20. Habis Manis Sepah Dibuang
Ini hati, bukan gabus yang bisa kamu remas sesuka hati tanpa pertimbangan. Darimu aku sadar kalau semakin kamu sakiti semakin aku rasakan betapa beratnya perjuangan mendapatkan cinta. (Naima)
***
Dilan mengajak Ima jalan-jalan sore di taman kota. Sebelumnya Dilan mengatakan kalau dirinya ingin makan gulali kapas sebelum makan sate padang. Mereka pun berkeliling taman kota dan akhirnya bertemu penjual gulali dan membelinya. Setelahnya mereka duduk di taman kota, lokasinya tak jauh dari pasar Kebon. Ima tertawa pelan, ia lupa kapan terakhir makan gulali, ia hanya ingat kalau ia makan gulali di depan rumah dan itu bersama Soni bukan Sean.
Dilan sukses membuat dirinya seperti kembali ke masa remaja. Jalan-jalan sore dan makan gulali. Dilan memang sedikit hangat dibanding Sean. Jika sebelumnya makan di restoran Padang itu baginya romantis, ternyata makan gulali sambil bercerita dengan Dilan jauh lebih romantis. Memang romantis itu sebenarnya bisa dengan hal-hal yang sederhana.
Setelah makan gulali Dilan membawa Ima ke warung sate 'Ajo.' Sebelumnya Dilan memang langganan makan sate Padang di sini. Warung sate yang dimaksud Dilan adalah warung sate biasa aja, tidak terkesan mewah. Warung sate ini cukup besar dan banyak di datangi pengunjung. Jumlahnya pengunjung menunjukkan pada kemungkinan rasa sate yang cukup nikmat.
Ima teringat dengan Sean yang kala itu mengajaknya makan siang di restoran Padang, kini Dilan mengajaknya makan sate Padang. Tampaknya baik Sean ataupun Dilan menyukai makanan yang ada hubungannya dengan Sumatera Barat yang ibu kotanya adalah Padang.
"Ayo makan," kata Dilan setelah pelayan mengantarkan pesanan mereka. Dilan tidak tanggung- tanggung ia memesan empat piring sate. Tiap piring sate berisi 10 tusuk daging sate.
"Kenapa lo pesen empat porsi?" tanya Ima heran.
"Satu buat lo, tiga lagi buat gue, gue laper," jawabnya. Setelahnya ia memakan daging sate dari tusukannya.
"Lo kecil tapi makan lo banyak," komentar Ima.
"Ini masih kurang, gue malu makan 5 porsi di depan lo," jawab Dilan sekenanya.
Ima memperhatikan Dilan kembali. Pria itu lahap memakan satenya. Pemandangan tidak sedap karena Ima yang duduk berhadapan dengan Dilan melihat Dilan menaikkan kakinya ke atas kursi. Lutut Dilan bahkan lebih tinggi dari pada meja makan warung sate.
"Lo suka banget lihatin gue? Lo itu naksirnya sama Sean apa gue sih?" protesnya setelah diperhatikan Ima. Ima yang duduknya berhadapan dengan Dilan memang sedari tadi memperhatikannya. Ima menilai Sean dan Dilan kepribadiannya sangat bertolak belakang.
"Gue sukanya sama... Lo!" kata Ima pelan.
"Bercanda lo!" katanya dengan tawa cengengesan dan menunjuk ima dengan tusukan daging sate.
***
Asap mengepul menyelimuti warung sate. Aroma asap panggangan bercampur dengan asap seolah tak menggangu hidung. Semakin banyak pengunjung semakin banyak asap yang diciptakan dari panggangan sate. Asap itu juga bercampur dengan asap rokok yang dihembuskan oleh beberapa pria. Cukup sesak tapi masih bisa bernapas karena warung sate berada di bangunan ruko yang pintunya cukup lebar.
Ima memperhatikan Dilan yang menghabiskan piring ketiga. Pria itu benar-benar lapar hingga menghabiskan 30 tusuk sate dan 3 piring ketupat. Setelah menghabiskan satenya ia menyambar tes es dan menghabiskannya. Setelahnya ia meminta izin pada Ima untuk merokok, tapi tak diizinkan Ima. Yang benar saja sudah banyak asap di sini masa dia mau menambah lagi.
Akhirnya pria itu menyompan rokok dan pemantik ke kantong jasnya dengan mengerucutkan bibirnya. Karena kegiatannya tak ada ia mengamati sekeliling warung sate. Tiba-tiba perhatiannya terhenti pada objek. Objek itu adalah seorang gadis yang tengah duduk sendiri. Mata Dilan tak berkedip sedikitpun, ia mengamati gadis itu dengan tatapan panjang tanpa mendengar Ima yang memanggilnya.
Gadis yang tengah diperhatikan Dilan sepertinya sedang menunggu pesanan. Sementara Ima juga ikut melihat ke objek yang dilihat oleh Dilan. Gadis yang diperhatikan Dilan terlihat sangat cantik dengan mata yang membulat sempurna. Rambutnya panjang tergerai dan dari kejauhan juga terlihat gadis itu berusia pertengahann 20-an tentu saja lebih muda dari dirinya.
"Betty!!!!!!!!" panggil Dilan pada gadis itu. Gadis menoleh dan menatap Dilan cukup lama. Ia seperti memindai Dilan dari ujung rambut hingga ujung kaki. Setelahnya ia sadar dan matanya makin membesar.
"Sini!" panggil Dilan.
Betty mengikuti ajakan Dilan, Ia pun membawa piring sate yang baru saja diantar pelayan menuju Dilan dengan langkah yang terlihat terpaksa karena mungkin melihat Dilan bersama Ima.
"Kak Sean?" kata Betty ragu-ragu setelah berdiri di dekat meja Dilan dan Ima.
"Daebak! Dia kenal Sean!" gerutu Ima di dalam hati. Ia sangat cemburu jika gadis cantik ini juga menyukai Sean. Jelas lampu merah baginya, sebab gadis ini tampak lebih muda dari dirinya. Dengan visual cantik seperti gadis itu bisa saja gadis ini akan merebut sean dari dirinya. Bisa saja Sean direbut wanita lain. Status Sean adalah masih calon tunangan, sedangkan status suami saja masih bisa dicuri gadis lain.
"Sean gimana sih! Ini gue Dilan, Pacar lo!" ralat Dilan dengan wajah berbinar-binar. Wajah Dilan berubah seolah bercahaya setelah melihat gadis cantik ini. Matanya berbinar-binar dan senyumnya sangat indah. Dilan seperti menemukan berlian di dalam gua.
Ima terdiam ternyata benar Dilan punya pacar, namanya adalah Betty. Apa Sean mengenal Betty?
"Dilan, lo muncul lagi?" tanya Betty ragu-ragu. Betty mengubah cara bicaranya. Wanita itu seperti akrab dengan Sean dan Dilan. Tadi dia berkata sangat sopan ketika tau yang dihadapannya adalah Dilan ia langsung bersikap lebih santai.
"Iya gue kangen banget sama lo!" kata Dilan tanpa rasa segan di hadapan Ima. Ia seperti tak menganggap Ima ada.
"Kakak ini siapa Dilan?" tanya Betty. Betty melihat Ima yang menatap dirinya seperti keberatan akan kehadirannya.
"Gue tu..." jawab Ima terpotong Dilan.
"Tunangannya Soni," ralat Dilan. Dilan seolah tak ingin Betty cemburu.
"Brengsek! Sialan dia bilang gue tunangan Soni," rutuk Ima dalam hati.
Setelah Ima dan Betty salaman, Dilan meminta Betty duduk di sebelahnya. Pria itu seperti tak mempedulikan perasaan Ima yang sangat sakit karena ada wanita lain di samping Dilan. Ima hanya tertunduk sementara Dilan sedang asik mengobrol dengan Betty.
"Dilan, gue tahu kalau kakak ini tunangan Kak Sean bukan tunangannya Kak Soni. Berarti kakak ini tunangan lo! Lo sama kak Sean adalah orang yang sama," kata Betty. Betty mencoba menasehati Dilan yang sejak tadi merayunya.
Ima terperanjat, Betty ternyata juga tahu kalau Sean memiliki gangguan identitas. Sepertinya Betty dekat dengan Dilan ataupun Sean. Atau jangan-jangan wanita muda ini kekasih Dilan dan Sean. Hati Ima semakin sakit dengan pikiran-pikiran negatifnya.
"Enggak Betty enggak. Gue gak mau tunangan sama siapapun! Gue cuma mau lo jadi istri gue nantinya," jawab Dilan tak setuju.
Dengan sabar Betty menjawab perkataan Dilan. "Dilan, kita udah putus. Diantara kita sudah tidak ada hubungan lagi. Kamu bebas menjalin hubungan dengan siapapun."
"Enggak Betty enggak, gue cuma mau lo! Gue cinta sama lo Betty. Gue enggak pernah mutusin lo, itu pasti kerjaannya Sean," kata Dilan.
Betty menghembuskan napasnya kuat. Ia merasa tak enak dengan Ima. Ia tak ingin namanya terseret dan dicap sebagai penyebab rusaknya pertunangan anak seorang calon pemimpin masyarakat. Kalau itu anggapan itu benar berhembus dipastikan seluruh Jakarta Utara akan membenci dirinya.
"Dilan, gue pamit dulu. Gue harus balik cepat gue gak pengen kemalaman nyampe rumah, Kak Ima aku pamit duluan," kata Betty yang berdiri dan bersiap meninggalkan Dilan dan Ima.
Tiba-tiba tangan Dilan memegang tangan Betty. Betty pun menoleh dan menatap Dilan heran. "Gue anterin lo pulang."
"Enggak usah Dilan gue bisa naik ojek," jawab Betty mencoba melepas tangan Dilan.
"Pokoknya gue anterin lo pulang," kata Dilan tajam.
"Lo dateng bareng Kak Ima, jadi lo juga seharusnya pulang bareng Kak Ima, biar gue yang naik ojek," kata Betty.
"Biar tetangga yang naik ojek, gue mau goncengin lo pulang!" kata Dilan dengan intonasi terkesan memaksa.
Dilan tak punya perasaan baru saja ia mengatakan sebuah kata yang artinya ia menyuruh Ima pulang sendirian naik ojek. Sementara Ima merasa lehernya seperti tercekik mendengar Dilan mengatakan kalau dirinya bisa naik ojek. Habis manis sepah dibuang, kata itu sangat tepat ditujukan untuk Dilan. Setelah dilambung tinggi kini dihempaskan, kata itu juga tepat untuk dirinya.
"Dilan, jangan gitu. Lo bisa ketemu gue lain waktu. Sekarang lo pulang anterin Kak Ima ya," pinta Betty dengan suara yang terdengar lembut.
"Eng..." kata Dilan.
"Enggak usah repot-repot. Gue bisa pulang sendiri naik taksi," potong Ima dengan suara yang sedikit parau menahan tangis.
"Tuh kan, tetangga bisa pulang sendiri," kata Dilan.
Tanpa pamit Ima meninggalkan Dilan dan Betty. Ia berlari sambil mengusap air matanya dengan tisu. Ia tak ingin menangis di depan Dilan atau Betty. Ia merasa sakit ketika Dilan mengatakan kalau dirinya cinta pada Betty. Sakit sekali, walau yang menyampaikan cinta itu bukan Sean. Lebih baik ia pergi daripada harus mendengar kata-kata romantis yang diucapkan Dilan pada Betty.
Ini hati Dilan, bukan busa yang seenaknya bisa kamu remas sesukamu. Tadi kita bersenang-senang kini kamu mencampakkan ku demi gadis itu. Tega kamu Dilan, Tega...
Kumenangis.....
Membayangkan betapa kejamnya dirimu atas diriku
Kau duakan cinta ini....
Kau pergi bersamanya....
Lagu yang dinyanyikan oleh diva pop Indonesia itu terngiang ditelinganya. Lagu yang tepat untuk dirinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top