14
Aku memang tidak sempurna, tetapi aku akan berusaha yang terbaik
Happy reading
.
.
.
.
.
Mendengar perkataan seperti itu, rasanya perih banget hati gue. Secara frontal perempuan paruh baya yang di panggil Tante oleh Arsen membuat gue serasa di sayat. Gue menahan untuk tidak menangis didepan Arsen atau tante Asya. Gue menggigit bibir bawah gue dan menggenggam tangan Arsen.
Setidak sempurna itukah gue di mata tante Lina?. Definisi sempurna dimata dia itu seperti apa?. Memakai dress dan make up setebal kamus bahasa Inggris?. Itu yang di sebut sempurna?. Bukan seperti gue yang cuma pakai bedak dan liptint.
Mama saja selama ini sama seperti aku hanya memakai bedak dan lipstik. Papa suka Mama yang dandannya nggak berlebihan, asalkan selalu tampil cantik di depan Papa.
Ingin gue menjerit dan berlari. Tapi itu makin membuat tante Lina menyingkirkan gue lagi. Arsen melihat gue yang menahan air mata untuk tidak tumpah. Arsen menepuk punggung tangan gue pelan dan tersenyum manis. Seketika gue ikut tersenyum kaku. Sebenarnya Arsen sedari tadi ingin membantah tante Lina, tapi gue geleng-geleng kepala. Arsen hanya diam.
"Kamu kenal dia dimana Arsen?" Tanya tante Lina itu ke Arsen yang masih nggak menerima kalau Arsen akan menikahi gue.
"Dia sahabat Queen dan guru bahasa Indonesia saya Tante" Arsen membanggakan gue di depan tante Lina.
"Oh masih kuliah? Semester berapa?" Tanyanya ke gue masih dengan nada nyinyir nya.
Allahuakbar.. dosa ya gue pengen nampol mulut pedasnya tante ini. Astaghfirullah cerewetnya benar-benar Naudzubillah. Baim letih ya Allah di nyinyir seperti ini.
"Saya semester 5 tante" jawab gue setenang mungkin. Tante Asya membelai bahu gue dan tersenyum ke gue.
"Lina udah cukup ya kamu ngomong gitu ke Azza. Azza ini wanita sempurna yang Arsen butuhkan. Dia smart dan baik. Apa mau kamu jelek-jelekin lagi? Penampilannya? Memangnya kenapa kalau dia lebih suka memakai celana jeans dan kaos saja?"
Subhanallah calon ibu Mertua gue emang yang terbaik ya Allah. Langsung membela gue tepat didepannya tante Lina pula.
Tante Lina hanya diam dan menatap gue nggak suka. Pintu butik terbuka menampakkan cewek dan cowok yang sedang bergandengan tangan masuk ke dalam butik.
"Mama disini ternyata. Tante apa kabar?" Cewek dan cowok itu menyalami Tante Asya bergantian.
"Iya, main aja, kalian udah pulang kuliah? Nggak bolos kan?"
"Enggak dong Ma" jawab mereka bersamaan.
"Lho kak Azza disini juga?" Sapa Andita, dia adik kelas gue. Gue mengangguk.
"Kamu kenal Dit, sama dia?" Tante Lina nunjuk ke gue.
"Kenal dong, siapa yang nggak kenal sama kak Azza, seantero kampus juga kenal dia Ma. Kak Azza ini asisten dosen. Aku sering masuk kelas kak Azza. Mama kak Azza juga dosen di sana. Adiknya juga kuliah di sana, sekelas sama kak Queen ya kan kak?" Andita menoleh kearah cowok di sebelahnya. Cowok itu mengangguk.
"Seneng deh kenal sama kak Azza, pintar, baik lagi. Ma, kak Azza ini ambil kelas akselerasi lho Ma, sekarang udah kuliah magister ya kak?" Gue cuma mengangguk aja.
"Kak Azza, kenalkan ini kakak aku Wildan" Wildan mengulurkan tangannya ke gue. Gue menatap Arsen dan Arsen mengangguk, tandasnya gue boleh kenalan. Gue jabat tangan Wildan.
"Azza"
"Wildan, gue penggemar lo" gue mengernyitkan kening gue, maksudnya penggemar apa coba? Gue ini termasuk mahasiswa kupu-kupu sih (kuliah pulang) udah gitu terus.
"Maaf, maksudnya apa ya? Saya nggak ngerti"
"Panggil biasa aja kali, kita kan seumuran"
Tante Asya menyunggingkan senyum kemenangan ke Tante Lina. Tante Lina diam membisu, tak mampu berkata-kata lagi.
"Santai aja kali bahasa lo, kita seumuran. Jadi lo nggak tahu kalau di kampus ada semacam grup penggemar gitu buat lo. Ya bukan cuma buat lo sih, beberapa cewek famous ya termasuk Queen juga masuk didalamnya"
"Penggemar? Saya baru tahu"
"Masa sih? Lo masa nggak sadar kayak lo dapat sesuatu gitu seperti cokelat, bunga dari anak-anak?"
"Ya dapat sih, tapi mereka langsung pergi, jadi saya nggak bertanya, saya juga nggak kenal mereka"
"Masa sih? Lo termasuk mahasiswa kupu-kupu ya?" Gue mengangguk "Pantesan. Lo terkenal lagi di kampus, sampai ketua senat aja termasuk penggemar lo"
Arsen meremas tangan gue, gue melirik Arsen sekilas. Rahang Arsen sudah mengeras, itu tandanya Arsen tidak suka dengan pembahasan ini dan gue pastikan kalau Arsen cemburu.
"Oh kok lo bisa kenal sama Arsen? Kenal dimana?" Wildan berpikir sejenak "Oh iya, lo kan sahabatnya Queen ya? Pantes aja kenal sama Arsen"
"Azza this is my future wife" Wildan dan Andita menganga sepersekian detik.
"Lo serius Sen?" Arsen hanya menunjukkan genggaman tangan gue dan Arsen ke Wildan. Dan memberikan undangan pernikahan kita ke Wildan.
Tante Lina masih diam tak ada suara sama sekali. Gue sampai khawatir, apa jangan-jangan si tante.... Astaghfirullah dosa gue suudzon ke orang tua.
"Mom, I drove Azza home first" tante Asya mengangguk dan gue mencium tangan tante Asya.
"Hati-hati ya. Remember Arsen, immediately invite home, do not be invited to snack first, Later Azza can get sick " Arsen tertawa mendengar perkataan Tante Asya.
Sejak gue mengenalkan Arsen batagor, siomay, cilok dan kawan-kawannya, Arsen jadi tertarik buat jajan dulu kalau jemput gue kuliah.
Tante Asya cuma takut kalau gue sakit, karena pernikahan kita kurang 1 minggu lagi.
Gue dan Arsen sudah berada didalam mobil Arsen. Arsen masih saja diam tak bersuara. Gue yang nggak bisa diam gini, serasa gue yang salah.
"Arsen"
"
Hmm" masih fokus menyetir.
"Mereka siapa kamu sih? Tante tadi juga siapa kamu?"
"Tante Lina itu istrinya om Evan sepupu Mama. I don't like her insulting you like that. And I also don't like Wildan being your fan"
"Are you your cousins?" Arsen hanya membalas dengan gumaman. "Arsen, Hmm..."
"Apa sayang?" Meleleh gue rasanya di panggil sayang oleh Arsen.
"Besok, kamu jangan jemput aku"
"Kenapa? Kamu nggak enak sama si Wildan? Kamu malu kita akan menikah?"
"Ck.. Listen to me first Arsenio Akbar" Arsen terdiam sejenak dan melirik Azza sekilas, Azza menghembuskan nafas beratnya. Rasanya hari ini dia lelah. Lelah hatinya.
"Pernikahan kita kurang 1 minggu lagi, dan kita harusnya nggak boleh bertemu sampai kita menikah nanti, istilahnya itu di Pingit. Coba kamu tanya sama Mama kamu nanti di rumah"
Arsen mengangguk setuju. Dan terus menjalankan mobilnya sampai didepan teras rumah gue. Gue buka seat belt dan hendak turun, tapi Arsen memegang tangan gue. Arsen mencium punggung tangan gue sebentar.
"Jangan lupa terus kabari aku saat kita nggak ketemu" gue tersenyum dan mengangguk. "Sana masuk, masih sepi ya, aku langsung pulang ya" gue mengangguk dan langsung turun dari mobil. Arsen melajukan mobilnya hingga membelok di persimpangan.
☘☘☘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top