26. Tidurlah Dilan
Siapapun wanita yang kamu temui esok, dia lah cinta sejatimu. (Betty Lavia)
***
Walaupun Soni menenangkan Betty supaya untuk tetap tinggal di rumahnya tetap saja Betty merasa tidak enak. Ia juga merasa kalau dirinya juga penyebab rusaknya hubungan antara Ima dan Sean. Betty tahu kalau Sean dan Ima akan bertunangan dan ditunda gara-gara kemunculan Dilan.
Beberapa hari yang lalu saat kejadian Sean diserang preman, Betty memang sempat bercakap-cakap dengan Sean. Sean bahkan menyatakan kalau rindu dengannya. Wanita muda itu sebenarnya merasakan rindu pada Sean yang dulu ia cintai, tapi semua terlambat dan tidak ada gunanya.
"Aku tahu betapa sayangnya Dilan padaku, namun ketika dia menjadi Sean dia membohongi perasaannya. Kemarin Sean menyatakan rindu, sungguh semua sudah terlambat bagiku," lirihnya.
Siang itu hujan lebat turun, Betty menatap hujan di balik jendela kamar tamu keluarga Sean. Pikirannya kembali ke empat tahun yang lalu saat ia bertemu dengan Dilan yang berwujud Sean.
Bermingu-minggu Dilan tak kunjung menjawab pesan dan tidak menjawab telepon Betty. Hal ini membuat Betty nekat mencari Dilan di warung sate favoritnya di pasar Kebon. Dua kali, tiga kali dicari di warung sate namun dirinya tak menemukan Dilan. Dilan seperti mati saja tanpa kabar walau sepertinya ponselnya masih menyala.
Seminggu kemudian secara kebetulan Betty menemukan kekasihnya itu di warung makan Padang. Ia mendatangi pria itu dengan wajah heran. Prianya jelas tampak sangat berbeda penampilannya. Penampilannya lebih terkesan mewah dengan kemeja mahalnya. Cukup lama Betty berdiri tepat di hadapan pria itu namun pria itu hanya tersenyum seadanya bahkan tidak menyapanya atau mempersilahkan duduk.
"Dilan!" panggil Betty heran.
Dilan hanya menoleh heran bahkan menunjuk dirinya dengan tatapan bingung. Ada apa ini?
"Eh hai!" jawabnya setelah tersadar beberapa detik.
Betty menatapnya heran, mendadak kepalanya pusing. Sudah lama menghilang tapi balasanya hanya sepotong kata hai. Dilan seperti tidak terjadi apa-apa padahal berminggu-minggu mendiaminya. Benar-benar tidak punya perasaan.
"Adik siapa?" tanya Dilan. Dilan seperti orang lain seperti hilang ingatan.
Dengan berurai air mata Betty menekan ponselnya menghubungi Dilan. Ia takut kalau pria ini bukan Dilan yang ia harapkan.
Kriiing.... Kring....
Bunyi ponsel pria itu. Pria itu mengambil ponselnya dari saku celananya dan membaca layar ponselnya tertulis "Betty" lalu ia melotot memandangi ponsel dan memandangi Betty yang menelponnya. Ternyata ini wanita yang kerap menelponnya dan tidak pernah ia tanggapi.
Dengan kesal Betty meninggalkan Dilan yang sebenarnya sudah switching menjadi Sean. Karena dibujuk Tio temannya kala itu yang makan bersamanya Sean pun mengejar Betty sampai parkiran kampus.
"Tunggu!" panggil Sean.
Betty menghentikan langkahnya. Sean mendekat dan jujur dirinya juga sebenarnya saat melihat Betty tadi. Dadanya juga berdebar. Ini kah gadis yang sering menelponnya dan sering mengiriminya pesan instan namun tak pernah dibalasnya.
"Mau apa?" jawab Betty.
"Apa benar kamu pacarku?" tanya Sean polos, sebab ia sendiri merasa tidak punya pacar.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" Betty heran. "Lo seperti bukan orang yang gue kenal!"
"Kita bisa bicara baik-baik gue bisa jelasin," tawar Sean.
"Gue enggak butuh penjelasan lo, jadi gitu cara lo buat ngehindar dari gue?" cecar Betty.
Sean menggaruk kepalanya. Masalah seperti kian banyak saja. Belum kuliah yang super susah, tugas yang sangat banyak dan satu pun tak ia mengerti.
"Hah?! Bukan, bukan gitu. Aku tuh baru tau kalau kamu pacarku. Masalahnya aku enggak ngerti kenapa aku jadi begini. Aku kehilangan banyak waktu dan ingatanku tentang kamu," cerita Sean.
"Alasan murahan, gue gak mau denger. Permisi!" jawab Betty berlalu.
Setelahnya Betty benar-benar penasaran dengan Sean. Ia lalu mencoba mencari tahu tentang Sean. Ia juga mencoba berbicara baik-baik dengan Sean. Sean memang bukan Dilan. Tapi Sean memiliki pesona luar biasa dibanding Dilan, ia lebih sopan, santun dan berkelas.
Betty mencoba untuk menerima keadaan Dilan yang berubah menjadi pria santun berkelas bernama Sean. Sean banyak bercerita tentang keanehannya dan orang-orang yang ia kenal memanggilnya Dilan. Sean juga mengatakan kalau ini lah dia yang sebenarnya. Betty tak mempedulikannya yang jelas jika ia mencintai Dilan ia juga pasti akan mencintai Sean.
Waktu berjalan akhirnya Betty mengenal Sean lebih baik. Banyak orang di sekitarnya yang mencomooh dan menganggap Sean aneh, psycho dan sinting karena kerap berganti-ganti kepribadian. Sementara Betty selalu mencoba untuk tetap ada saat Dilan muncul sebentar atau Sean. Betty juga ingin menyayangi Sean seperti layaknya Dilan. Karena pada dasarnya mereka adalah satu kesatuan dan harus diperlakukan sama baik itu dalam cinta.
"Semua orang menganggapku aneh, semua orang menganggapku psycho tapi kenapa kamu masih mau di dekatku?" tanya Sean saat mereka duduk berdua di taman.
"Itu karena aku sayang sama kamu kak," jawab Betty. Mereka berdua saling bertatapan. Tatapan Betty menunjukkan keseriusan akan kata-katanya. Jelas kalau dia mencintai Dilan apa adanya dan bahkan jika Dilan kini adalah Sean. "Kak Sean, izinkan aku mencintaimu seperti aku mencintai Dilan," tanya Betty.
"Betty, aku enggak yakin bisa. Tapi aku bisa anggap kamu sahabat, ya," jawab Sean seraya menatap Betty.
Mendengar jawaban Sean Betty merasa cukuplah ini yang terakhir kalinya menyatakan cinta. Anggapan sahabat adalah anggapan yang sangat buruk disaat seorang wanita ingin dianggap kekasih. Betty menganggap ini adalah akhir kisah cinta pertamanya.
Setelahnya ia benar-benar menjauh dari Dilan atau Sean. Ia tak lagi menemui Sean dan Dilan juga sepertinya tidak muncul dalam waktu yang cukup lama.
Saat ini tiga tahun setelah tak bertemu Sean, tepat beberapa hari yang lalu Sean muncul dan menyesal atas perkataannya menganggapnya sahabat. Semua sudah terlambat, ia tak ingin merusak hubungan Sean dengan Ima. Lalu kini Dilan muncul dan merusak segalanya, Dilan bahkan membuat Ima marah dan memutuskan perjodohan.
Betty mendesah, satu orang yang cukup membuat orang lain resah. Dengan gampangnya dua kepribadian itu mematahkan hati 2 wanita. Jika Sean mematahkan hatinya kini Dilan justru mematahkan hati Ima.
***
Malamnya Betty memberanikan dirinya masuk kamar Dilan. Ia mendapati pria itu sibuk bermain ponselnya sepertinya ia sedang bermain game menjelang tidur. Dilan yang sejak dulu ia kenal memang seperti remaja pria kebanyakan. Bermain game, cekcok dengan kakaknya, menggodanya dengan rayuan gombal dan ingin selalu diperhatikan. Usia Dilan seperti tak bertambah saja, ia masih seperti dulu dengan tampilan yang dewasa. Terlihat kumisnya yang semakin menebal dan otot tubuhnya yang semakin terbentuk.
"Dilan!" panggil Betty.
Dilan menoleh dan melanjutkan bermain ponselnya. Dilan sepertinya merajuk. Wajahnya cemberut dan mulutnya komat-kamit. Ia tampak kesal.
"Lo ngapain di sini? Lo mau bobok bareng gue?" gerutunya tanpa melepas pandangannya dari ponselnya.
"Iya, boleh?" tanya Betty.
"Ngapain lo nggak bobok sama Soni aja? Lo tadi meluk-meluk Soni," jawabnya masih dengan wajah merajuk.
"Maaf, gue nggak sengaja," jawab Betty.
"Lo sengaja, lo bilang dia baik kan? Terus lo meluk dia depan gue. Gue ngerti kok, cewek-cewek emang suka cowok kaya. Soni kan kaya, dia itu ATM berjalan," gerutu Dilan.
"Dilan gue mau nidurin lo, lupakan Soni!" sanggah Betty.
"Bener? Kalau gitu buka baju lo," jawabnya dengan wajah jahil.
"Bukan tidur itu, tapi bacaain lo dongeng," sambung Betty.
"Gue bukan anak-anak, kata Soni gue setahun lebih muda dari dia," jawabnya.
"Oke lah Dilan, sekarang lo tidur dulu. Gue mau nyampein sesuatu yang penting buat lo camkan."
"Apa?" tanya Dilan.
"Lo baring dulu, dan lo harus janji sama gue lo harus ikuti kata-kata gue. Ini semua demi kebaikan lo sama Sean," kata Betty sambil menyelimuti Dilan.
"Apa Betty, lo pengen pulang ya?" tanyanya.
"Hmm, tapi lo harus inget Dilan kalau lo bangun pagi dan melihat seorang wanita entah gue entah wanita lain. Tolong terima dia ya, gue yakin dia adalah cinta sejati lo. Dia adalah orang yang menerima keadaan lo apa adanya. Sean enggak pernah salah mengambil keputusan," kata Betty yang duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Dilan.
"Betty kenapa bukan lo yang ada ketika ketika gue bangun?" tanya Dilan dengan suara melambat.
Beti menggelengkan kepalanya air matanya menetes. Betty sangat yakin jika Dilan muncul lagi sebisa mungkin Ima lah yang ia temui bukan dirinya. Ia merasa tak pantas. "Gue bilang bisa jadi gue, bisa jadi wanita lain. Kalau kita ketemu lagi, gue adalah teman lo gue cuma cinta pertama lo, cinta sejati lo bukan gue."
"Betty jangan nangis, gue sayang sama lo," jawab Dilan.
"Gue juga Dilan, sekarang tidurlah dan kembalilah ke tempat asal lo, tempat di mana lo nyaman dan enggak kembali lagi ke sini. Tempat di mana keberadaan lo yang semestinya,"
"Di mana tempat itu Betty, beri tahu gue."
"Gue enggak tahu Dilan. Kita ketemu lagi di tempat lain tempat yang lebih indah. Tempat yang dijanjikan yang maha kuasa, di sana gue bakalan nyari lo, selama sisa hidup gue, gue enggak akan lupain lo," kata Betty terisak.
"Betty, lo pengen gue enggak muncul lagi?"
"Bukan begitu, kemunculan lo adalah suatu hal yang spesial. Tapi... Gue enggak ingin kemunculan lo menggangu kehidupan Sean."
"Betty gue sayang sama lo," kata Dilan lirih.
"Hm... Sekarang lo tidur dulu, dan ingat pesan gue tadi. Siapapun wanita yang lo temui saat bangun pagi dialah cinta sejati lo. Janji?"
"Ya deh gue, janji" jawab Dilan.
Setelahnya Betty mengecup lembut kening Dilan. Dilan merasa nyaman selama beberapa hari ada Betty di rumahnya. Dilan pun tertidur karena dia memang mengantuk sejak bermain game tadi.
"Gue yakin, nantinya Ima bakalan lebih bikin lo nyaman dibandingkan gue. Maaf Dilan, di hati gue sepertinya udah menemukan orang lain dan itu bukan Sean," lirih Betty. Setelahnya ia mematikan lampu kamar Sean dan menutup pintu kamar Sean. Ia berdo'a semoga esok hari Sean muncul dan memperbaiki keadaan yang sangat kacau ini.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top