Part 17
Hallo semuaaaa
Ahh kangen banget deh sama readers
Aku baru bisa update soalnya abis uts, langsung aja deh diputer yaa mulmednya itu lagu yang dimainin Lil pas sama Aldric
Happy reading guys jangan lupa vomment ;)
PENGUMUMAN TAMBAHAN... PART2 SETELAH INI DI PRIVAT (HARUS FOLLOW DULU, KALAU UDAH FOLLOW TAPI TETAP NGGAK BISA, COBA HAPUS DARI LIBRARY KAMU DULU ABIS ITU MASUKIN LAGI)
*******
Lili POV
Al menghela nafas dan menatapku, ia menggenggam tanganku "Lil.. izinin gue" aku menatap Al bingung.
"Izinin gue buat belajar suka sama lo" aku menatap Al kaget ohh pasti aku sedang berhayal. Kutepuk kedua pipiku agar aku bisa bangun dari hayalan ini.
"Ehh lo ngapain mukulin pipi?" Al menarik tanganku.
"Hemm tidak, sepertinya aku salah dengar. Coba kau upangi lagi ucapanmu"
"Oh tadi gue bilang izinin gue buat belajar suka sama lo"
"APA??" Al tertawa melihat reaksiku.
"Kau serius? maksudku bukankah kau mempunyai Tamara?"
Al menghembuskan nafas "Gak tau kenapa semaleman gue mikir kayanya emang gue sama Ara gak ditakdirin buat nyatu. Dan gue keinget lo, gue suka sama sifat lo jadi gue mau belajar suka sama lo. Gue pikir suka sama lo bukan hal yang susah"
Aku terdiam mendengar penjelasan Al. Ini benar-benar mengagetkanku.
"Woy.. ko bengong sih" Al menepuk bahuku "Jadi boleh gak nih?" sebenarnya hatiku sangat senang tapi aku takut jika nanti Tamara kembali lagi.
"Baiklah kau boleh suka padaku, tapi jangan sedih jika aku tetap bersikap biasa karna aku sama sekali tidak suka denganmu" kulipat tanganku didepan dada dan membuang pandangan.
Al langsung memelukku "Gue yakin nanti lo bakal suka sama gue, thanks udah ngizinin" sudah Al aku sudah menyukaimu teriakku dalam hati.
Al melanjutkan permainan gitarnya, kami bernyanyi dan tertawa bersama. Tamara izinkan aku bahagia dengan Aldric sebelum kau kembali.
------
Sudah sebulan setelah ucapan Al, kami menjadi semakin dekat. Bahkan ia tak ragu menggandeng tanganku didepan anak-anak lain. Ana dan yang lain senang melihat kedekatan kami tapi tidak dengan Alex. Ia masih belum yakin dengan Al, Alex takut aku hanya dijadikan pelarian saja.
Siang ini ada pertandingan basket jadi aku memutuskan untuk melihat Al bertanding. Aku duduk di pinggir lapangan dengan Ana.
"Gue seneng akhirnya lo sama Al bisa deket"ucap Ana tanpa membuang pandangannya dari pertandingan basket.
"Haha terimakasih" balasku.
Ana menoleh kearahku dan tersenyum "Lo pantes bahagia, gue yakin Al bisa ngasih kebahagiaan buat lo" aku membalas senyumannya dan memeluknya.
"Ohh kau memang sahabatku Ana" kami tertawa bersama.
"Seru sekali sih, sedang membicarakan apa?" ucap Monica yang baru saja datang.
"Lo dari mana sih? tadi gue cari dikelas gak ada" Ana mwngerucutkna bibirnya karna kesal.
"Haha tadi aku membelikan minum untuk Abil" Monica menggoyangkan minuman yang ia beli.
Ana menepuk jidatnya sendiri "Yaampun gue lupa beli minum buat Alex, gimana dong" suara Ana terdengar panik.
"Ana kau jangan berlebihan, Alex bisa beli sendiri nanti" ucapku kesal.
"Yah gak so sweet dong kalo gitu, udah deh gue beli minum dulu.. Eh temenin gue yu" Ana menarik tangan Monica, ku gelengkan kepalaku melihat tinggkah Ana yang berlebihan itu. Pertandingan basket selesai tapi Aa dan Monica belum kembali.
Rion berlari kearahku "Hay Lil lagi nungguin Al ya? si Icha sama Ana mana?"
"Tadi sih katanya ingin membeli minum tapi belum kembali. Memang kenapa?"
"Kita mau ngerayain kemenangan kita, tuh anak-anak udah pada siap-siap" Rion menunjuk kearah yang lain. Kulihat keringat mengucur deras dikeningnya, aku merogoh kantongku untuk mengambil sapu tangan dan kuusap keringatnya.
Rion menoleh kearahku kaget "Eh thanks Lil" .
"Haha kau ini bagaimana, hampir saja keringatmu menetes kemata" Rion hanya tertawa dan mengusap tengkuknya salah tingkah.
"ADUH" aku dan Rion langsung menoleh kearah Al. Kulihat kening Al sedikit berdarah entah kenapa.
Aku berlari kearahnya "Al keningmu kenapa?" sebelum tanganku sampai kekeningnya, ia sudah menangkis tanganku. Matanya menatapku dengan tajam.
Ia berjalan melewatiku dan sama sekali tidak menoleh. Aku memandang yang lain dengan tatapan tanya.
"Haha dia jatoh tadi pas mau lari kearah lo, lagian lo sih pake ngelap keringet si Rion segala" ucap Sean.
"Hah memangnya kenapa?" tanyaku.
"Aduh nih anak, ya dia jealous lah" jawab Vano.
Seketika aku merasa bersalah sekaligus senang, berarti Al sudah menyukaiku batinku ingin berteriak, aku berjalan kearah Alex "Alex bagaimana ini? aku tidak ingin Al marah padaku".
Alex mengelus rambutku "Tenanglah, besok juga dia akan baik lagi" semoga saja ucapku dalam hati.
----
Malam ini aku sudah beberapa kali mencoba untuk menelfon Al tetapi sama sekali tak diangkat. Aku berjalan mondar-mandir di balkon kamarku yang kupikirkan bukan hanya Al yang sedang marah tapi aku memikirkan apakah Al benar-benar sudah melupakan Tamara. Aku ingin bercerita tapi pada siapa? jika aku cerita pada kak Bian pasti ia akan marah padaku karna ia sudah menyuruhku untuk melupakan Al. Apa aku harus ceritakan semua ke daddy, yahh aku memang harus cerita.
Aku mengetuk pintu kamar daddy, dan dad menyuruhku masuk. Kulihat Dad sedang membaca buku, itu hobbi daddy dulu sebelum sakit.
Daddy tersenyum kearahku, ia menutup bukunya dan melepas kacamata bacanya "Hay sugar, kemarilah" aku tersenyum dan berjalan kearanya.
"Ada apa? sepertinya wajahmu agak murung" dad mengelus rambutku.
"Daddy, sebenarnya Lil suka Aldric" ceritaku mengalir begitu saja, kuceritakan semuanya termasuk soal Tamara.
Dad menghela nafas "Kau yakin akan siap jika suatu saat Tamara kembali?"
Ku gelengkan kepalaku "Entahlah daddy, mungkin aku tidak akan siap. Tapi aku suka Al dad, aku ingin bersamanya yah setidaknya sampai Tamara kembali"
"Baiklah itu keputusanmu, kau sudah tau resikonya. Jika suatu saat terjadi jangan salahkan orang lain karna kau sudah tau itu akan terjadi" aku menundukkan kepalaku.
Daddy menepuk pundakku" Ingatlah aku akan selalu ada untuk mu, kau masih bisa berpegangan pada semua orang yang menyayangimu jika kau jatuh" aku meneteskan air mataku karna terharu.
"I love you daddy, thank you for everything" aku memeluk daddy.
Daddy tertawa dan mengelus rambutku "Love you too sugar, more than you know" kuusap air mataku dan tertawa bersama daddy.
"Masalah Al yang marah, tenang saja nanti ia pasti akan baik lagi" ucap daddy menenangkanku, kuanggukan kepala mengerti. Aku memutuskan untuk tidur bersama daddy.
Ke esokan harinya Al tidak masuk sekolah, kata Abil dari semalam Al demam jadi aku berencana kerumahnya nanti.
Setelah pulang sekolah aku segera berlari keluar sekolah, sebenarnya Alex ingin mengantarku tapi aku melarangnya karna ia juga punya janji dengan Ana. Aku mampir ketoko kue untuk membeli cheese cake dan rainbow cake itu adalah cake favorit Al.
Aku sampai dirumah Al, kuketuk pintu rumahnya dan Al pun keluar, wajahnya sedikit pucat. Ia nampak terkejut melihat kedata
"Hay Al, kau sak" belum sempat menyelesaikan ucapanku Al menutup pintu rumahnya. Dasar tidak sopan gerutuku. Kuketuk pintunya agar ia mau membukanya. "Al kau ini kenapa sih, aku kan ingin menjengukmu. Aku sudah membawakan cake yang kau suka".
"Bodo amat.. Lo kira gue bisa disogok pake makanan" teriaknya dari dalam rumah.
"Siapa yang ingin menyogokmu. Yasudah kalau tidak mau aku bawa pulang saja lagi. Huh padahal ini adalah rainbow cake dan cheese cake dari toko kue langgananmu loh"
Al membuka pintunya, ia melipat tangannya "Dasar curang, ayo masuk" aku menahan tawaku melihat penampilannya ia masih menggunakan baju tidur bermotif cars.
Ia membuka kotak cake itu dan langsung memakannya dengan lahap. Huh sepertinya dia melupakan aku.
"Al.. sibuk sekali sih" aku mengerucutkan bibirku kesal tapi ia hanya melirik dan melanjutkan makannya lagi.
Aku membuang muka karna kesal, Al mencolek pipiku dan aku menoleh kearahnya. Ku sentuh pipiku dan ternyata tadi ia sedang jail. Huhh aku lega, setidaknya dia sudah tidak marah.
"Al wajahku kotor" aku mengambil tissu dimeja tapi ia segera merebutnya.
Al membersihkan pipiku, mata kami bertemu "Waktu ngeliat lo ngusap wajah orang lain kaya gini, gue ngerasa sakit" ucapnya.
Aku tersenyum dan memeluknya "Maaf Al aku tidak bermaksud apa-apa".
Al melepaskan pelukanku, matanya menatapku "Lo suka sama Rion?" ku gelengkan kepalaku.
"Yakin?" aku menganggukan kepala dan tersenyum.
"Huhh gue lega dengernya" Al langsung memelukku tapi ia segera menepuk keningnya sendiri "Ya ampun gue kan lagi sakit, duh jangan deket-deket ntar ketularan" Al menjauh dariku.
"Haha tidak papa, Flu berdua terdengar sangat manis" Al langsung mencubit pipiku.
"Sembarangan, biar gue aja yang sakit, lo gak perlu ikut-ikutan. Eh mending kita main piano, gue pengen liat lo main, kita udah latihan lebih dari dua bulan kan"
Aku menghirup nafas dalam, aku mulai memainkan piano itu. Ku ingat kata-kata Al tentang bermain musik, kunikmati lagu itu. Ini adalah salah satu lagu yang kusuka karna film.
Setelah selesai Al memberikan tepuk tangan "Itu lagu apa?"
"Itu lagu yang kusuka, kau tau drama korea naughty kiss?"
"Naughty kiss? gak tau deh"
"Huhh itu tentang seorang gadis yang sangat mencintai seorang laki-laki pintar, gadis itu memang bodoh tapi aku suka perjuangannya" aku menangkupkan tanganku di dagu "Huhh Ia gadis yang pantang menyerah"
"Ohhh" Al menaikturunkan alisnya "Pasti itu lagu buat gue yaa? pantes main pianonya pake hati banget tadi" Al mwnjawil pipiku "Ciyee Lili udah mulai suka sama Aldric. Ehh iya besok jam 7 malem kita ketemu di cafe yaa ada yang mau Aldric omongin sama Lili"
Aku tersenyum geli padanya "Al jangan terlalu percaya diri, aku memainkan lagu itu menggunakan hati karna aku menyukai lagunya bukan karna mu, dan jangan panggil-panggil nama begitu! aku geli mendengarnya"
Al tertawa dan mengacak rambutku "Gak papa Lil biar kaya anak kecil gitu. Eh tapi gue serius besok ketemu di cafe biasa, dandan yang cantik yaa"
"Hemm baiklah tapi kalau telat sepuluh menit saja aku akan meninggalkan tempat itu"
Al mencubit pipiku "Iya sayang, bawel banget sih" aku hanya mengerucutkan bibirku.
"Hemm kayanya lo udah siap buat test musik"
"Haha iya, mungkin minggu ini. Terima kasih kau sudah mau kurepotkan"
"Gak repot, gue seneng ngajarin lo. Eh udah Asar nih, lo solat gih tuh dikamar tamu mukenahnya dilemari" aku menganggukan kepala dan berjalan kearah kamar.
Aku pulang pukul lima sore, dirumah sudah ada kak Bian dan Opa yang sedang bersantai di kursi taman depan. Kuhampiri Opa dan memeluknya dari belakang "Opa.. Lili pulang".
"Haha cucu opa yang cantik akhirnya pulang juga. Kau dari mana princess?"
"Dari rumah Al, Opa Lil ingin beli ice cream ayoo Opa temani Lil" aku menarik tangan Opa kemobil. Dri kemarin aku memamg ingin makan ice cream.
"Hey jahat sekali aku tidak diajak" ucap kak Bian merengut.
Aku tertawa dan menoleh kearahnya "Haha maaf kakakku yang jelek, ayo kita beli ice cream" kami bertigapun berjalan kearah mobil.
------
Arsen POV
Sampai saat ini aku masih merasa bahwa aku bukan ayah yang baik bagi anak-anakku dan kakek yang baik untuk cucu-cucuku.
Ares adalah anak pertamaku buah cinta antar aku dan Sandra, wanita yang sangat kucintai dulu. Aku dan Sandra berpacaran sejak kami masih kuliah, ia adalah wanita yang menemaniku dari nol. Ia wanita yang baik, tulus, dan manja yah setidaknya itu yang kutau.
Kami memutuskan untuk menikah, aku mencintainya dengan segala sifat manjanya. Wajar saja ia memang anak orang kaya. Aku baru memulai usahaku saat itu, sebenarnya papa sudah memiliki perusahaan yang lumayan besar tapi aku memilih membuat usaha sendiri dan Alhamdulillah usahaku maju pesat. Satu setengah tahun setelah pernikahan kami, Sandra hamil dan itu adalah berita yang paling membahagiakan untukku. Kami seperti pasangan yang paling bahagia.
Sampai ditengah usia kehamilannya usahaku mengalami kerugian yang lumayan besar. Sifat Sandra sedikit demi sedikit berubah terhadapku, ku pikir ini wajar mungkin ia sedang sensitif karna hamil.
Aku mencoba untuk membangun perusahaanku lagi, tapi itu bukan hal yang mudah. Butuh waktu yang lama agar mengembalikan kerugianku kemarin.
Hari kelahiran anakkupun datang, aku menemani proses melahirkan istriku. Saat anakku lahir kedunia aku merasa menjadi laki-laki seutuhnya, yahh aku menjadi seorang ayah.
Aku memberi nama anak laki-lakiku Ares William Pradipta mulai hari itu ia adalah semangat hidupku yang baru tapi tidak untuk Sandra, sepertinya ia tidak senang dengan kehadiran anak kami. Dan benar saja, setelah melahirkan, Sandra semakin jauh dari kami dan puncaknya saat Ares berumur 4 bulan.
Flash back on
"Loh sayang kau mau kemana? kenapa membawa koper dan baju sebanyak itu?"
"Maaf mas, aku gak bisa hidup sama kamu lagi. Aku mau kita cerai. Secepatnya aku akan mengajukan gugatan kepengadilan agama"
"APA? bercandamu sama sekali tidak lucu sayang"
Sandra tersenyum sinis "Aku tidak bercanda mas, tolong lepaskan aku karna sebentar lagi aku akan menikah dengan laki-laki lain"
Ku genggam tangannya "Apa salahku? tolong beritahu aku. Aku janji akan memperbaiki kesalahanku Sandra. Jangan seperti ini, aku butuh kamu anak kita butuh kamu"
Sandra melepaskan genggaman tanganku "Salah kamu itu kamu gak bisa bahagiain aku. Kamu taukan dari kecil aku sudah hidup dengan segala kemewahan tapi sama kamu aku harus belajar sederhana. AKu GAK BISA MAS!"
"Tapi dulu kamu gak masalah, kamu yang menemani aku dari nol tapi kenapa sekarang kamu begini? aku yakin bisa bangkit lagi. Tapi aku butuh kamu untuk bangkit"
"Dulu aku sabar Mas tapi sekarang aku udah sadar. Kamu gak akan bisa bahagiain aku jadi udah yaa mas, tolong jangan mempersulit keadaan"
Hatiku benar-benar hancur "Tolong Sandra pikirkan lagi".
"Aku tetap sama keputusanku, bulan depan aku akan menikah. Tolong setelah perceraian kita kamu jangan ganggu hidupku. Anggap kita gak saling kenal, aku kasih anak itu kekamu" Sandra menunjuk Ares.
"APA ? MENIKAH? Kamu akan menikah dengan siapa?"
"Haha dengan pengusaha kaya, kebetulan dua bulan lalu aku ketemu sama dia"
"JADI SELAMA INI KAMU SELINGKUH?? TEGA SEKALI KAMU"
"INI SALAH KAMU !! KALAU USAHA KAMU MAJU PASTI KITA AKAN JADI KELUARGA BAHAGIA"
"OKE! PERGILAH KALAU ITU MAU MU. Aku tidak menyangka kau serendah itu, aku yakin kau tidak mencintainya"
"Haha bukan rendah mas, aku cuma realistis dalam hidup. Kalau aku bisa bahagia dengan orang lain kenapa aku harus bertahan hidup dengan kamu? masalah cinta itu gampang karna cinta bisa datang karna terbiasa kan?"
"Hah bodoh, kenapa aku bisa menikahi wanita sepertimu. Baik lah sekarang kamu bisa pergi dari sini. Semoga kau bahagia dengan hidup barumu"
Flash back off
Sejak itu aku merasa benar-benar prustasi hingga satu bulan kemudian aku bertemu Nadin, ia melamar menjadi sekretarisku. Ia juga teman yang baik, kadang ia kerumah untuk membantuku mengurus Ares. Hingga saat Ares berumur 7 bulan aku memutuskan melamar Nadin, aku memang tidak mencintainya tapi anakku membutuhkannya. Kupikir jatuh cinta dengan wanita seperti Nadin bukan hal yang susah.
Sudah setahun kami menikah tapi aku belum bisa mencintainya, bodohnya aku dihatiku masih ada Sandra dan itu belum pernah tergantikan. Padahal kami sudah mempunyai anak yaitu Varo, setahun kemudian lahirlah Kev dan perlahan aku mulai menyukai Nadin. Aku suka dia yang selalu melayaniku dengan baik, aku suka dia yang menjadi ibu dari ketiga anak kami. Perlahan nama Sandra mulai terkikis dari hatiku. Aku mulai mencintainya hingga saat ini dialah wanita yang paling kucintai.
Rumah tanggaku dan Nadin bukan tanpa halangan dan masalah. Terbukti saat ia memaksaku membawa Ares kerumah Sandra saat Ares berumur 10 tahun. Setelah pergi dari rumah Sandra aku marah besar pada Nadin, aku sudah bilang untuk tidak mempertemukan anakku dengan wanita itu tapi Nadin memaksa.
Hingga tahun-tahun kedepan hidup anakku Ares tidak pernah tenang dan aku memutuskan pindah ke Sidney. Kehidupan kami dinegara Aussie itu berjalan lancar, anak-anakku tumbuh semakin dewasa kami hidup seperti keluarga lainnya. Perusahaanku sudah berkembang pesat dan aku termasuk salah satu pengusaha terbesar di Indonesia. Anak-anakku sudah mulai memiliki keluarganya sendiri.
Ares memilih pindah ke Indonesia dengan istrinya Malika. Malika adalah wanita cantik yang dikenalkan papa saat Ares menjenguk Sandra di Jakarta. Kehidupan Ares sangat bahagia sampai masalah itu terjadi, Malika meninggal karna penyakitnya. Malika meninggalkan anakku dan kedua cucuku. Sejak saat itu Ares sakit, Bian dan Lili harus kehilangan kebahagiaan di masa kecil mereka. Itulah sebab aku akan memberikan apapun untuk kedua cucuku itu, bukan pilih kasih pada cucuku yang lain tapi aku hanya ingin memberikan sedikit kebahagiaan untuk mereka yahh meskipun kebahagiaan itu tidak bisa mengobati rasa sakit mereka tapi setidaknya mungkin bisa meredakan sakitnya, kususnya Lili cucu perempuanku.
Jika bisa aku akan berikan semua untuk kebahagiaan anak-anakku dan cucu-cucuku. Aku berdoa suatu saat nanti usaha cucuku Lil bisa tercapai, doa-doanya selama ini terkabul, dan harapannya dapat terwujud. Yahh jika impian gadis remaja lain itu bermacam-macam lain halnya dengan cucuku itu. Harapannya sederhana, ia hanya ingin daddynya mengingatnya.
*******
Segini dulu yaa maaf kalau fellnya kurang..
ini untuk ngobatin kangen kalian sama Lili ;)
See you in the next chapter
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top