41. Cinta Tak Harus Memiliki (epilog)
Cinta adalah masalah hati, tak bisa dipaksakan tak bisa dipelajari. Mencintaimu bagiku tak harus memilikimu, cukup hanya melihatmu dari mata hatiku. (Sean)
***
Pernikahan Soni dan Betty digelar hari ini. Mereka menikah mendahului pernikahan Ima dan Sean yang tiga minggu lagi akan digelar. Pernikahan Soni digelar agak cepat karena itu permintaan Soni dan karena suatu hal.
Pernikahan itu tidak lebih besar dibandingkan pernikahan Sean dan Ima nantinya yang akan diselenggarakan di Bali. Soni memilih pernikahan itu diadakan di ibukota saja dan hanya menyewa hotel bintang lima.
Akad nikah kemarin dilakukan tertutup dan hanya di datangi keluarga terdekat Soni dan Betty. Kontras dengan akad nikah yang hanya tertutup, pesta pernikahan mereka digelar di hotel bintang lima dengan tamu undangan tidak lebih 1000 orang. Pesta itu hanya mengundang kolega terdekat Soni, sanak famili, kolega politik dan bisnis Papa serta geng sosialita Mama dan beberapa undangan dari pelanggan situs jualan onlen tas mewah dan aksesoris milik Mama.
Di pelaminan Betty tampak sangat cantik dengan gaun putihnya. Betty tidak mengenakan busana adat sebab tema pernikahan yang mereka gelar bertemakan western modern. Betty hanya menggunakan gaun putih bak seorang putri. Sementara Soni sangat tampan dengan jas putih, ia sangat cocok disebut sebagai prince charming wanita manapun. Tampan, pintar, milyarder muda, calon pewaris utama Atmaja Coorporation.
Undangan wanita yang berstatus jomlo hanya bisa gigit jari, apa lagi yang bersanding dengan Soni adalaah Betty yang cantiknya luar biasa dan membuat decak kagum tamu undangan. Undangan juga merasa kaget karena selama ini Soni tak pernah menggandeng Betty di acara apapun.
Naima sebagai adik ipar turut bahagia. Ia bahagia kalau calon suaminya tidak akan direbut Betty. Tentu saja pernikahan ini adalah bukti kalau Betty tidak menginginkan Sean lagi. Betty tampak bahagia terlihat dari senyumannya menyalami para tamu.
Beberapa saat Ima melihat Betty berjalan ke belakang panggung pelaminan. Ima berpikir mungkin Betty ingin ke kamar kecil, Betty berjalan di gandeng dan dibantu berjalan dua orang gadis. Betty berjalan menuju kamar yang tak jauh dari convension center tempat pernikahan digelar.
Ima melanjutkan obrolannya dengan beberapa tamu yang ia kenal sambil matanya tetap memperhatikan calon suaminya yang tadinya juga ngobrol dengan beberapa tamu undangan. Ima mencari-cari sosok Sean di antara tamu undangan. Ima mendesah. "Sean kemana? Bukannya tadi ia bercakap-cakap dengan temannya di dekat pintu masuk?"
Perasaan Ima menjadi tidak enak, Sean begitu cepat hilangnya. Betty keluar dari convention center setelahnya Sean juga menghilang? Dada Ima berdebar tidak karuan. Pikiran buruk menghiasi pikirannya. "Kemana Sean?" batinnya.
Ima mencoba keluar dari ruangan pesta dan berlari pelan mencari sosok calon suaminya. Beberapa koridor yang terhubung dengan convention center sudah Ima lalui tapi tak menemukan sosok Sean. "Kemana dia?"
Langkahnya terhenti ketika melihat sosok pria bersetelan jas hitam dan mengarah ke koridor lain, koridor yang menghubungkan convention center di belakang pelaminan.
Ima sengaja mengikuti dari belakang, dan matanya terbelalak ketika Sean masuk ke kamar Betty dan Soni menginap. Ima ingat kalau Soni masih duduk di pelaminan, lalu apa yang dilakukan Sean masuk ke kamar Betty dan Soni?
Ima mengendap-endap menuju kamar yang dimasuki Sean dan beruntung pintu tak ditutup oleh Sean. Dari celah pintu yang terbuka Ima mencoba mengintip apa yang dilakukan calon suaminya di kamar pengantin? Ima masih bisa berpikiran positif kalau Betty mumgkin mengganti bajunya, tapi Sean? Kenapa pria brengsek itu masuk juga?
"Hei, Sean! Sedang apa kamu di sini!" geram Betty.
"Hah, kamu memanggilku Sean?" jawab Sean mencoba melangkah mendekati Betty.
"Sudah pasti, kamu adik iparku!" jawab Betty melotot dan memundurkan dirinya.
"Ohh, maaf aku lupa. Aku hanya tahu kalau kamu pacarku," jawab Sean masih melangkah pelan mendekati Betty.
"Aku enggak pernah pacaran sama kamu! Kamu menganggapku sahabat, sekarang keluarlah! Atau aku meninjumu!" geram Betty.
Sean hanya menjawab dengan senyuman sinis. Pria itu menggosok-gosok dagunya dan menatap Betty dengan panjang. Sementara Betty, ia sudah mulai memasang kuda-kuda hendak meninju Sean.
"Menjauh dariku Sean! Tak lama lagi kamu akan menikah, aku enggak mau Ima salah paham lagi!" cerca Betty.
"Ha ha ha," Sean tertawa sinis.
"Sean, menjauh dariku! Aku sedang hamil. Enggak sepantasnya kamu mendekati aku!" tegas Betty.
"Hah, kamu hamil? Aku jadi ragu itu anak siapa?" cemooh Sean.
"Ini anak Soni," jawab Betty penuh penekanan.
"Anak Soni, atau anakku oh Dilan? Kamu pernah beberapa hari di rumah kami kan?" Sean makin menggoda Betty. Di luar dugaan ternyata pria itu sikapnya kurang menyenangkan, wajahnya sinis. Ia seperti tak bahagia dengan pesta pernikahan ini.
"Tutup mulutmu Sean! Aku enggak pernah tidur denganmu!"
"Kamu enggak pernah tidur denganku tapi kamu tidur dengan Dilan!" kata Sean dengan senyuman smirk.
Mendengar percakapan antara Sean dan Betty Ima menutup mulutnya. Tak kuasa airmatanya menetes. Mereka berdua membicarakan hal yang sangat sensitif. Hingga adegan ranjang mereka perebutkan. Dengan menahan tangis ia tetap mengintip dan menguping pembicaraan mereka berdua.
"Kamu enggak lebih baik dibandingkan Dilan! Dilan enggak pernah melecehkanku seperti ini! Aku enggak pernah tidur dengan Dilan, menjauh dariku keluar dari kamarku! Atau aku berteriak!" perintah Betty.
"Silakan berteriak! Semua orang akan datang kemari dengan melihat aku dan kamu di sini mereka justru semakin membencimu, semua orang akan mengira kamu masih mencintaiku. Soni akan membencimu, Ima juga akan membencimu. Mama, papa membencimu dan orang lain akan menganggapmu wanita jalang," kata Sean.
PLAKKK!!!
Wanita cantik bermata indah bertubuh bongsor itu menampar Sean. "Sudah cukup, apa yang kamu harapkan dari aku? Aku sudah milik orang lain, aku hamil dan kamu, kamu dicintai wanita baik-baik seperti Ima. Kamu jangan permainkan cinta!" semprot Betty.
"Naima emang mencintai aku, tapi aku belum bisa mencintai dia. Aku masih mencintai kamu, kamu juga kan!"
"Kamu jangan bercanda Sean!"
"Benar bukan!"
"Kamu salah, aku memang mencintai kamu, tapi aku lebih mencintai Soni. Kamu adalah masa lalu!"
"Aku enggak peduli dengan itu semua," debat Sean.
"Hentikan Sean! Enggak sepantasnya kamu mencintai aku lagi. Sudah lama kita enggak berurusan! Aku selalu menghianati kamu, aku enggak pernah setia dan sekarang aku jatuh cinta pada Soni!"
"Silakan, aku enggak peduli perasaanmu. Yang jelas di hatiku masih ada kamu. Ragaku milik Ima tapi hatiku tetap padamu!" Sean memberi pengakuan dan didengar oleh Ima. Tangis Ima di balik pintu masin membuncah. Bibirnya bergetar mendengar pengakuan calon suaminya. Masih pantaskah ia mengharapkan pria itu? Ima terisak merapatkan giginya, betapa kejam Sean lebih kejam dibanding Dilan yang jelas-jelas sudah mulai menerimanya.
"Kamu bukan Sean yang aku kenal, kamu juga bukan Dilan yang aku kenal. Menjauh lahhh!" pekik Betty.
Sean tak menjawab. Pria itu justru mendekatkan tubuhnya dan memeluk Betty yang tersandar di dinding.
"Sean ku mohon menjauh lah, aku hamil Sean. Aku enggak mau Soni atau Ima salah paham," lirih Betty.
"Aku mencintai Soni Sean, tolong lah."
Sean bukannya menjauh pria itu justru memeluk Betty. Betty mencoba mendorong dan memberontak pelukan Sean. Semakin memberontak Sean justru semakin bersemangat, bahkan kekuatan Betty tidak sanggup mendorong pria itu. Ia menundukkan kepalanya dan mencium pelan leher jenjang wanita itu. Wanita itu tak berani berteriak ia terpaksa menerima ciuman gairah Sean sambil sesekali mendesah.
Ima di luar masih berdiri mematung. Ia menutup mulutnya. Ia berusaha untuk menahan dirinya agar tidak melabrak Sean. Ingin rasanya ia meninju dan memukul Sean tapi ia tak berdaya. Ia hanya bisa menangis dengan bibir bergetar. Pernikahan yang hampir dilaksanakan terlihat samar-samar seperti tidak pasti.
Ima masih tetap menutup mulutnya. Tangisnya masih tetap mengiringi perasaan kacaunya. Jika Dilan menghancurkan pertunangannya Sean justru menghancurkan pernikahannya. Pernikahan tiga minggu lagi dilaksanakan tapi calon suaminya justru mencium wanita lain yang tak lain adalah kakak iparnya, dan lebih mengerikan wanita itu sedang hamil. Sangat kejam!
Betty juga terlihat menangis. Air mata wanita itu mengalir di atas riasan make up yang menyelimuti wajah cantiknya. Ia tak bisa menendang Sean karena terhambat oleh dress pernikahannya yang panjang menjuntai. Jika ia berteriak, tentu semua orang akan membencinya. Betty bahkan lupa dengan ilmu bela diri yang ia punya. Bisa saja ia membanting Sean, tapi jika Sean terluka semua orang akan tahu apa yang mereka lakukan. Ia pasrah saat Sean menggerakkan bibirnya dan menghisap lebut lehernya. Pria itu seolah lupa siapa dirinya. Ia justru menarik tangan Betty ke bahunya dan segera pria itu mencium bibir Betty dengan gerakan bibir yang amat erotis.
"Emmm!!!" Betty menahan supaya bibirnya tidak terbuka. Pertahanan itu buyar, lidah Sean teramat kuat sekuat cinta yang ia punya hingga lidahnya berhasil masuk ke dalam bibir Betty.
Ima merasa kalah dan terlanjur dikhianati. Ia merasa tak kuat lagi. Jika beberapa bulan sebelumnya ia masih bisa melabrak Dilan yang kala itu berpelukan di dapur dengan Betty. Sekarang kakinya justru berat untuk melangkah dan melabrak mereka. Ia bahkan menonton adegan romantis itu dengan mata kepalanya sendiri. Sebuah adegan romantis yang sama sekali belum pernah ia dan Sean lakukan. Ia hanya berciuman tanpa dipeluk erat oleh Sean.
"Aku masih mencintamu Betty," bisik Sean.
"Aku enggak, aku mencintai Soni dalam rahimku ada benih cinta kami, menjauh lah. Pergi dari sini!" bentak Betty.
"Hm! Love is not always being together," kata Sean menyubit lembut pipi Betty. Sean melangkah setelah puas memberikan ciuman terakhirnya.
"Sean enggak mencintai aku," lirih Ima setelah sekali lagi saat mendengar pengakuan pria itu. Kepalanya mendadak pusing, bajunya basah karena airmata yang mengalir deras. Ia menyesal atas perjodohan yang diterapkan. Ia menyesal kala itu tidak memilih Soni yang jelas dulu sangat menyukainya dan selalu baik padanya. Ia menyesal mengotot memilih Sean, Ia menyesal hanya mengikuti egonya.
Ima menyandarkan tubuhnya di dinding lalu berjongkok pelan, tubuhnya terasa lemah. Sakit semua rasanya, seperti ribuan jarum yang menyentak tubuhnya. "Love is not always being together? Lalu aku? Aku jadi budak cintamu selamanya? Yang selalu mencintaimu tanpa kamu balas?" lirihnya. Giginya semakin rapat, bibirnya bergetar hebat. Ia ambruk seketika, pandangannya gelap. Sayup-sayup terdengar suara Sean memanggilnya. "Ima!! Ima!!"
"Tetangga, suatu saat kalau gue bangun tidur, gue harap lo udah jadi istri gue." Kata-kata Dilan sebelum ia tidur dan kembali menjadi Sean tiba-tiba terngiang di telinganya. Alter ego nakal dan tak beraturan itu seperti lebih baik dibandingkan inangnya sendiri. Ia polos dan suka berbicara apa adanya.
"Dilaaannn, Dilaaaannn, I Love You Dilan. Gue rindu," lirih Ima dengan mata tertutup dan tubuh yang tergeletak di depan kamar Betty.
(End)
Giveaway
***********************************************
Maaf teman-teman. Bad ending... Aku menceritakan gimana rasanya mencintai orang yang sebenernya enggak mencintai kamu. Ini juga menyinggung kisah kebanyakam wanita yang menolak lelaki yang kelihatannya biasa saja padahal dia yang terbaik. Sejak awal aku ceritain kalau Soni itu pernah suka sama Ima tapi Ima ngotot milih Sean karena ia sudah lama suka sama Sean.
Aku mengucapkan terima kasih kepada sahabat2 yang mau membaca kisah cinta amburadul dan acakadut ini. Tapi aku tetep bakalan perbaiki. Maaf udah buat kalian emosi dan merapatkan gigi karena tingkah Sean, Dilan dan Betty. Sekian Dulu...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top