38. wanitaku
Nyanyian terindah adalah suaramu yang bergema di hatiku karena tulusnya cintamu. (Dilan)
Keesokan harinya
"Ima!"
Sean terbangun dari tidurnya setelah berhari-hari Dilan bersarang di tubuhnya. Ia membuka matanya perlahan dan merasakan tubuhnya sakit dan pegal. Tangan kirinya sedikit ngilu karena infus yang tertancap.
Mata pria itu menemukan Ima yang tidur di kursi penunggu pasien. Ima menyandarkan kepalanya di tempat tidur Sean. Dengan lembut pria itu mengusap rambut hitam Ima. Ima terbangun dari tidurnya karena usapan lembut tangan Sean. Wanita cantik itu menggosok wajahnya untuk mengurangi rasa kantuk yang masih ada di matanya.
"Sean?" Panggil Ima ragu-ragu. Dalam keadaan sakit seperti ini cukup sulit membedakan Sean dan Dilan.
"Ima," jawab Sean.
"Sean." Ima tersenyum dan menggenggam tangan Sean. Pria iti membalas genggaman Ima dengan menggosokkan jempolnya ke punggung tangan Ima. Wajah Sean terlihat suram, matanya sayu karena menahan sakit. Sean tak sama dengan Dilan, tampaknya Dilan memang lebih kuat jika dibanding Sean.
Dilan masih bisa berbicara normal dan tidak merintih. Sementara Sean suaranya terdengar lambat dan sesekali merintih kesakitan. Fisik sama tapi jiwa berbeda ternyata memiliki daya tahan berbeda juga. Kondisi demikian membuat mereka terlihat bukan orang yang sama.
"Betty, mana Betty?" tanya Sean dengan suara yang terdengar lambat. Sean memang terlihat sangat lemah sekali. Sean terlihat nyata seperti orang yang benar-benar kena pukulan dan tusukan. Sementara Dilan tadi hanya terlihat seperti orang yang menderita sakit ringan.
"Dia udah masuk ruang rawat inap. Beberapa hari yang lalu dia sempat di ICU," jawab Ima.
"Mengapa dia sampai di ICU? Apa kondisinya sangat parah?" tanya Sean penasaran.
"Hmm, Betty disekap Martin karena enggak menunjukkan keberadaan kamu. Waktu kita makan malam kamu ditelpon Martin bukan?" tanya Ima.
Sean mengangguk dengan tatapan kosong.
"Kenapa kamu enggak cerita samaku Sean? Setidaknya aku bisa bantu kamu. Dan enggak akan kejadian sepertu ini?"
"Aku enggak ingin merepotkan kamu Ima. Aku, aku cuma bisa mengandalkan Dilan di saat seperti ini. Kamu lihat kan? Aku baik-baik saja. Bayangkan jika aku yang ke sana mungkin aku bisa mati," kata Sean menerawang.
"Kamu enggak boleh selalu mengandalkan Dilan. Aku bisa bantu kamu, Soni juga, Chandra juga. Kamu harus sabar dengan masalah kamu. Kamu enggak pernah ngerepotin aku, ya," kata Ima pelan. Ia masih menggengam lembut tangan Sean.
"Benar Dilan yang menolongnya dari penjahat itu?" tanyanya dengan suara terbata-bata. "Apa yang terjadi pada Betty hingga dia di ICU?"
"Benar Dilan yang menolongnya Sean. Menurut keterangan saksi aat Betty disekap Betty mencoba kabur dari Martin. Berulang kali Betty lepas dari ikatan. Akhirnya Martin menyuntikkan bubuk narkoba dengan dosis sedang hingga Betty meracau saat menelponmu. Lalu Martin menyuntikkan lagi sebelum menunjukkan Betty pada Dilan. Betty..., tubuhnya enggak kuat nerima tambahan dosis akhirnya dia over dosis tubuhnya gemetaran hebat. Beruntung dia kuat hingga dibawa ke UGD," cerita Ima.
"Betty...," Sean menangis air matanya mengalir diatas pipinya yang lebam. "Betty menderita karena terseret masalah Dilan dengan preman itu."
"Betty sangat kuat hingga bisa melindungi kamu Sean. Betty disekap karena enggak menunjukkan keberadaan kamu. Aku sadar aku enggak sekuat Betty. Banyak pengorbanan Betty. Mmm... mulai sekarang aku enggak akan maksain kamu untuk belajar mencintai aku Sean. Kamu bebas nentuin siapa yang akan kamu cintai. Walau nantinya mungkin aku akan tersakiti tapi aku bahagia kalau kamu bahagia, mungkin bersama Betty," kata Ima.
"Ima," sean tersenyum. "Kemarilah, peluk aku," Katanya lembut.
Mendengar permintaan Sean Ima menjadi terkejut. Permintaan Sean ternyata sama persis dengan Dilan. Sepertinya baik Sean atau Dilan memang membutuhkan pelukan hangat. Sean ataupun Dilan membutuhkan perhatian dan suasana hangat dari sebuah pelukan. Pelukan dari wanita yang teramat sangat tulus mencintainya tanpa cela sedikitpun. Ima berani bertaruh kalau dirinya sangat mencintai Sean dan juga Dilan. Cinta yang Ima miliki tentunya lebih besar daripada wanita manapun termasuk Betty.
"Kemarilah Ima! Ayo peluk aku semampu kamu, aku pasrah," kata Sean tersenyum.
Ima berdiri dan mendekati Sean. Tanpa ragu ia memeluk pelan pria itu. Ia memastikan agar pelukannya tidak menyakiti Sean yang perutnya di perban karena ada jahitan. Ima memeluknya pelan, tangan kanan Sean membelai lembut rambut gadis itu.
Ima meneteskan air matanya. Ini kali pertama Sean dan dirinya berpelukan dengan penuh perasaan. Lelaki yang amat dicintainya itu kini kembali setelah pria lain bernama Dilan bersarang di tubuhnya. Ima sangat merindukan Sean. Pria dingin tak banyak bicara itu sudah kembali dengan sikap yang hangat walaupun dirinya kini tengah sakit.
"Aku mencintaimu Sean, sangat mencintaimu," bisik Ima.
"Hmm..." jawab Sean membelai rambut Ima. Setelahnya pria itu mengecup ubun-ubun Ima dengan lembut.
"Bolehkan kalau setelah ini aku mengisi hari-harimu dengan semua cinta yang aku miliki?" tanya Ima. Ia meragukan antara Sean masih belum membalas cintanya atau Sean bukan pria yang mudah mengatakan cinta. Ima tak peduli itu semua. Ia berjanji akan membuat Sean membalas cintanya. Yang penting Sean memberinya kesempatan.
Banyak pasangan yang berhasil saling cinta walau dijodohkan orangtuanya. Banyak pasangan yang mulanya tak saling cinta tapi semakin hari semakin cinta karena adanya kesempatan dan kebersamaan. Jika dipikir memang sangat sakit. Dirinya mengatakan cinta tapi Sean hanya membalas kecupan. Ia berusaha sabar cinta memang tidak langsung begitu saja, ia hadir perlahan hingga bisa menetap abadi di hati masing-masing.
"Tentu saja Ima. Boleh segenap hatiku mengizinkan kamu mengisi hari-hariku, kamu baik. Kamu selalu ada setiap aku bangun. Kamu selalu ada setiap Dilan pergi. Kamu selalu di sisiku," bisiknya.
"Sst.. Sean jangan banyak bicara, kamu masih sakit." bisik Ima.
"Aku baikan setelah kamu peluk," bisik Sean kembali.
"Sean, kamu gombal. Tapi maaf aku memang mencintai kamu Sean. Andai kamu memilih Betty aku akan berlapang dada, jadi putuskan secepatnya," kata Ima pelan dan melepas pelukannya.
"Sudah lah Ima, kamu jangan membicarakan Betty lagi. Kita sudah banyak berbicara dan bercerita saat makan malam. Kamu tahu kan kalau aku akan melanjutkan perjodohan kita. Aku mau kita selalu bersama dan saling mengisi hari-hari bersama," jawab Sean.
"Tapi, Sean sebenarnya aku enggak mau memaksakan kamu," kata Ima lirih
Sean tersenyum. "Sini peluk aku lagi, supaya kamu yakin atas ucapanku," kata Sean.
Ima kembali memeluk Sean lembut. Sejak Sean sadar Sean seperti selalu ingin dipeluk dengan penuh kasih sayang. Ima memejamkan matanya ia kini menghayati pelukan Sean.
"Aku senang dalam pelukanmu Ima, aku merasa nyaman, peluk terus ya," bisik Sean.
"Iya Sean, tentunya kamu harus mengizinkan aku mencintai kamu dulu," balas Ima yang juga berbisik.
"Pasti, mulai sekarang aku milikmu sepenuhnya Ima. Bawa aku dalam dunia bahagia yang kamu ciptakan. Namanya asmaraloka, benar begitu kan?" kata Sean pelan.
"Benar Sean. Boleh aku menciummu?"
"Tentu saja. Tapi aku tidur berhari-hari dan mulutku bau obat," jawab Sean dengan tersenyum.
Ima tak menjawab ia menarik pelan kepalanya dari bahu Sean. Kini wajah mereka berdua saling berhadapan. Mata Ima menatap mata Sean yang indah itu. Ia memulai membuka asmaraloka dengan memejamkan matanya dan mendekatkan bibirnya diatas bibir Sean. Ima menghisap lembut bibir Sean. Sean membalasnya dengan mengikuti getaran yang diciptakan bibir Ima. Bahkan Sean menghisap pelan lidah Ima. Ya pria itu mahir berciuman, tentu ini bukan ciuman pertamanya. Ia berciuman sebelumnya dengan Betty.
Ciuman itu membuat Ima terharu, ia menangis. Ia memendam cinta sejak SMP dan berhayal tentang Sean dan hayalan itu kini menjadi nyata. Sean ada dihadapannya dengan bibir yang bergetar hebat menikmati ciumannya.
"Ternyata ada yang lebih hebat dari cinta, yaitu ketulusan hati seseorang yang mencintaimu. Tulus mencintaimu apa adanya, selalu setia dan sabar," batin Sean.
"Maaf Sean, sakit tidak?" kata Ima setelah melepas ciumannya.
"Sakit sedikit tak apa," jawab Sean tersipu-sipu.
Sementara di balik pintu Soni hampir saja memutuskan adegan romantis adiknya dengan tetangganya. Ia tadi ingin masuk dan melihat kondisi Sean menjadi urung karena mereka sibuk berciuman. Soni kembali menutup pintu dengan pelan dan tersenyum.
"Semoga kalian bahagia, aku juga ikut bahagia," batin Soni.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top