13
Cinta yang tulus adalah cinta yang bisa menerima masa lalu dan bersedia membangun masa depan bersama
Happy reading
.
.
.
Hari ini gue mengajar di yayasan. Seperti biasa setelah mengajar selesai, beberapa wali murid menghampiri gue untuk bertanya tentang bagaimana anaknya di sekolah.
"Terimakasih miss, saya permisi" ucap salah satu wali murid gue.
"Iya ibu silahkan"
Arsen menghampiri gue. Entah kenapa gue lihat dia hari ini ganteng pake banget. Gila ini calon laki gue beneran?
"Have you finished teaching?" Gue menganga sepersekian detik, Arsen terkekeh dan mendekati gue. "Why baby?"
"Arsen, is that you?" Arsen mengangguk "you are different than usual , but I like it" Arsen tersenyum sangat manis ke gue. Oh My jantung gue rasanya mau copot.
"Why baby? Handsome or not?" Gue mau jawab ganteng tapi ego gue mengalahkan segalanya.
"Hm.. cute" Aesen berdecak sebal dan gue terkekeh. Arsen kan paling nggak suka dibilang cute.
"I don't like you say cute. I like you saying I'm handsome" gue mengangguk doang.
"Ehem" Mama berdehem di belakang Arsen. Gue peluk Mama dan Arsen mencium tangan Mama.
"Kalian mau pergi?"
"Yeah miss I want to invite Azza's date"
"Arsen, bahasa Indonesia" Arsen menghela nafasnya, dan menatap gue penuh makna.
"Where are you going?" Mama bertanya ke Arsen dan gue.
"Arsen yang mengajak Ma"
"Tapi Azza harus mengajar dulu 30 menit lagi menggantikan guru yang tidak masuk. Bisa nanti saja perginya?"
Arsen mengangguk dan tersenyum "Tidak masalah Miss, saya akan menunggunya"
"Ya sudah, Mama tinggal dulu ya teh, Mama mau ngajar kelas 5" gue mengangguk.
"Ayo kita ke kantin Arsen, aku yang traktir kamu jajan" Arsen terkekeh dan berjalan di samping gue.
Kita menuju ke kantin. Gue memesan batagor dan siomay untuk Arsen dan es jeruk. Pesanan kita datang dan gue mengucapkan terimakasih.
"Kamu ada alergi ikan?" Tanya gue ke Arsen dan Arsen menggeleng. "Kamu mau siomay atau batagor?"
Arsen menaikkan satu alisnya seakan bertanya. "Aku nggak pernah makan keduanya" gue menepuk jidat gue.
"Oh iya" gue terkekeh dan menyodorkan keduanya ke Arsen "coba dulu satu-satu"
Arsen mengangguk dan mencobanya. Arsen menyuapkan batagor dan siomay secara bergantian. "everything tastes good, I like it"
"Pilih satu Arsen, aku juga mau" Arsen tertawa "berisik Arsen. Yang lain masih jam pelajaran"
"Sorry baby, kamu pesan lagi aja, ini buat aku"
"Aku sebentar lagi mengajar Arsen, kamu pesan lagi deh, batagornya buat aku" Arsen mengangguk.
"excuse me. I want to order like Azza"
"Naon? Neng Azza, Ieu masnya ngomong naon? Indung teu terang" (ini masnya ngomong apa? Ibu nggak tahu)
Gue lagi-lagi tepok jidat gue. Arsen mah keterlaluan, udah bisa bahasa Indonesia juga malas banget. Alhasil gue harus mengeluarkan suara cempreng gue.
"Batagor sama siomay bu, sama kaya saya" Ibu itu mengangguk mengerti dan Arsen duduk kembali.
Gue tepuk tangan Arsen, dia malah terkekeh "Malas banget sih ngomong pakai bahasa Indonesia?" Arsen hanya tertawa. Kan ketawa gini aja ganteng.
"I'M very lazy Azza" gue tepuk lagi tangannya tapi dia malah tertawa. Dan memakan batagor dan siomaynya.
"Arsen, aku tinggal ngajar dulu, ini udah aku bayar" Arsen mengangguk dan meneruskan makannya.
☘☘☘
Gue dan Arsen berjalan-jalan ke Dufan. Dia bilang, udah dari beberapa bulannyang lalu dia ingin datang ke sini, tapi Queen sendiri sibuk dengan tugas kuliahnya.
Gue seneng lah, secara gue sama Attar udah lama nggak ke Dufan. Di ajak Arsen, lumayanlah bisa jalan berdua.
Saat kita sedang antri wahana, Arsen bercerita tentang kehidupan saat dia di London. Arsen bukan tipe cowok yang suka ke club malam, apalagi suka berganti-ganti pasangan. Arsen bisa dibilang cowok yang penurut dengan orang tuanya. Mantan Arsen hanya Stella.
"Gimana dengan kamu? Ceritakan semuanya, aku mau dengar" gue mengangguk.
"Nggak ada yang spesial dari aku Arsen, hanya mahasiswa biasa. Aku kuliah juga dapat beasiswa karena IPK ku bagus. Nggak pernah pacaran sih, Papa melarang aku pacaran. Pernah dapat tawaran untuk kuliah magister di London, tapi nggak di bolehin Papa, jadi ya udah aku kuliah disini aja"
"Kamu semester berapa Azza?"
"Semester 5"
"Kamu pernah suka dengan laki-laki lain?" Gue tertegun sejenak. Bukan hal yang harus di ceritakan, rasanya sakit.
"Kenapa Azza? Aku ingin dengar semuanya" gue mengangguk, dan memilih mengajak Arsen duduk di cafetaria.
"Aku pernah suka dengan kakak kelas aku dulu waktu SMA dan punya sahabat perempuan. Tapi rasanya pahit untuk bercerita kisah ini Arsen" gue mengatur nafas sejenak.
"Intinya sih, sahabat nggak selamanya baik dan akan menusuk kita dari belakang. Ya bisa kamu tebak juga gimana ceritanya kan?" Arsen mengangguk. Nggak terasa air mata gue jatuh dan segera gue hapus dengan tangan.
"Sahabat aku jadian dengan dia, laki-laki yang aku suka. Aku bisa apa selain merelakannya?"
"Suatu ketika untuk merayakan kelulusan dia, dia mengajak sahabat aku pergi ke puncak untuk berlibur dengan teman-teman yang lain. Lalu karena jalanan licin, mereka berdua kecelakaan. Sahabat aku luka-luka, sedangkan kakak kelasku dia terluka parah dan koma"
"Aku datang dengan Attar untuk menjenguk mereka berdua. Sahabat aku minta maaf ke aku. Sedangkan kakak kelasku setelah dia meminta maaf, dia meninggal dunia"
Arsen menepuk bahu gue. Gue menyeka air mata gue lagi dan tersenyum ke arah Arsen.
"Arsen, aku berharap jangan pernah kamu sakiti aku. Aku hanya ingin bahagia dengan kamu" Arsen tersenyum dan membelai mengacak rambut gue pelan.
"I love you Azza" kali ini gue abaikan ego gue, gue ingin Arsen tau apa yang ada di hati gue.
"I love you too Arsen" Arsen tersenyum sangat manis "don't hug me Arsen" Arsen hanya terkekeh dan mengangguk.
☘☘☘
Gue dan Arsen disibukkan dengan persiapan pernikahan kita yang kurang 1 minggu lagi. Walaupun semuanya sudah di urus dengan pihak WO. Hanya saja gue dan Arsen sering ke butik tante Asya Untuk fitting baju pengantin kita.
Hari ini Gaun untuk resepsi gue dan Arsen sudah jadi. Arsen duluan yang mencobanya.
Wahhh ganeng luar biasa. Uhh rasanya pengen peluk. Gue gantian masuk ke ruangan di bantu dengan mbak Lita seperti kemarin.
Gue keluar dan tatanan Arsen nggak pernah lepas dari gue. Fix gue blushing gegara tatapan Arsen.
"Cantik" Arsen akhirnya mampu berkata kembali dan membuat gue dan tante Asya tersenyum.
Gue masuk kembali berganti baju gue sendiri. Seorang wanita paruh baya seumuran dengan Tante Asya mendekati Tante Asya dan gue yang sedang bercerita.
"Siapa ini?" Tanyanya dengan menunjuk kearah gue.
"Calon istri Arsen" jawab tante Asya.
"Kamu nggak ada calon lagi Sya buat Arsen? Ya yang cantik gitu. Ini kamu serius Arsen nikah sama dia? Gayanya nggak banget gitu" nyinyirnya ke gue.
Sakit rasanya hati gue. Gue emang bukan cewek yang suka pakai dress kalau berangkat kuliah. Gue ingin nyaman aja. Emang beneran sakit hati dinyinyir seperti ini.
☘☘☘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top