9. Betty Lavia

Aku berutang satu kalimat padamu. Kalimat itu adalah aku mencintaimu. (Sean)

***

Sean berjalan pelan menuju parkiran mall setelah menyelesaikan urusan bisnisnya sambil mengopi. Ia menunggu sopir menjemputnya di parkiran basement mall.  Suasana parkiran terlihat sepi, beberapa orang hanya sedikit yang berlalu lalang.

Sean mencoba menunggu kang Asep di kursi tunggu yang disediakan tepat  di pintu masuk mall yang bisa diakses dari parkiran basement. Sean mendapati seorang pria bertubuh yang sepertinya sibuk menelepon. Sean tidak terlalu memperhatikan pria itu ia kembali mengecek ponselnya dan mencoba menelpon kang Asep.

Pria bertubuh kekar yang menelepon tadi mendekati Sean, kali ini ia tidak sendiri ia membawa 3 orang temannya yang baru datang. Mereka berempat mencoba mendekati Sean. Sean merasa tidak mengenal pria-pria itu, ia malas berurusan dan mencoba berpaling.

"Hei, Dilan!" tiba-tiba pria itu memanggil namanya dengan panggilan Dilan.

Sean terkejut dan mengerutkan keningnya. Ia merasa aneh dengan panggilan Dilan. Panggilan itu muncul kembali setelah bertahun-tahun menghilang, ia tidak menanggapinnya. Berhubung namanya bukan Dilan ia mencoba pura-pura tidak mendengar dengan fokus memainkan ponselnya.

"Dilan! Lo gue panggil Diem aja, budeg!" geram pria sangar bertubuh besar itu.

"Maaf, anda salah orang, saya bukan Dilan," jawab Sean. Ia segera berdiri dan meninggalkan pria yang memanggilnya Dilan itu.

"Brengsek! Pakai gak ngaku lagi!" geram pria sangar lainnya.

"Maaf, saya tidak kenal dengan anda-anda ini. Dan saya tegaskan saya bukan Dilan, saya Sean," jawabnya lalu ia berlalu.

Langkah Sean tiba-tiba terhenti karena tanganya di tarik pria sangar itu. Pria itu terlihat sangat kesal dengan Sean yang mereka panggil Dilan. Sean melepas tangan pria itu dan mencoba melangkah pergi.

"Brengsek! Lo mau kabur pengecut! Lo udah bikin hidung bos kami patah lo juga bikin bos kami dipenjara!" gertak pria itu.

Sean merasa takut tapi ia mencoba untuk bersikap tenang. Kondisinya kini terjepit diatara preman-preman ini di lokasi yang tidak ada kamera CCTV. Belum lagi pos security juga sangat jauh, jika berteriak minta tolong dipastikan security tidak mendengarkan teriakannya.

"Hidung patah? Dipenjara? Saya tidak mengerti!" jawab Sean polos, ia benar-benar tidak mengerti apa yang dimaksut berandal ini.

"Lo enggak usah pura-pura gak tahu! Lo sekarang ikut kami!" gertak preman itu.

"Maaf, jalan damai saja, saya bersedia menanggung biaya pengobatan bos anda!" jawab Sean santai.

"Halah banyak bacot lo!"

Bugh!!!

Satu kepalan tinju melayang mengenai wajah Sean. Sean langsung hilang keseimbangan dan jatuh terhenyak. Belum cukup satu preman memukulnya, preman lain mencoba menginjaknya. Sean benar-benar disiksa 2 orang sekaligus.

"Itu akibat, kalau lo pengecut!" kata preman itu.

Sean kesakitan di bagian perutnya, ia memegangi perutnya. Darah segar mengalir dari hidungnya dan sudut bibirnya.

"Kita bawa dia hidup-hidup dan kita serahkan ke Martin! Biar dia dapat balasan!" kata pria kurus bertato salah satu dari mereka.

"Sebelum kita kasih dia ke Martin, kita hajar dulu anak kurang ajar ini! Dia pernah matahin jari gue!" jawab pria kekar.

Pria kekar berambut keriting itu menendang bokong Sean. Satu lagi pria brandal itu menarik tubuh Sean agar berdiri dan kembali meninju Sean. Sean ambruk lagi, kepalanya menjadi pusing dan pandangannya berkunang-kunang.

Mereka berempat mendekati Sean dengan wajah penuh kebencian. Sean tergeletak lemas tak berdaya, ia pasrah akan nasibnya. Jangankan mematahkan jari salah satu dari  mereka mengenal  mereka saja tidak. Ia Juga tidak pernah bertemu atau berurusan dengan preman, ia hanya mengenal pria berkelas. Kalaupun mengenal penjahat ia hanya mengenal penjahat kelas atas seperti koruptor, mavia pajak, penipu saham dan pelaku pencucian uang. Sementara yang ada di hadapannya hanya preman yang kejahatannya mungkin hanya memalak pedagang kaki lima, atau membuat onar di pasar tradisional.

Tiba-tiba pria  berbadan kekar jatuh tersungkur menimpa Sean. Seseorang telah menendang pria kekar itu dari belakang. Kini pria bertubuh besar itu ambruk menimpanya.

"Kurang ajar!" umpat pria tersungkur itu.

Tiga pria lainnya melihat ke belakang, mereka mendapati gadis cantik berjaket pink menendang bos mereka. Mereka menatap gadis itu heran, bagaimana bisa gadis cantik seperti dirinya memiliki tenaga ekstra bisa menendang pria kekar dalam sekali tendangan.

"Itu pacarnya Dilan!" bereskan dia!" pria bertubuh kekar memerintahkan.

Tiga pria bawahan pria kekar itu kini mencoba melawan gadis yang sedang memasang kuda-kuda. Pria kurus maju dan mencoba meninju gadis itu, tapi dengan sigap gadis itu menangkap tangan pria itu dan menendang pinggangnya.

Dua pria lainnya mencoba menangkap gadis lincah itu, namun bukanya tertangkap gadis itu melompat dan menendang selakangan kedua pria itu hingga tersungkur.

"Goblok kalian semua! Melawan satu gadis saja tidak becus!" omel bos mereka yang ditendang gadis itu pertama kali.

Kini pria kekar itu mencoba melawan gadis itu. Perhelahian tidak imbang terjadi. Pria itu bahkan tidak peduli kalau lawannya adalah wanita. Tak terelakkan pria itu tumbang karena kakinya ditendang gadis itu tanpa ampun.

Selagi empat pria itu tumbang, gadis itu membantu Sean berdiri dan menarik tangan Sean untuk kabur dari pria-pria brandal itu.

Gadis itu menarik tangan Sean supaya langkah Sean lebih cepat. Ia khawatir anak buah mereka muncul lebih banyak lagi.

"Betty... Betty..." panggil Sean sambil mempercepat langkahnya.

"Kak Sean, ayo cepat! Aku takut jumlah mereka semakin banyak!" jawab gadis yang dipanggil Sean dengan sebutan Betty.

"Betty, kamu ke mana aja? Aku..." kata Sean.

"Kak Sean, kita udah enggak ada waktu lagi. Mereka pasti akan memanggil komplotannya untuk menangkap kita," jawab Betty.

"Betty berhenti! Kakiku sakit aku enggak sanggup lari lagi!" kata Sean.

Betty menoleh dan menghentikan langkahnya. Debaran hatinya masih tetap sama seperti dulu. Tangan Betty belum melepas tangan Sean.

"Betty, peluk aku! Aku kangen kamu!" kata Sean tanpa malu-malu dan tidak ingat kalau dirinya akan bertunangan. Ia juga tidak ingat kalau dirinya kini dalam bahaya.

"Enggak!" jawab Betty singkat.

"Betty, rangkul aku! Bantu aku berjalan," kata Sean pelan.

"Kak Sean, kita gak ada waktu lagi. Percepat langkahmu kita harus cepat-cepat keluar dari basement!"  jawab Betty. Setelahnya gadis itu membantu Sean berjalan.

"Betty, kamu ke mana aja? Aku mencari-carimu," bisik Sean. Setelahnya Betty menatap Sean, mereka berdua saling berpandangan sambil berjalan.

"Kamu udah tunangan!" jawab Betty singkat.

"Dari mana kamu tahu?"

"Kamu tunangan dengan anak ketua partai Republik siapa yang enggak tahu," jawab Betty.

"Itu karena aku enggak ketemu kamu!" jawab Sean sambil mencoba mengecup ubun-ubun Betty.

Betty terkejut ubun-ubunnya di kecup Sean. Betty menatap Sean. "Sudah lah, kamu fokus saja dengan tunanganmu itu!"

"Betty, aku bisa batalin pertunangan itu dan menikahimu!" kata Sean.

"Kak Sean! Apa yang jadi keputusanmu saat ini adalah yang terbaik!" jawab Betty.

Sean menghentikan langkahnya. Ia bahkan tak peduli para berandal itu mengejarnya. Ia hanya tahu satu, utangnya pada Betty Lavia yang hingga kini belum ia bayar. Ia juga sempat memungkiri utang itu bahkan sempat lari dari utang yang ia buat.

"Betty, aku berutang padamu!" kata Sean.

"Aku sudah mengiklaskannya," jawab Betty menatap Sean.

Aku berutang satu kalimat, yaitu aku mencintaimu. Batin Sean.

"Enggak Betty, aku enggak mau kehilangan kamu lagi!"  kata Sean diiringi gelengan kepala.

Sekuat tenaga Betty berusaha tidak meneteskan air mata. Ia tak ingin menangis di depan pria yang membuatnya hampir mati karena cinta. Bagaimana tidak? Dulu ketika cinta bersemi pria dihadapannya kini justru merusak segalanya. Dengan sadis pria itu mengatakan kalau dirinya menganggap Betty hanya sahabat dan Betty harus menerima dirinya yang sebenarnya yaitu Sean. Kini Sean mencoba merayunya? Tidak! semua sudah terlambat! Walau cinta dalam hati Betty masih ada dan besar namun sudah terlambat hatinya terlanjur tersakiti.

"Betty, maafkan aku!" kata Sean.

Betty menghentikan langkahnya ia menatap Sean. Pria yang dulu sangat dia cintai tidak banyak berubah, ia masih tampan seperti sedia kala. Ketampanan pria itu bertambah didukung dengan penampilan ala kantoran dengan setelan jas berwarna abu-abu.

Ingin rasanya gadis itu meninju bibir Sean supaya diam. Mau minta maaf apalagi? Gadis itu tidak butuh lelaki yang terlalu lama mempertimbangkan dirinya. Ia tak butuh lelaki yang sebelumnya menganggap sahabat, lelaki yang merusak kehidupan cintanya dengan kata-kata hanya sahabat. Kata-kata yang disukai banyak orang tapi tidak disukainya. Pernyataan sahabat justru membuatnya patah hati parah.

"Kak Sean! Bukannya kamu sendiri yang menganggapku sahabat?" protes Betty.

From author.

Terima kasih buat teman-teman yang sudah mampir dan mengikuti.

Sekarang sudah tahu dengan Betty Lavia kan? Yap next part dia akan dapat jatah muncul sangat banyak. Eh Sean bagaimana? Apakah dia akan kembali ke pelukan Betty Lavia? Atau dia akan tetap menerima perjodohan dengan Naima?

Betty Lavia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top