20.
Bahasa non-baku!
“Sun, tau nggak kenapa bintang itu banyak? Tapi bulan itu cuma satu?”
“Ya mana saya tau, kok tanya saya.”
“Ih! Aku tuh mau jadi romantis!” [Name] menampol pinggang Suna tak santai, pemuda itu langsung meringis.
“Y-ya, aku nggak tau.”
“Karna kalo bulan banyak, dia bakal memenuhi luar angkasa,” ucap [Name] sambil menatap keluar jendela apart, langit malam kali ini sedang sangat indah.
“Terus bintang nggak dapet tempat deh, dan dia ilang~ wush~”
“Ha?” bingung Suna.
[Name] menatap Suna yang menatapnya bingung, lalu gadis itu tersenyum tipis.
“Gue suka bintang,”
“Karna bintang itu cantik.”
Pupil Suna membesar bersamaan dengan detak jantungnya yang berdegup kencang, ia merasa deja vu.
“Jadi inget pertama kali kita ngobrol.”
Flashback
Gadis itu duduk sendirian di sebuah kursi yang tersedia di depan minimarket, di pangkuannya ada seplastik cemilan yang baru saja ia beli.
Netra cantiknya menatap keatas sana, tepatnya kearah langit malam yang sedang cantik-cantiknya, mulutnya bergumam memuji betapa indahnya langit malam ini.
“Cantik banget..”
“Jadi pengen terbang kesana,” ia memiringkan kepalanya sedikit.
Gadis itu [Fullname], biasa dipanggil [Name], sang penyuka bintang.
“Lo.”
[Name] menoleh kearah suara, “Eh? Lo?”
Pemuda bermata tajam bak rubah, Suna Rintarou.
Suna mendudukan dirinya di samping [Name] lalu menatap gadis itu sambil menaikan sebelah alisnya, “Ngapain lo duduk sendirian di sini malam-malam?”
[Name] menunjuk langit, “Liat bintang.”
Suna mengalihkan pandangannya dari [Name] ke langit, “Lo suka bintang..?”
“Yakali nggak, mereka cantik banget!!!” gemas [Name].
Suna menahan tawanya, “What? 'mereka'?”
[Name] mengangguk, “Ya terus apa? 'Para bintang itu' gitu? Jadi geli!”
Suna terkekeh, “Lo tuh temen sekelas gue bukan sih?” [Name] mengangguk, “Iya.”
“Lo pendiem banget ya?” ucap Suna, [Name] sontak tertawa, “Kalem kalik ah! Masak pendiem!”
“Kita nggak pernah ngobrol sebelumnya,” ucap Suna sambil mendongak menatap langit, [Name] pula melakukan hal yang sama.
“Hm.”
“Lo tau berapa jumlah bintang di sana?”
[Name] mengerutkan keningnya, “Mana gue tehek!”
Suna tertawa, “Katanya suka bintang, kok nggak tau jumlah mereka?”
Sudut bibir [Name] berkedut kesal, “Kok lo ngeselin si anj-”
Suna tertawa keras, “Sorry deh..”
[Name] menghendikan bahunya, “Lo suka apa? Bintang? Bulan? Matahari?”
Suna mengelus dagunya, “Komet.”
[Name] mengangguk-angguk, “Emang sih, komet itu keren, kayak Flash.”
“Kalo l- ah! Nggak perlu ditanya, lo suka bintang.”
[Name] tersenyum hingga menampakan giginya, “Gue suka bintang, karna bintang itu cantik.”
Suna tersenyum, “Secantik itu ya?”
“Iya!”
Mereka berdua saling menatap, Suna dengan senyum lembutnya dan [Name] dengan wajah antusiasnya.
Tanpa mereka berdua sadari, benang takdir mereka perlahan saling terkait.
“Minta nomor lo dong.”
Falshback off
“Kamu kenapa nangis?!” cemas [Name] saat memperhatikan Suna yang melamun tiba-tiba menangis.
Suna menggeleng sambil mengusap air mata yang menetes ke pipinya.
“Ya, aku berterima kasih banget sama bulan karna dia cuma satu,” ucap Suna, [Name] menaikan sebelah alisnya lalu tersenyum, akhirnya Suna paham maksud apa yang ia katakan tadi.
“Geli banget ya, obrolan pertama kita tentang bintang,” ucap [Name] lalu tertawa kecil.
Suna tersenyum lembut kearah [Name] lalu mendekatkan wajahnya pada gdis itu dan mengecup keningnya, “Kalo aja bintang itu nggak ada karna nggak dapet tempat, mungkin sekarang aku sama kamu masih berjarak.”
[Name] terkekeh, “Berbelit-belit ya, Sun.”
Suna terkekeh lalu mendekap kekasihnya, “Intinya i love you,”
“I love you for infinity.”
---
Tamat atau lanjut? Hmm🤔
Yang bingung di 'Bintang nggak dapet tempat' 'bulan cuma satu' jadi gini..
Kalo aja bulan itu banyak, dia pasti menuhin luar angkasa, bintang nggak dapet tempat deh.. terus bintang ilang (nggak akan pernah ada)
Mbak [Name] bisa ngobrol pertama kali ama Suna karna bintang, jadi kalo aja bintang itu nggak ada (nggak dapet tempat) mbak [Name] gabakal bareng sama Suna sampai titik saat ini.. gitu looo
POKOKNYA GITU LAH! JADI BELIBET DEH!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top