Part 7

Hadiah hari minggu, aku update 2 part yaa
warning! typo bertebaran

happy reading :)
jangan lupa vottenya yaa

********

Lili POV

Kami sampai dirumahku. Aku menyuruh Al masuk karna aku ingin memperkenalkannya pada daddy. Aku sudah memutuskan untuk memperkenalkan daddy pada sahabat-sahabatku. Jika memang mereka tulus bersahabat denganku maka mereka akan menerima keadaan daddy ku.

"Asalamualaikum" aku masuk kerumah, bi Novi keluar dari arah dapur ia tersenyum padaku.

"Waalaikumsalah non Lili, non bawa temen ya? Aden mau minum apa?"

"Enggak usah bi, saya cuma mau nengok daddynya Lil"ucap Al ramah.

"Yasudah bi aku mau kekamar daddy ya, Oma masih disini atau sudah pulang?"

"Sudah pulang non barusan aja"

"Oh yaudah kita keatas ya" Kami naik kelantai dua menuju kamar daddy. Aku membuka pintu kamarnya dad sedang duduk dikasurnya bersandar dengan bantal dipunggungnya.

"Lil lo yakin dad lo lagi sakit, dia keliatan sehat" aku tak menanggapi ucapan Al.

"Hay dad, kau sedang apa?" dad tersenyum kearahku yah setelah kejadian nenek datang kemari itu daddy memang jadi sering tersenyum kearahku.

"Sedang memikirkan Malika, dia istriku apa kau mengenalnya?"

"Tentu saja aku mengenalnya"

"Benarkah? dimana dia? aku rindu padanya"

"Ia sedang beristirahat di tempat yang Indah daddy"

"Dimana itu? aku ingin ikut dengannya"

"Tidak boleh, kau harus tetap disini dad" Bagaimana mungkin aku mengizinkan daddy menyusul mom.

"Aku tidak ingin disini, aku ingin ketempat Malika"

"Apa kau tega meninggalkan aku? bukankah kita teman?" Aku berusa membuat daddy tidak merajuk bertemu dengan mom lagi. Daddy menganggap aku temannya sejak aku melindunginya dari nenek.

"Oh lagi pula lihat wajahku, bukankah aku mirip dengan istrimu dad?"

"Iya kau memang mirip dengan Malika, tapi kau bukan Malika" daddy terlihat sedih.

"Hay om aku Al sahabatnya Lili" Al mengajak dad bicara semoga dad tidak ketakutan.

"Apa kau orang baik seperti Lili?"

"Haha iya dong om aku orang yang baik, om jangan takut sama Al" Al mengulurkan tangannya pada daddy, dad membalas uluran tangannya.

"Om kapan-kapan mau enggak jalan sama Al? kita ketaman gitu Om, udara ditamankan seger banget Om" daddy mengagguk antusias.

Dad memang mau diajak bicara tapi menurut medis perkembangan daddy ini buruk. Kejiwaannya semakin terganggu jika dulu saat dia hanya diam kejiwaannya sedikit terguncang karna trauma maka dengan kondisinya sekarang dokter mengatakan kejiwaannya tambah terguncang. Meskipun sudah mau bicara tapi kadang dad akan berteriak histeris, padahal sebelum nenek datang dad histeris hanya jika mendengar nama mommy dan melihat orang baru yang menurutnya jahat. Hah terima kasih untukmu nenek kau telah membuat anak kandungmu sendiri jadi seperti ini.

Aku menyelimuti dad dan menyuruhnya tidur, lalu aku dan Al keluar dari kamar daddy. Aku sudah menerima jika ia tidak ingin berteman denganku lagi asal ia tak mengatakan dad ku gila.

Al memelukku lama aku hanya diam karna kaget. Ia mengelus rambutku itu membuatku tenang dan akupun membalas pelukannya.

"Mulai sekarang lo jangan nutupin apapun dari gue dan yang lain, kita sahabat kan?" ia menangkap wajahku. Aku tersenyum dan mengangguk kami bertatapan lama, ia mendekatkan wajahnya padaku hidung kami bertemu dan akupun memejamkan mata aku merasakan bibirnya telah ada dibibirku ciuman itu lembut dan manis. Kakiku lemas jantungku dan berdetak lebih cepat.

"Ekkhmm, maaf mengganggu kalian" kami langsung menjauhkan diri. Aku dan Al gugup kamipun salah tingkah.

"Kak Bian kapan datang? aku tak mendengar suara mobilmu"

"Jelas saja kau tak mendengarnya, kaukan sedang sibuk dengan aktivitas mu" kak Bian meledekku Oh aku malu sekali ini semua karna Al. Hey itu ciuman pertamaku kurang ajar sekali ia mengambilnya lihat saja nanti.

"Itu tak seperti yang kakak pikirkan"

"Haha memang apa yang aku pikirkan Lil?"

"Kakak sudahlah jangan meledekku terus, Ayo Al kuantar kedepan"

"Pulang dulu kak" Al berpamitan pada kak Bian.

"Kau mencuri ciuman pertamaku Al" ucapku saat sampai di depan mobil Al. Ia terlihat gugup mendengar ucapanku.

"Ma.. Maaf Lil mungkin tadi gue terbawa suasana aja, suer deh gak ada niat apa-apa" ia mengangkat dua jarinya. Aku hanya menghela nafas dan mengangguk.

"Yaudah gue balik yaa lo cepet tidur. Besok kita semua bakal main kerumah lo, gue yakin kok semua pasti nerima daddy lo.Lagian dad lo enggak kenapa-kenapa, dad lo cuma depresi bukan gila atau psikopat jadi enggak perlu ditakutin"

Aku tersenyum mendengar ucapan Al "Iya Al yasudah hati-hati dijalan" Al masuk kemobilnya dan mobilnya melaju pulang.

"Pacarmu sudah pulang?"ucap kak Bian saat melihatku masuk kedalah rumah.

"Dia bukan pacarku kak, kami hanya terbawa suasana" aku langsung kekamar dan mengompres kaki ku. Karna hukuman berdiri yang lama kakiku jadi sediki bengkak.

Besok adalah hari minggu dan teman-temanku akan datang, semoga mereka tidak seperti teman-temanku yang dulu.

Pagi ini dad sarapan si meja makan aku mengajaknya keluar kamar. Oma dan Opa sudah datang tadi jam 6 pagi, kak Bian juga semalam menginap. Aku menyuapi daddy hari ini wajah dad tampak lebih cerah entah ia kenapa. Terdengar suara bel pintu dan bi Novi langsung membukakan pintu.

Ternyata yang datang adalah papa, mama dan kak Rio. Setiap weekend kami memang berkumpul dirumah ini, sayang ayah, bunda dan sikembar tidak bisa ikut karna mereka masih tinggal di Aussie.

"Kak apa kabar?" Papa memeluk daddy dan mencium pipinya.

"Baik" ucap dad. Aku melanjutkan menyuapi dad sesekali dad merajuk tidak ingin makan sayur dan ia langsung diomeli oleh Oma.

Siang ini kami sedang berkumpul di ruang keluarga, tapi mama dan kak Rio tidak ikut mama sedang tidur siang dikamar tamu dan kak Rio seperti biasa ia sedang kumpul dengan temannya. Dad tertidur dipaha Oma memang dad sangat manja pada Oma dari dulu sampai sekarang. Akupun tidur dipaha Opa ia sedang mengelus-elus rambutku.

"Opa, minggu depan pembagian rapot. Siapa yang akan mengambil rapot Lil?"

"Opa saja yang mengambilnya, papamu minggu besok harus ke Eropa"Opa mencium keningku. Opa adalah sosok yang sangat hangat dikeluarga.

"Baiklah Opa, oh iya nanti teman-teman Lil akan datang untuk menjenguk dad opa"

"Benarkah? bagus kalau begitu"

"Pacarmu yang semalam ikut datang juga Lil?" kak Bian memotong pembicaraanku dengan Opa. Aku terduduk mendengar ucapan kak Bian.

"Dia bukan pacarku kak, sudah kubilang kan"

"Tapi kau semalam" Aku langsung loncat kearahnya dan menimpanya lalu membekap mulut bawelnya itu. Aku tau dia akan bicara apa.

"Mmmm mmm mmm" Haha rasakan itu kak Bian. Aku melepas bekapanku dia terlihat mengambil nafas banyak-banyak. Oma dan Opa tertawa melihat tingkahku.

"Astaga aku hampir kehabisan nafas, Lil berdirilah tubuhmu berat" Oh ya aku masih menimpanya.

"Enak saja, badanku kecil kak" kak Bian mencibir mendengar ucapanku.

"Kalian ini seperti anak keci, sudah sini Lil sama papa" papa menarik tanganku.

"Pa kak Bian meledekku terus" aku mulai mengadu pada papa.

"Ledek balik saja sayang, kau tau tidak tentang Sasya? sekertaris kakakmu itu"

"Ya pa aku tau, memangnya kenapa?"

"Kakakmu berpacaran dengannya" Aku membulatkan mataku.

"Papa serius? Yaampun kenapa kak Sasya mau dengan lelaki dingin seperti kakak"aku langsung terkena lemparan bantal dari kak Bian.

"Jangan dengarkan papa, Sasya hanya sekretarisku. Prioritasku sekarang adalah kau daddy dan karirku"

"Kenapa begitu? kakak juga harus memikirkan kebahagiaan kakak" kan Bian menghampiruku dan mengacak rambutku.

"Kau dan daddy adalah sumber kebahagiaan untukku cantik" Ohh betapa manis kakakku ini.

Papa pergi kekamar tamu karna lelah memandangi laptop, katanya ia ingin menyusul mama untuk tidur siang sekaligus bermesraan, aku hanya meggeleng melihat tingkah papa. Kak Bianpun pergi kekamarnya untuk tidur jadi tinggal kami berempat yang ada diruang ini.

Bel pintu berbunyi aku yakin itu adalah teman-temanku. Aku bergegas membuka pintu dan benar saja mereka yang datang. Aku mempersilahkan mereka untuk masuk. Mereka duduk diruang tamu dan aku segera keruang keluarga.

"Opa teman-temanku sudah datang"Opa tersenyum dan menyuruhku untuk mengajak teman-temanku keruangan ini.

"Kalian teman-teman cucuku? Perkenalkan aku Arsen opanya Lili" Opa menyapa mereka.

"Iya Opa kita teman Lil" jawab Alex.

"Alex aku bertanya pada yang lain, kalau kau sih sudah tak perlu diragukan lagi. Kau itukan seperti kembaran Lil sejak dulu tak pernah lepas" Opa membalas gurauan Alex. Alex hanya nyengir kearah opa.

"Hay opa" sapa mereka kompak. Daddy sepertinya terganggu dengan suara berisik mereka, ia menggeliat dan membuka matanya. Saat melihat ada banyak orang yang tak ia kenal dad merasa risih dan memeluk oma.

Aku menghampiri daddy "Dad kenalkan mereka sahabat-sahabat Lil" aku mengelus bahu daddy, ia terlihat mengangkat kepalanya dan menatap sahabat ku satu persatu.

"Hay om, masih inget Al gak? yang semalem ngajak om main ke taman" Al mengajak dad bicara.

Dad menganggukan kepalanya "Iya aku ingat, kau sahabat Lili" aku bersyukur dad bisa tenang dan tak mengamuk.

"Hehe iya om, nah ini sahabat-sahabat Lil juga om. Kita semua nemenin Lil kalau Lil sedang disekolah"

"Hai om aku Abil, om mau temenan sama Abil kan?"

"Aku Ana om, temenan sama Ana juga ya?"

"Kita juga mau temenan sama om dong, aku Sean, ini Rion, dan ini yang mukanya paling jelek namanya Vano" Vano menjitak kepala Sean

Daddy terdiam mendengar celotehan mereka tapi kemudian tertawa karna melihat tingkah Vano dan Sean. Aku tersenyum melihat teman-temanku yang bisa menerima daddy dan aku senang dad sepertinya suka pada mereka.

"Om Lili jadi pacar saya ya? boleh gak?" Vano bertanya pada daddy, aku tau ia bercanda karna ia sudah mempunyai pacar.

"Tidak boleh, kau tak boleh merebut Liliku" daddy memelukku posesif. Oma tertawa melihat tingkah daddy.

"Haha aku bercanda kok om piss om damai"

"Om ganteng banget, pantes Lil cantik orang daddynya aja gantengnya kaya gini" Opa yang mendengar celotehan Ana hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Hey apa kalian suka kue? tadi oma membuat kue yang lumayan banyak" mereka mengangguk antusias dan oma mengajak mereka kedapur opa juga ikut dengan oma. Disini tinggal aku, daddy dan Al entah kenapa ia tak mengikuti oma.

"om udah makan?"

"Sudah, kau tak ikut yang lain?"

"Enggaklah om Al mau main sama om aja, kita ketaman belakang yuk tadi Al lihat dibelakang ada taman dan kolam renang" dad hanyak menganggukan kepala.

"Lili aku ingin duduk disana sendiri" dad menunjuk ayunan berwarna putih.

"Baiklah dad" aku menuntun dad menuju ayunan itu dan meninggalkannya. Aku memilih duduk disamping kolam renang agar aku bisa memantau daddy. Aku mencelupkan sebagian kakiku di air, Al bergabung bersamaku.

"Gue minta maaf buat yang semalem"Al nampak salah tingkah, aku mengerti apa yang ia maksud.

"Sudahlah, lupakan saja. Aku tau kau hanya terbawa suasana begitupun aku"

Al menghembuskan nafas lega "Bagusdeh, gue kira lo marah sama gue" aku tersenyum padanya.

"Al kau lupa, bukankah setiap hari aku selalu marah padamu"

"Lo gak pernah marah sama gue, lo cuma kesel" Al melipat tangannya didepan dada.

"Dasar bodoh, itu sama saja" aku menjitak kepalanya.

"Aduh dasar nenek sihir, sakit tau" Al mengusap-usap kepalanya yang terkena jitakanku.

"Hay kau bilang apa? sembarangan" Aku mencipratinya air karna kesal ia pun membalasku. Baju kami menjadi basah semua.

"Al stop, bajuku sudah basah"Aku menutupi wajahku agar tak terkena air lagi. Al tertawa puas melihatku basah semua.

Al akhirnya berhenti menyiprati ku "Yee siapa tadi yang duluan nyipratin air, liat nih gue juga basah semua" aku hanya cemberut karna kesal padanya.

"Haha jangan cemberut gitu dong, nanti cantiknya ilang" Aku hanya mendengus mendengar gombalan Al.

Tangan Al tiba-tiba melepas cepolan rambutku membuat rambutku yang panjang tergerai. Ia menyelipkan rambutku dibelang telinga, aku hanya bengong melihat tingkahnya.

"Lo lebih cantik kalo rambutnya di gerai. Kenapa sih lo selalu nguncir rambut lo?" Yah aku memang selalu menguncir rambutku jika di sekolah, aku risih jika memggerai rambutku karna pasti akan berantakan jika terkena angin dan lagi pula aku malas membawa sisir.

"Memangnya kenapa? aku nyaman dengan gayaku" Al berdecak kesal.

"Denger yaa Lili Anissa, leher jenjang putih lo itu bikin cowok-cowok natap lo dengan tatapan lapar" aku hanya menaikan alisku bingung.

"Ck lo tuh ya gak sadar diri banget sih, nih yaa gue ngomong jujur. Lo itu cantik Lil banyak cowok disekolah yang ngincer lo, cuma pada minder aja ngeliat lo deket sama kita-kita yang notabennya cowok populer disekolah"

"Benarkah? menurutku wajahku biasa saja" dan aku segera mendapat jitakan dari Al.

"Pokoknya dengerin gue, jangan liatin leher lo lagi karna gue gak mau ngeliat tatapan lapar dari cowok satu sekolah" kenapa Al aneh sekali dua hari ini, apa kepalanya terbentur sesuatu.

Aku meletakkan tanganku pada keningnya. "Tidak panas" gumamku. Ia hanya mendelik kesal kearahku.

Al menepis tanganku yang ada dikeningnya "Kampret lo, gue gak sakit"

Al memegang tanganku dan menatapku. "Buat gue sahabat itu kata sakral Lil, bukan cuma status. Gue akan ngelindungin sahabat-sahabat gue dari apapun. Lo sahabat gue jadi gue akan ngelindungin lo dari cowok yang gak bener" aku tersenyum mendengar kata-kata Al dan akupun menganggukan kepala.

"Nah gitu dong, anak pinter" Al melepas genggaman tangan kami dan ia mengacak-acak rambutku. Jantungku berdetak lebih cepat LAGI. Apakah aku menyukai Al? tapi mana mungkin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top