18. Sarimin

Kamu kerap muncul tiba-tiba, seperti debaran hati yang muncul tiba-tiba bersamaan dengan hadirmu. Kamu, debaran hati dan cinta adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Lebih baik aku mengaku, kalau aku memang takluk olehmu. (Naima)

***

Dua hari berlalu, Dilan tampaknya mulai merasa bosan menjadi Sean. Pria itu bosan harus hidup monoton. Dua hari ini ia berangkat kerja, rapat, basa-basi dengan investor, main soltaire, merokok dan hal baru yang ia lakukan adalah bermain PUBG di ponselnya. Menjalani kehidupan menjadi Sean menurutnya melelahkan, ia ingin menyegarkan pikirannya sejenak.

Setrelah berpikir sejenak tiba-tiba ia mengingat jadwalnya bertemu psikiater. Kini saatnya ia berterus terang pada psikiater kalau dirinya bosan menjadi Sean, karena kehidupan Sean yang sangat monoton. Tidak ada clubbing, tidak ada karaoke, tidak ada ciwi-ciwi dan tidak ada acara makan sate kesukaannya.

"Ok, gue makan sate dulu!" desisnya setelah berpikir beberapa saat.

"Eh, kalau makan sate sendirian kan gak asik? Atau gue ajak aja si Soni? Ah, dia pasti enggak mau, dia itu kan norak banget, masih muda tapi otaknya kayak bapak-bapak mikirin kerjaan." Setelah berpikir ianteringat dengan Ima. "Nah, bagus gue inget. Gue ajak aja tetangga, pasti dia mau. Dia kan naksir banget sama gue!" Dilan berkata dalam hati.

Dilan kembali berpikir rasanya tidak enak kalau jalan-jalan ditemani sopir. Apalagi naik taksi sangat tidak bebas dan tidak gaya. Tiba-tiba terbesit keinginannya untuk meminta Soni membelikannya motor. Dalam pikirannya Soni sangat kaya raya dan rasanya sanggup jika hanya membelikannya sebuah motor. Segera Dilan menelpon Soni tanpa memikirkan kalau saudaranya itu kini sedang melaksanakan rapat dengan dewan direksi.

"Apa lagi Sarimin! Gue lagi rapat!" desis Soni di balik telepon. Soni mengangkat telepon setelah mengabaikan telepon Dilan sebanyak tiga kali.

"Sarimin! Lo kira gue topeng monyet!" protes Dilan.

"Ya udah apa nyet buruan!" kata Soni yang akhirnya menyebut monyet. Ia sangat kesal karena Dilan menghentikan rapat yang ia pimpin.

"Son, belikan gue motor! Gue ogah numpang sama lo terus," kata Dilan tanpa segan-segan.

"Nanti, gue belikan! Gue rapat dulu!" jawab Soni setengah berbisik.

"Gue mau yang modelnya trail!"

"Udah maksa, request lagi," geram Soni di balik telepon.

"Belikan buruan, gue pengen jalan-jalan! Bosen tau nggak," kata Dilan sedikit memaksa. Dilan meminta dibelikan motor seperti meminta dibelikan permen. Ia tak sadar kalau harga motor itu mahal.

"Lo tunggu aja di situ. Ntar diantar sales-nya," kata Soni dengan suara yang agak berbisik. Sepertinya Soni tak ingin peserta rapat mendengarkan dialognya dengan Dilan.

"Sekalian helm sama jaket kulit," sambung Dilan.

"Son! Son!"

Koneksi terputus. Soni memutus telepon tiba-tiba.

Sejam kemudian, sales motor datang ke ruangan Sean. Mereka berempat sangat senang karena barang dagangannya dibeli oleh Soni dalam hitungan detik. Soni tak berlama-lama, ia mentransfer uang sebanyak 37 juta kes ke rekening showroom motor.

Motor itu kini diantar oleh salesnya dan segera Dilan menerima kuncinya. Setelahnya Dilan mengucapkan terima kasih pada Sales dan menerima brosur motor untuk penawaran motor lainnya. Siapa tahu Dilan mau membeli motor lagi karena bosan dengan KLX yang baru saja ia beli.

"Kami juga memberikan bonus jaket kulit dan helm, semoga suka ya!" kata sales klimis berwajah kinclong yang mengedipkan matanya.

"Anjim, gue dikedipin cowok! Dasar brengsek!" batin Dilan sambil menerima kotak berisi jaket dan helm. Sertelahnya para sales pamit dan meninggalkannya. Sales klimis yang mengedipinya kini melambaikan tangannya tapi tak dibalas Dilan. "Lama-lama gue cekik juga ni orang!" bisiknya.

Dilan teramat puas dengan motor trail pemberian Soni. "Soni emang ATM berjalan! Besok gue minta apa lagi ya?" kata Dilan dengan senyum smirk. Ia puas, motor itu kini terparkir manis di basement kantor.

Setelahnya Dilan ke basement mengecek motor trail berwarna hitam yang baru dibelikan Soni. Motor yang sangat keren, sesuai dengan karakternya yang keras dan menyukai tantangan.

"Ah iya, gue ke kantor tetangga dulu. Gue ajak dia makan sate aja kali?" pikirnya. Tak perlu berlama-lama Dilan menelepon Chandra kakaknya Ima untuk mengetahui keberadaan adiknya. Ia ingin sekedar ngobrol dengan Ima karena beberapa hari ini ia tidak bertemu Ima. Terakhir ia bertemu Ima adalah di rumah sakit Jiwa saat ia bangun dari tidurnya.

***

Ima menyibukkan dirinya dalam pekerjaannya sebagai pengusaha restoran dan cafe. Ia sengaja menyibukkan dirinya sekedar mengurangi rasa sedihnya karena pertunangan dibatalkan oleh pria yang bernama Dilan. Atau lebih tepatnya alter ego Sean.

Setiap hari Ima bergerak dari cabang ke cabang usaha yang ia geluti. Ia tampak serius dalam bekerja hingga ia hampir melupakan pria yang bernama Dilan. Ya benar bukan Sean tapi Dilan, terakhir ia bertemu pria urakan itu saat di rumah sakit jiwa.

Sedikit rindu, tentu saja. Walau bukan Sean tapi jelas-jelas kalau Dilan itu dengan Sean adalah orang yang sama dengan beda kepribadian. Membingungkan memang tapi itulah yang terjadi saat ini.

"Ngapain lo di sini?" Kata Ima yang terkejut setelah membuka pintu ruangannya dan mendapati Dilan yang sedang memainkan ponselnya dan duduk manis di sofa kantor Ima.

"Nyariin lo!" jawab Dilan santai setelah menyimpan ponselnya ke dalam saku.

"Gimana lo bisa masuk di sini?" tanya Ima mengintrogasi.

"Ya lewat pintu lah!" jawab Dilan sekenanya.

"Iya gue tau lewat pintu, tapi kenapa lo langsung masuk ruangan gue? Seharusnya lo nunggu di ruang tunggu!" protes Ima sambil berdecak pinggang.

"Kan gue tunangan lo! Kata satpam gitu! Ya gue iyain aja!" jawab Dilan santai. Pria itu memang terkesan santai seperti tak ada beban saja.

"Kan emang gue tunangan lo!" semprot Ima dengan senyuman sinis.

"Gue gak mau!" tolaknya.

"Sekarang mau lo apa?" tantang Ima.

"Gue mau ngajakin lo makan sate Padang!" tukas Dilan.

"Kenapa lo musti ngajakin gue?" Ima masih mencoba menantang kata-kata Dilan. Siapa tahu Dilan menyebutkan kata kangen, rindu atau pengen ketemu.

"Jawabannya sederhana! Karena gue gak punya temen!" tantang Dilan berdecak pinggang dengan tatapan antagonis. Pria ini kadang memang terlihat menyebalkan. Matanya agak menyipit karena ia mencoba menantang pertanyaan Ima.

"Brengsek!" rutuk Ima dalam hati

Di rumah sakit Dilan sudah menyuruh-nyuruhnya layaknya pembantu. Sekarang pria itu meminta untuk ditemani makan sate Padang. Benar-benar pria yang suka semaunya. Kemarin butuh pembantu, ia kini butuh teman, dasar alien.

"Dasar tak punya perasaan," umpat Ima dalam hati.

"Tetangga, ayok temenin gue makan sate!" tagihnya.

"Enggak! Gue sibuk!" tolak Ima.

"Katanya lo tunangan gue!"

"Hah, baru sekarang lo akui gue tunangan lo," kata Ima menahan Senyum.

"Kan lo yang bilang kemaren, bukan gue," jawab Dilan.

"Gak gue sibuk," kata Ima tajam. Ima sedikit kesal karena Dilan tidak mengakui dirinya sebagai tunangannya.

"Oh, lo nggak mau! I see. Gue bakalan gendong lo!" kata Dilan tak mau kalah.

"Aaaaaaa...," pekik Ima setelah dibopong Dilan.

Dilan mempercepat langkahnya sambil menggendong Ima. Gadis itu sukses dibuat jantungan seketika. Ia berharap yang menggendongnya adalah Sean, tapi tak masalah jika yang melakukannya Dilan. Mereka adalah orang yang sama. Hidung Ima mencium wangi tubuh Sean, ya sepertinya Dilan memakai parfum Sean yang aromanya dihapal oleh Ima.

"Dilan!!! Turunin gue!" kata Ima pura-pura ingin turun, padahal ia menikmati rasanya di gendong pujaan hatinya.

Dilan tak menjawab, pria itu tetap bersikeras menggendong Ima ala film superhero yang sedang menggendong wanitanya. Sementara puluhan pasang mata karyawan Ima menatap mereka dengan berbisik-bisik dan tersenyum mereka mengira kalau tunangan bosnya sangat romantis. Padahal yang sebenarnya, Dilan bukan romantis lebih tepatnya memaksa Ima tanpa rasa segan sedikitpun.

Dilan membopong Ima sampai parkiran restoran milik Ima. Dilan menurunkan Ima tepat di dekat motor barunya. Napasnya tersenggal-senggal, ia langsung menaiki motornya trailnya dan membonceng Ima. Mulanya Ima tampak ragu dengan motor tinggi itu tapi melihat Dilan yang tampak keren menaikinya ia tidak ragu lagi menaiki motor baru Dilan. Kapan lagi naik motor bareng pujaan hati. Lalu Ima mengambil kesempatan memeluk punggung Dilan.

"Sungguh romantis," lirih Ima.

alter ego : kepribadian lain yang menggantikan kepribadian asli. Gangguan mental kepribadian ganda memiliki kepribadian asli dan kepribadian pengganti yang nama lainnya adalah alter ego. Alter ego mendadak muncul dan tidak mengingat apa yang pernah dilakukan kepribadian asli. Kepribadian asli juga tidak bisa mengingat apa yang telah dilakukan alter ego.









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top