Part 28
Mood nulis author lagi baik so update cepet wkwk..
Semoga suka,, mungkin ada yang mau siap-siap tissu? karena author nggak nyediain tissu untuk readers wkwk
Langsung aja, happy reading.. jangan lupa vomment ;)
********
"Ahaha daddy... haha dad geli.." kikik Lili. Ia habis menjaili daddynya yang sedang tidur.
Ares tetap menggelitiki anaknya ini "Haha rasakan.. ini pembalasan dari daddy.." mereka tertawa bahagia. Hari ini adalah hari ulang tahun Ares, Malika sedang dirawat dirumah sakit.
"Happy bilt day daddy." ucap Lili. Ares tertawa mendengar ucapa anaknya yang masih belum jelas.
"Mana hadiah untuk daddy?" tanya Ares sembari mengulurkan tangannya.
Lili mengeluarkan kertas, di kertas itu tampak gambar seorang ayah, ibu dan kedua anaknya. Ares tersenyum bahagia. Putrinya masih tiga tahun tapi sudah sangat pintar.
"Ni dad, ni mom, ni kak Bi, ni Lil.. agus kan?"
Ares menganggukkan kepala "Tentu.. gambar anak daddy memang paling bagus." ia menarik Lili kedalam pelukannya. "Terima kasih sayang, kadonya sangat indah."
Lili tertawa bahagia "Lil cayang dad.."
Ares menggesekkan hidungnya dengan Lili "Dad lebih sayang pada Lil, sekarang dad akan memandikan Lil lalu kita akan pergi mengunjungi mommy.. okey?"
Lili melompat girang "Yee.. mommy.. mommy.."
***********
Author POV
Ares menutup buku harian putrinya. Setiap halaman membuat goresan tersendiri. Air matanya terus mengalir, seandainya ini tidak terjadi. Malika, aku menyayangi putri kita, hatinya indah sama sepertimu, batinnya. Ia meminta maaf berkali-kali dalam hati.
"Dad juga sangat menyayangi mu.. kau bilang ingin menghabiskan waktu dengan dad kan? bangun lah, dad akan memberikan semuanya untukmu, jangan tinggalkan daddy sugar.. maaf kan daddy sayang.. maaf.. maaf.." gumam Ares. Ia menghapus air matanya lalu bergegas keluar dan membersihkan diri.
Ares memaksa Bian untuk tetap dirumah, wajahnya sangat lelah. Ia tidak ingin kedua anaknya sakit. Hari ini ia akan tidur dirumah sakit sama seperti kemarin. Sebisa mungkin Ares akan tetap menemani putriku, ia tidak ingin membuang waktu kebersamaan dengan putrinya.
Setiap hari Ares menjaga Lili, setiap detik sekarang begitu berharga.
Hingga empat bulan berlalu, tubuh Lili semakin kurus, wajah yang biasanya merona, kini hanya berwarna putih seperti tanpa aliran darah. Sepertinya Lili masih betah dalam tidurnya.
Hari ini adalah ulang tahun Lili, Ares sudah membawakan cake favoritnya. Ares menunggu jam besuk di luar ICU. Disini sudah ada teman-teman Lili serta keluarga besarnya. Mereka dengan setia menunggu Lili.
Jam besuk tiba, Ares masuk kedalam ruang ICU. Matanya menatap wajah tenang putrinya. Ia tersenyum dan mengelus rambut Lili. "Hayy.. anak daddy kenapa tidak bangun-bangun? Ohh dad ada sesuatu untuk Lil," ucap Ares. Ia mengeluarkan cake mungil dan cantik. "Happy birth day princess, maafkan daddy karena baru hari ini dad bisa mengucapkannya," ia menghela nafas "Dad menyayangimu, sangat.. sangat.. bangunlah, dad membutuhkanmu, dad ingin bercerita banyak sekali padamu,"
Ares melihat air mata keluar dari ujung mata Lili. Ares mengusap air mata itu dengan hati-hati "Kau mendengarnya bukan? ayoo sugar.. berusahalah untuk bangun," ucap Ares. Tidak ada sautan, yang ada hanya suara mesin yang menunjukkan bahwa jantung dari pasien masih berdetak.
Ares keluar dari ruang ICU karena hari ini banyak yang ingin melihat keadaan Lili. Kini giliran Nadin dan Arsen yang masuk kedalam. Nadin mencoba menahan tangisnya, sudah dua bulan tapi ia masih belum terbiasa melihat keadaan Lili begini.
"Sayang.. selamat ulang tahun, oma membuatkanmu sapu tangan, kau lihat? ada ukiran namamu, cantik bukan?" tanya Nadin.
Arsen menatap cucu perempuan satu-satunya itu "Sugar.. oma mu membuat itu semalaman," ucap Arsen.
"Tidak ada perkembangan Arsen, kau lihat? keadaannya semakin memburuk."
"Sabarlah Nadin, aku yakin Lil akan kembali pada kita, ayo kita keluar, yang lain sedang menunggu." Mereka berdua keluar. Ares menatap wajah mommy nya yang terlihat lelah, ia merangkul mommy nya untuk memberikan kekuatan.
Alex dan Al masuk bersama, kini mereka menjadi lebih akrab. Alex tersenyum dan menyapa Lili "Kapan kau akan bangun pemalas??? aku dan yang lain sudah masuk ke universitas. Kau harus segera bangun.. jika tidak kau akan tertinggal jauh dari kami," ucap Alex. Ia mencoba untuk tegar, berusaha bersikap sepertia biasa ia bicara dengan Lili.
"Happy birth day, aku memberikanmu coklat yang banyak, cepat bangun atau kumakan semua coklat itu," ancam Alex. Ia menoleh pada Al yang hanya diam menatap Lili. "Aku keluar dulu," pamit Alex pada Al. Al menoleh dan menganggukkan kepala.
Al mengenggam tangan Lili "Lo kurusan.. kalau lo bangun dan ngaca pasti lo kaget ngeliat diri lo. Ehh tapi tenang aja, lo masih tetep cantik.. Ohh iya.. kasus lo udah terungkap, si Roni sama temen-temennya udah masuk penjara dan pengadilan sebentar lagi bakal diselenggarain, mereka harus bertanggung jawab." Ia terdiam sejenak "Gue kesini sekaligus untuk pamit, gue harus berangkat ke Amerika untuk kuliah, dua tahun lagi gue balik untuk jenguk lo dan lo janji lo harus udah bangun, sebentar lagi gue harus berangkat, gue ada kado kecil buat lo, kalau udah sadar lo harus pake yaa.. huhh okey gue pergi sekarang, bertahan yaa buat bokap lo. See you Lil," ucap Al. Ia melangkah keluar.
Hari ini adalah hari keberangkatannya. Papa dan mamanya telah memutuskan untuk menguliahkan dirinya disana. Di luar ruangan teman-temannya sudah bersiap unuk mengantarkannya ke Bandara. Al berpamitan pada Ares dan yang lainnya.
Hari-hari berjalan seperti biasa, mereka secara bergantian menjaga Lili. Hingga pagi ini Sandra datang, ia baru saja mendapatkan kabar bahwa cucunya mengalami kecelakaan. Ia marah karena tidak ada yang mengabarinya sama sekali. Biar bagaimanapun Lili adalah cucunya.
"Ares.. bagaimana keadaan cucu mama?" tanya Sandra to the point ketika melihat Ares yang sedang duduk.
Ares menatap datar mamanya, ia berdiri dan menarik tangan mamanya "Mama ingin lihat hasil perbuatan mama kan? mari Ares tunjukkan."
Sandra mengerutkan kening, ia bingung akan sikap Ares. Ia kaget saat Ares mengajaknya masuk keruang ICU, dan lebih kaget lagi saat melihat keadaan Lili saat ini. "Ke-kenapa dengan cucuku?" tanya Sandra.
Ares tersenyum "Karena perbuatan mama dan Fandra aku tidak sempat membahagiakan anakku, mama senang sekarang? Aku hancur ma... aku benar-benar hancur.." ucap Ares.
Ares melangkah keluar dan Sandra mengikutinya "Apa maksud mu?" tanya Sandra. Nadin, Arsen dan Bian yang baru saja datang menatap kaget akan kehadiran Sandra.
Ares menoleh pada Sandra lalu tiba-tiba berlutut "Tolong ma.. jika kau tidak ingin membahagiakan aku sebagai anakmu setidaknya izinkan aku membahagiakan kedua anakku, aku tidak minta apa-apa lagi,"ucap Ares "Jika mama datang hanya untuk menyakiti anakku tolong pergilah," lanjut Ares getir.
Sandra menutup mulutnya dengan telapak tangan karena kaget, sebegitu jahatkah dirinya selama ini. Ares berdiri dan melangkah meninggalkan ibu yang telah melahirkannya. Sandra menatap kepergian anaknya.
Nadin menepuk pelan bahu Sandra "Berhentilah Sandra, sebelum kau kehilangan semuanya.. kau harusnya bisa melihat anakmu, ia tidak merasakan kasih sayang ibu kandungnya tetapi ia berusaha agar anak-anaknya tidak kekurangan kasih sayang sedikitpun. Ia tidak ingin anak-anaknya mengalami hal yang sama seperti dirinya. Hanya saja ia harus sakit cukup lama, hingga kedua anaknya harus kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Jika ia tidak sakit aku yakin Bian dan Lili akan mendapatkan limpahan kasih sayang darinya."
Nadin menggenggam tangan Sandra "Itulah yang seharusnya Sandra, cinta orang tua pada anaknya itu sangat besar seperti Ares pada Lili, kau lihat kan? Ares hancur karena Lili begini, aku yakin sebenarnya kau sangat menyayangi Ares, sadarlah sebelum semua terlambat."
Sandra terpaku. Ia sadar selama ini hidupnya hanya membuat anak semata wayangnya sedih. "A-aku minta maaf karena sering membuat kekacauan, aku sama sekali tidak menyangka cucuku bisa separah ini."
Bian menatap nanar pemandangan didepannya. Kini mimpinya begitu nyata, neneknya sadar, dan harus ada yang berkorban, Lili, Lili lah yang berkorban. Semua ucapan mommy nya benar, ia menoleh pada ruang ICU. Apa sebentar lagi Lilinya juga akan pergi.
-------
Satu setengah tahun berlalu tanpa adanya perubahan apapun. Setiap hari Ares harus melihat Lili yang terbaring dengan berbagai alat penopang hidup. Hari ini dokter mengajak Ares bicara di ruangannya.
"Apa tidak sebaiknya anda iklas kan putri anda? Ini sudah hampir dua tahun,"
Ares menggelengkan kepala "Tidak dokter.. dokter tidak tau perasaan saya, saya tidak akan menyerah, saya yakin anak saya pasti sembuh."
Dokter itu tersenyum "Saya mengerti, tapi anda sudah tau sejak awal, ia hidup karena alat. Apa anda tidak kasian pada putri anda?"
"Jika dokter memiliki anak perempuan yang kondisinya seperti anak saya apa yang akan dokter lakukan?" tanya Ares dengan getir.
"Saya hanya menyarankan, pikirkan baik-baik, ini justru membuat pasien merasakan sakit yang lebih lama."
Ares termenung. Ia memikirkan semua ucapan dokter. Pikirannya sangat kacau, ini pilihan yang sangat sulit. Malam ini ia harus mengumpulkan seluruh keluarganya. Ia berniat untuk membicarakan ucapan dokter.
Diruang tamu besar ini semua berkumpul. Mereka menatap Ares dengan penuh tanda tanya. Ares menghela nafasnya. Ini sangat sulit tapi ia harus bicara.
"Besok alat-alat ditubuh Lili akan dilepas," ucap Ares pelan.
Semua terbelalak kaget. Nadin menggelengkan kepalanya "Apa-apaan ini? Kau ingin melepaskan Lili?"
Ares menundukkan kepala "Tidak ada pilihan lain mommy.. kasian Lili, ia pasti kesakitan. Ini keputusan Ares. Besok kabari semua,"
"TIDAK!!! Kak Ares.. kita tidak boleh menyerah, kita cari dokter terbaik, kita cari rumah sakit terbaik apapun untuk Lil." ucap Misca. Ia dan Kevin memang tinggal di Indonesia setelah kecelakaan Lili.
"AKU TIDAK TEGA!!! Aku tidak pernah memberikan kebahagiaan untuknya, kali ini aku akan memberikannya kebebasan. Kita harus mengiklaskannya, biarkan ia beristirahat dengan tenang. Kasian.. ia pasti sangat lelah." ucap Ares. Semua yang ada diruangan itu meneteskan air mata.
"Aku setuju.. mungkin ini yang terbaik untuk Lili. Kita tidak boleh egois, kasian jika Lili harus menanggung sakit yang lebih lama lagi." bela Arsen. Ia sebenarnya juga tidak rela tapi mau bagaimana lagi, jika ini memang terbaik untuk cucunya maka dirinya harus iklas.
--------
Keesokan harinya semua berkumpul. Wajah Ares tampak sangat lelah, ia semalaman tidak tidur, bagaimana mungkin dirinya bisa berstirahat, hari ini ia akan melepas putri kecilnya. Ia sudah bicara dengan dokter yang menangani putrinya.
Ares meminta izin untuk bicara pada anaknya sebelum alat-alat penopang hidupnya dilepas. Ares menggenggam tangan Lili, kurus dan dingin.
"Hay princess.. apa kabar? huhh haha daddy bingung ingin bicara apa, hemm daddy.. dad minta maaf, maaf atas kesedihan Lil selama ini, I love you more princess.. beritahu daddy apa kau merasakan sakit?" tanya Ares getir. Air matanya menetes dipergelangan tangan Lili.
Ia mendekatkan dirinya pada telinga Lili "Jika kau ingin bertahan berusahalah sugar.. kami disini menunggumu, dad menunggumu, kau ingin menghabiskan waktu dengan daddy kan? tapi sugar jika kau lelah dan sudah tidak kuat lagi menahan sakit.." ia terdiam sejenak dan menghela nafas "Bismillah, pe-pergilah sayangku.. daddy dan yang lain sudah iklas, tidurlah dengan tenang.. tinggalah dengan mommy mu.. tunggu daddy disana," ucap Ares.
Air mata Lili mengalir. Ares semakin berat mengatakannya, "Iya sayang.. dad dan yang lain iklas, kau bisa pergi sekarang," lanjut Ares. Air mata Ares terus mengalir, ini kali kedua nya ia harus merelakan orang paling ia sayangi untuk pergi.
Suara alat berubah, terlihat gambar lurus pada layar yang menunjukkan bahwa detak jantung Lili berhenti. Ares menahan isakannya, ia mencium kening putrinya "Terima kasih untuk semuanya, putriku, bidadariku."
Ia melangkah keluar dengan lesu. Semua menatap Ares dengan penuh tanda tanya "Lili pergi.." jawab Ares dengan singkat. Seketika isak tangis terdengar.
"Lili.. nggak.. Lil kenapa cepet banget.." tangis Ana. Alex hanya bisa merangkul Ana, dirinya juga masih syok. Sahabatnya sejak kecil, adik peremuannya yang ia jaga sekuat mungkin kini telah pergi selama-lamanya. Rasanya ia menyesal karena tidak bisa menjaga Lili dengan baik.
"LILI!!!" teriak Nadin. Meskipun ia sudah tau hari ini akan berahir begini namun ettap saja, ia merasa sangat sedih. Tim dokter langsung masuk ke ruang ICU dengan berbagai alat, mereka berusaha untuk menolong Lili.
Alex mengeluarkan ponselnya. Ada satu orang yang harus mengetahui ini.
Lili sudah tidak ada..
Tolong doakan untuknya.
Send to : Aldric
-------
Lili berada di lorong terang berwarna putih, ia mengitari pandangannya. Ia bingung, bagaimana dirinya bisa ada disini. Lili melihat seseorang berjalan kearahnya, ia menyipitkan matanya untuk melihat siapa orang itu.
Ia melihat seorang wanita. Wanita itu sangat cantik, dengan gaun putih bersih dan senyum lembutnya. "Ka-kau siapa?" tanya Lili dengan ragu.
"Kau lupa dengan mommy mu sendiri?"
Lili melebarkan matanya "Mommy???" ia tersenyum dan berlari kepelukan wanita itu.
"Iya aku mommy mu."
"Mommy.. hiks hiks aku rindu mom.."
"Haha mom juga sangat merindukanmu anakku," jawab Malika. Lili menatap bahagia mommynya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, ia menatap tubuhnya. Ada yang aneh.
"Emm mommy.. seingat Lil, Lil habis mengalami kecelakaan, tapi kenapa Lil tidak merasakan sakit sama sekali? apa Lil sudah meninggal?"
Malika tersenyum lembut "Itu pilihanmu sayangku, kau bisa memilih untuk tetap bersama daddy mu atau pergi dengan mommy."
Lili tersenyum miris dan menggeleng "Tidak mom, aku sudah lelah mungkin in puncak dari rasa lelah Lil, dad akan baik-baik saja tanpa Lil jadi bolehkah Lil ikut denganmu saja?"
Malika tersenyum dan mengangguk. Ia mengulurkan tangannya pada Lili, tanpa ragu Lili menerima uluran tangan Malika dengan senang hati.
Lili mendongakkan kepala, Daddy..kak Bian.. opa, oma, semuanya.. Lil pergi, batin Lili.
*********
Nahhhh.. part 28 udah.. yeyyy
Aku mau ngucapin makasih banyak untuk antusias kalian sama cerita ini..
Part 29 mungkin minggu depan... doain aja biar ada waktu luang untuk nulis ;)
See you... :* :* :*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top