12

Setiap pasangan harus menerima kenyataan bahwa tidak ada orang yang sempurna. Terima pasanganmu dengan ketidak sempurnaannya

Happy reading
.
.
.
.
.

"Aku menyukai Azza" jelas gue dengar pernyataan Damian. Gue sedang berdiri di samping tante Asya. Gue nggak terlalu memperhatikan bagaimana reaksi Arsen. Gue lirik sebentar, ternyata wajah Arsen sudah merah padam menahan amarah, tangannya mengepal dan terlihat jelas buku jarinya memutih. Gue jujur nggak enak hati sama Arsen.

Attar Calling...

"Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam teh. Teh, kakek masuk rumah sakit, ini aku sama Papa dan Om Kalandra yang bawa, Mama juga akan kesini sama Nenek. Teteh berangkat sendiri atau minta antar kak Arsen aja"

"Iya dek, teteh kesana sekarang. Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Gue menghela nafas kembali. Ya Allah semoga Kakek baik-baik saja. Berikan kesembuhan untuk kakek Ya Allah. Amin.

"Tante, saya ijin pulang duluan" Tante Asya dan Arsen menoleh ke arahku.

"Ada apa Za?".

"Kakek saya masuk rumah sakit, saya harus kesana tante"

"Biar dianterin Arsen ya?" Gue hanya mengangguk menyetujui, lagi pula gue juga mau ngobrol bentar dengan Arsen.

Gue dan Arsen pamit ke tante Asya. Gue duduk di sebelah Arsen. Gue bingung harus ngobrol gimana, jantung gue rasanya cepet banget berdebar-debar. Gue gelisah mikirin gimana memulai ngobrol dengan Arsen dan memikirkan kesehatan kakek.

Jari tangan gue terus mengetuk-ngetuk paha gue, gue menggigit bibir bawah gue sendiri, mencoba menghilangkan rasa kecemasan yang melanda gue.

Lampu merah dan mobil Arsen berhenti, lampu masih menampilkan angka 99. Kecemasan Gue makin nggak karuan. Arsen menggenggam tangan gue, gue menoleh kearah Arsen.

"Jangan terlalu cemas Azza. Selalu berdoa untuk keselamatan kakek kamu" gue mengangguk, rasanya air mata gue udah mengalir dan turun ke pipi gue. Gue nggak bisa mencoba tegar didepan Arsen.

Arsen menghapus air mata gue dengan ibu jarinya "don't cry Azza. Ada aku disini yang akan support kamu. Kamu bisa cerita ke aku apapun masalah kamu"

Gue mengangguk, rasanya gue butuh bahu sebentar untuk bersandar kalau gue menangis, biasanya Attar dan Queen yang jadi sandaran gue saat gue menangis. Arsen merebahkan kepala gue di bahu dia.

"Sorry Azza, tapi kamu sepertinya harus lebih terbuka denganku, aku calon suami kamu. Sebelum menikah anggaplah aku sahabat kamu dulu, kamu bisa mencurahkan semua isi hati kamu kepada ku. Aku siap selalu mendengarkan dan akan selalu senang"

Gue mendongakkan kepala gue untuk melihat kearah Arsen. Melihat ke arah Arsen dengan jarak seperti ini membuat jantung gue makin berdebar-debar. Wajah tampan Arsen yang masih terlihat baby face membuat gue meneguk saliva gue sendiri. Rasanya gue sudah terbius dengan pesona Arsen.

"Arsen, thank you very much" Arsen mengangguk dan tersenyum. Gue tegakkan badan kembali dan menghapus air mata gue sendiri.

Tangan Arsen sudah menyentuh kepala gue dan membelai lembut rambut gue. Gue biarkan dia seperti ini, asalkan dia nggak cium sebelum kita menikah.

"Arsen, hm.. aku tadi dengar kamu berdebat dengan Damian"

Lampu sudah berwarna hijau. Arsen menjalankan mobilnya kembali. Arsen menghela nafasnya sejenak.

"Ya, Damian bilang kalau dia suka kamu Azza. I don't like him. Aku nggak suka dia bicara seperti itu. Kamu calon istriku"

"Biarkan saja Dia mau bicara apapun, kamu jangan terpancing emosi dan jangan sampai kamu memukul dia"

"Apa kamu mencintai ku Azza?" Gue terdiam, harusnya gue jujur dengan hati gue sendiri, kalau gue benar-benar cinta dengan Arsen.

"Ya Arsen. Kalau aku nggak cinta kamu, kenapa aku harus menerima lamaran kamu?" Gue tersenyum ke Arsen, dia nyengir bahagia. Kampret lagi nih jantung gue, lagi-lagi maraton kek gini. Arsen menggenggam tangan gue lagi.

☘☘☘

Gue udah sampai di rumah sakit dengan Arsen, dia ikut gue masuk ke dalam untuk melihat keadaan Kakek.

"Kakek gimana?" Tanya gue ke Attar.

"Kalian baikan? Udah nggak kayak tom and Jerry?" Gue mengerutkan kening, maksudnya apa coba?.

Attar tersenyum dan melihat kearah tangan gue dan Arsen yang lagi bergandengan. Sontak gue lepas, Attar tertawa kampret. Kampret adek gue.

"Kenapa di lepas teh? Cocok tahu" gue sentil itu jidat lebar dia yang kek lapangan bola.

"Diem ogeb, ini rumah sakit" Arsen tersenyum, gue dan Arsen memang ya begitulah.

"Arsen disini juga?" Tanya Mama ke Arsen, Arsen langsung mencium tangan Mama.

"Azza nggak jutek kan sama Arsen?" Arsen tersenyum dan menggeleng.

"Azza baik hari ini Mrs Bulan, dia anak manis" Mama menahan tawa mendengar kata anak manis yang diucapkan Arsen buat gue.

"Paan sih. Teteh masuk dulu ya Ma, mau lihat kakek" Mama mengangguk dan menyuruh Arsen ikut masuk bareng gue.

Kakek tersenyum saat gue dan Arsen masuk, disana ada Papa yang sedang menyuapi kakek makan.
Kami ngobrol sebentar, lalu Arsen pamit pulang.

☘☘☘

Kakek sudah pulang dari rumah sakit. Queen mengajak gue dan Attar untuk main ke rumahnya. Queen dan Attar satu kelas sekarang, karena Attar mengambil kelas akselerasi.

Arsen datang bersama Damian, dia membawa 3 kotak Pizza dan minuman soda untuk menemani kami belajar. Sebenarnya gue udah belajar sih, gue coba cek email gue dan ternyata ada email masuk dari Martin.

@[email protected]
‌hello Azza, how are you? Can I video call with you?

Gue nggak balas email Martin, gue menjaga perasaan Arsen, karena dia ada disini.

Martin video calling...

Gila Martin seriusan video call?. Kampret gue panik gimana ini.

"Ada apa Azza?" Queen bertanya ke gue.

"Mr. Martin video call"

"Jawab Azza" Arsen menyuruhku menjawab video call dari Martin, dia sudah berpindah duduk di sofa belakang gue. Gue geser tombol hijau.

"Halo" jawab gue, tertampil wajah bule Martin yang ganteng, ya 11 12 lah sama Arsen.

"Haiy Azza, wah you are beautiful" Arsen mendekat ke layar laptop gue, gue bisa ngerasain hembusan nafas Arsen di telinga gue. Kampret jantung gue lagi-lagi maraton.

"Nic? Nicholas? Are you Nicholas right?" Tanya Arsen. Damian juga ikut duduk di sebelah Arsen.

"Haiy Nic? How are you brother?" Tanya Damian.

"Woaw Arsen and Damian. Long time no see man. You Azza's friends?" Arsen mau jawab bukan tapi sudah diduluhi oleh Damian.

"Yeah of course, we are friends. What is Azza's relationship with you?"

"Azza's my translator story"

"Wah Great"

Mereka berbincang lewat video call, lebih tepatnya Arsen dan Damian bersama Martin. Queen dan Attar juga melihat sekilas lewat Video wajah Martin. Gue lebih melanjutkan belajar dengan Queen Attar. Arsen sudah menjelaskan ke Martin kalau gue belajar. Lebih tepatnya sih Arsen sengaja menyuruh gue belajar, karena dia agak cemburu gue bervideo ria dengan Martin. Hahahaha ketawa kampret gue.

Setelah Arsen puas bervideo call ria dengan Martin, Arsen menghampiri gue dan duduk di sebelah gue.

"Kamu sering video call dengan Nic?" Gue menggeleng dan masih fokus dengan buku catatan gue.

"Cuma email soal kerjaan aja"

Ping

Notif WhatsApp dari smartphone gue, smartphone gue tepat didepan Arsen. Gue buka dan Arsen melihat juga isi pesannya.

Bagas pejuang cinta
Azza, bisa kita bertemu? Dengan Attar juga

"Siapa Bagas pejuang cinta?" Arsen bertanya, Attar melihat kearah gue, gue cuma tersenyum kearah Arsen.

"Ya pejuang cinta" jawab gue datar.

"Apa hubungannya sama kamu? Kenapa dia ingin bertemu kamu dan Attar?"

Gue cuma menggedikkan bahu gue. "Ada perlu kali"

"Iya tapi perlunya apa sama kamu Azzahra Salsabila?" Gue menoleh ke Arsen dan tersenyum jahil ke arah Arsen.

"Kepo kamu"

"Kepo? Apa itu?" Arsen,Damian dan Queen menatap gue. Attar sudah menahan tawa.

"Knowing Every particular Object (KEPO)" gue menekankan kata Kepo. Arsen menganga mendengar penjelasan gue.

☘☘☘

Attar dan Queen ada ujian mendadak dan nggak bisa ikut untuk bertemu dengan Bagas. Akhirnya gue dan Arsen yang bertemu dengan Bagas di cafe dekat kampus, nanti sekalian gue ke butik tante Asya.

"Azza, maaf ya, aku terlambat"

"Nggak papa, mana mbak Firka?"

"Di pingit, nggak boleh bertemu sebelum akad" gue mengangguk.

Bagas mengeluarkan undangan berwarna hijau dan diberikan ke gue.
"Jangan lupa datang ya, kamu dan Attar sudah bantu aku kemarin. Dan oh ya, apa kalian bisa menyanyi di acara pernikahan kami? Nanti ada biayanya kok"

"Bisa mas. Terimakasih"

"Sama-sama. Eh sampai lupa, ini siapa?"

"Ini Arsen, calon suamiku mas. Arsen this love fighters in Jogjakarta Who applied for his girlfriend" Arsen mengangguk dan mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Bagas.

Kami berbincang-bincang selama 15 menit, lalu Bagas pamit untuk mengantarnya undangan lagi. Gue dan Arsen langsung menuju butik tante Asya.

Saat lampu merah, Arsen memegang tangan gue lagi, dan memotretnya.
"Kenapa di potret?" Tanya gue.

"Kamunya nggak mau kalau diajak foto berdua saja" emang sih kan kita belum menikah, jadi ya gue nggak mau.

Arsen lanjut mengutak-atik smartphone lagi sebelum lampu hijau.
"Arsen, boleh tanya?"

"Sure"

"Kamu ke London berapa lama?"

"Kita sayang. Ya sampai urusan pekerjaanku selesai. Oh iya aku butuh data diri kamu, aku mau urusin kamu Paspor dan Visa untuk kita berangkat ke London"

"Oke, besok kamu ke rumah aja. Tapi sepulang aku ngajar ya"

"Oke"

Kita udah sampai di butik tante Asya. Arsen masuk keruang pas untuk mencoba jas, gue dan Tante Asya menunggu di depan ruang pas. Arsen keluar dari sana.

Oh Tuhan, Arsen ganteng banget sumpah. Uhh jadi pengen peluk Arsen sekarang. Astaghfirullah Azza gila ya gue. Ampuni Baim ya Allah. Zina mata ini mah.


"Gimana Azza?" Arsen tanya ke gue yang hanya diam dan mengalihkan pandangan gue kearah lain.

"Hm.. bagus, cocok buat kamu" Arsen hanya menghela nafasnya, gue tau dia ingin dipuji ganteng, udah gue puji kok tapi dalam hati. Hahahaha.

"Azza, ikut sama mbak Lita ya, gaunnya udah siap" gue mengangguk dan ikut ke ruang ganti khusus dibantu dengan mbak Lita. Gue keluar menemui Arsen dan tante Asya.

"Tante" panggil gue, saat Tante lagi milihin jas buat Arsen. Tante Asya dan Arsen menengok ke gue.

"Cantik sayang" puji tante Asya ke gue. "Arsen?" Arsen masih memandang gue intens, gue agak malu dipandangi sama Arsen kayak gitu.

"Cantik Azza. Tapi Mom, harus ya bajunya terbuka seperti itu? Aku nggak mau Mom, nanti mereka lihatin Azza dengan tatapan lapar. No way" tante Asya mengangguk dan menyuruh gue berganti baju lagi dengan di bantu mbak Lita tadi. Gue keluar lagi menemui mereka.

"Cantik. Mom ini udah pas buat Azza" Tante Asya mengangguk.

"Oh Tante ada gaun buat kamu, tante sengaja bikin warnanya sama kayak gaun Queen. Yuk ikut tante ganti" gue mengikuti tante Asya ke ruangan tadi untuk berganti gaun.

Gue menemui Arsen. Arsen berdecak sebal, "lagi-lagi harus banget ya mom pakai baju yang bahunya terbuka?"

Tante Asya hanya tertawa dan mengajakku untuk masuk lagi keruangan tadi untuk berganti baju yang warna putih. Gue keluar dan berdiri di depan Arsen.


"You look so beautiful honey" Arsen mendekat ke gue. Jari telunjuk gue sudah gue goyangkan ke kanan-kiri.

"No no no no no"

"Iya aku tahu. Ayo ganti baju dan aku antar kamu pulang" gue masuk lagi ke dalam untuk berganti baju.

☘☘☘

"Jangan dipakai baju yang pink tadi" gue menoleh ke Arsen dengan tatapan bingung.

"Apa? Memangnya tante ngasih ke aku?" Arsen menoleh sekilas ke arah gue, lalu kembali fokus ke depan.

"Emangnya enggak?" Gue menggeleng. Arsen tersenyum lagi.
Emang tante Asya ngasih gue dress putih tadi dan di masukkan lagi dress hitam, tapi Arsen nggak tahu, kata tante Asya itu pengganti yang pink tadi. Gue udah ucapin terimakasih ke Tante, dan tante Asya memeluk gue.

30 menit, gue sudah sampai didepan rumah, terlihat masih sepi. Gue melepaskan seat belt.

"Nggak usah mampir ya, nggak ada orang di rumah"

"It's okay Honey. Besok aku jemput ya, kita jalan-jalan" gue hanya mengangguk "oh jangan lupa data diri kamu dan pas foto untuk urus paspor" gue mengangguk dan masuk ke dalam rumah setelah mobil Arsen berlalu.

Gue masuk ke kamar dan merebahkan diri ke ranjang. Gue belum cek Instagram gue. Gue buka dan yang pertama kali muncul adalah postingan dari Arsen.

Arsenio_Morinho

Like 12
Jangan pernah lepaskan tanganku. Genggaman ternyaman untuk hatiku

Queen_Adeeva wow sudah mulai berpegangan tangan ya @Attar_Pradana gimana ini?

Attar_Pradana wow sudah berbaikan?
Arsen_Morinho @Attar_Pradana sudah @Queen_Adeeva syirik ya?

Queen_Adeeva nope

Damian.Morinho heiy I want holding hands like that with Azza

Arsen_Morinho BIG NO @Damian.Morinho Just try to hold it, I beat you

Damian.Morinho I'm scared with you @Arsen_Morinho

Queen_Adeeva hahaha gelo  @Damian.Morinho

Damian.Morinho gelo? What the?

☘☘☘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top