak berteman dan bercerita daripada Zidan dan Marcell. Naufal ini seperti om Farel kata Mama, solidaritas dia tinggi dan nggak akan mengecewakan sahabatnya. Selain Naufal, gue juga sahabatan dengan Leon di fakultas bahasa Inggris. Kata Mama si Leon juga sama sifatnya kek Om Kenan. Sayangnya Leon nggak bisa nemenin gue ketemu Attar.

"Fal, kok gue ngerasa aneh ya"

"Aneh gimana teh?"

"Mereka semua natap gue kek gimana gitu Fal, gue kan nggak pernah datang ke sini" Naufal tertawa dan mengangguk.

"Santai aja kali teh. Itu Attar baru keluar dengan Queen" Naufal dan gue menemui Attar dan Queen.

"Tumben teh kesini sama Naufal? Leon mana?"

"Leon lagi ada kelas. Ini teteh udah selesai, kamu masih ada kelas lagi?"

"Nggak ada sih, tapi aku mau ngerjain tugas di rumah temen, teteh pulang sama Queen aja ya"

"Queen sudah selesai?" Queen mengangguk dan gue menggandeng Queen. Queen mengirim pesan ke seseorang, lalu memasukkan kembali smartphone miliknya.

"Teh, gue masih ada kelas lagi, nggak papa kan lo gue tinggal" Naufal pamit ke gue.

"Oke. Makasih Fal" gue kembali berjalan dengan Queen. Tapi langkah gue terhenti, karena Marcell berdiri di depan gue.

"Teh, mau bicara sebentar berdua"

"Sama Queen juga ya, gue nggak enak sama tatapan orang sedari tadi sama gue" Marcell mengangguk dan mengajak gue dan Queen duduk di kursi dekat taman.

"Teh, gue mau jujur sama lo. Lo cukup dengerin aja" gue mengangguk "Gue suka sama lo teh. Sebenarnya udah 4 bulan yang lalu sih gue sadar sama perasaan gue ke lo. Tapi gue baru berani ungkapin itu sekarang"

Gue dan Queen saling berpandangan. Gue nggak tahu harus jawab apa, yang pasti rasanya gue takut. Gue nggak pernah suka sama Marcell ataupun sahabat gue yang lain, karena gue nggak mau merusak persahabatan yang sudah bertahun-tahun terjalin, seperti persahabatan orang tua gue dengan orang tua mereka.

"Gue denger dari Wildan kalau lo mau nikah" gue masih bungkam "Ya udah teh. Makasih udah mau denger perasaan gue, gue tahu kok kalau lo nggak bakalan bisa balas perasaan gue. Makasih teh, gue cabut dulu"

Seketika Marcell pergi, gue menghela nafas berat. "Queen, I never love my best friend.I just love Arsen" Queen memegang bahu gue dan memeluk gue sekilas. Lalu mengajak gue pergi keluar setelah Queen menerima telepon.

Gue dan Queen berjalan kearah gerbang kampus, dan lagi-lagi langkah kita terhalangi oleh dua orang cowok. Gue cuma menghela nafas berat lagi-lagi.

"Gue Tian" gue mengangguk paham, gue tahu dia ketua senat disini "Buat lo Za" Tian memberikan gue bunga dan coklat tapi gue nggak terima gitu aja, gue masih diam.

"Gue Yopi" gue mengangguk lagi, dia wakilnya Tian "Buat lo juga" Yopi memberikan gue bunga dan coklat.

"Kalian ada apa ngasih saya coklat dan bunga?" Gue masih belum paham maksud mereka. Mereka masih diam merangkai kata. Gue mengedarkan pandangan gue kearah lain. Hah? Arsen jalan kemari?. Gue lihat kearah Queen, dia cuma tersenyum.

"Gue suka sama lo Za, lo mau nggak jadi pacar gue?" Tian lebih dulu mengungkapkan perasaannya ke gue.

"Gue juga suka sama lo Za, udah lama sih, cuma belum ada keberanian aja buat ungkapin ini sama lo. Lo mau nggak jadi pacar gue?" Yopi juga ikut bersuara, gue yakin Arsen dengar, dia nggak budek.

"Lo bisa pilihkan Za, dari kita? Apapun keputusan lo, gue dan Yopi siap menerima"

"Haiy baby, Is there any problem?I waited for you for a long time, so I came here one after another"  Arsen memandang Yopi dan Tian bergantian "Are they both your  friends honey? "

Yopi dan Tian memperhatikan Arsen dari Atas sampai bawah, seakan takjub dan tak percaya.

"Maaf, saya nggak bisa menerima salah satu dari kalian"

"Honey, what's wrong with him?" Gue menggeleng dan tersenyum kearah Arsen.

"They are my friends.it's Yopi and Tian. They are the chairman and deputy of the senate Here" Arsen mengangguk paham.

"Haiy brotha, disini rupanya lo, mau jemput?" Wildan menghampiri Arsen. Gue nggak terlalu suka Wildan, Arsen dan Queen sendiri kurang nyaman dengan dia, terlihat dari sorot matanya.

"Come on baby, we go home. Come on my sister, we go home" gue dan Queen menggandeng tangan Arsen dan meninggalkan mereka.

Wildan menepuk bahu Yopi dan Arsen "gue bilang juga apa, nggak bakalan bisa si Azza berubah pikiran, lo berdua lihat kan saingan lo gimana? Eksmud gitu"

"Lulu" Tian memberhentikan Lulu dan memberikan bunganya "Dari Wildan buat lo" Tian meninggalkan Wildan, dan membuka coklatnya.

"Iya, ini juga dari Wildan dari lo" Yopi mengikuti Tian meninggalkan Wildan.

"Bangke njir" umpat Wildan.

"Nih, gue nggak mau bunga imitasi, bunga bank kek kalau ngasih" Lulu memberikan bunga itu kepada Wildan lagi.

"Anjir lo. Dasar matre" umpat Wildan lagi.

Sementara Marcell mengejar Attar yang sedang berjalan dengan Zidan dan Naufal.

"Lo kok nggak bilang ke gue kalau teh Azza mau nikah?" Marcell memegang bahu Attar. Attar dengan sikap cueknya, melepas tangan Marcell dari bahunya.

"Ya terus? Kenapa?"

"Gue suka sama teh Azza"

"Percuma, teteh juga nggak bakalan balas perasaan lo, mending lo buang perasaan lo ke teteh"

"Kenapa lo rahasiain ini pernikahan teteh?"

"Apa hak lo ngelarang gue? Itu urusan keluarga gue dan Arsen. Lo nggak berhak ikut campur, lo bukan keluarga gue"

"Anjir, songong ya lo" Marcell hendak memukul Attar tapi sudah di tahan oleh Zidan.

"Apa? Lo mau mukul gue? Gue nggak takut sama lo" Naufal sudah menjauhkan Attar dari Marcell. Naufal dan Zidan takut kalau Marcell yang akan masuk UGD, secara Attar ini ketua ekskul Karate.

☘☘☘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top