Part 15

Hayy sesuai janji.. aku update hari sabtu

Di intip yuu mulmednya.. ada Lili yang lagi belajar main gitar tuhh

Buat para readers thank you so much untuk votte kalian.. yang belum votte jangan lupa vottenya yaa untuk semangat author ;)

Langsung aja deh happy reading guys... ditunggu vottenya :D

*******

Lili POV

Kak Bian memelukku erat, bisa kulihat pancaran kesedihan dan kekawatiran dimatanya. Aku heran kenapa ia begini.

Setelah cukup lama kak Bian melepaskan pelukannya "Kau sedang ingin apa? ice cream? coklat? cheese cake?" aku mengernyit bingung melihat tingkahnya.

"Aku sedang tidak ingin apa-apa kak, kakak ini kenapa sih? aneh sekali" Kak Bian menarikku dan kami berdiri di pagar pembatas balkon.

"Haha tidak papa, kakak hanya ingin membelikanmu sesuatu" kutangkap wajahnya. Ia menatapku dan tersenyum.

"Ada apa kak? ceritalah padaku. Aku tau ada yang kakak sembunyikan" ia menghela nafas.

Tangannya mengelus pipiku "Aku hanya ingin membahagiakan mu Lil, sudah banyak waktu yang kita buang selama ini".

Ku tatap matanya untuk mencari kebenaran dan aku hanya melihat binar matanya yang mencerminkan ketulusan dari ucapannya, kuberi senyum terbaikku untuknya "Lil tidak ingin apa-apa kak, Lil sudah sangat bahagia melihat daddy sembuh dan kakak bersikap sangat baik pada Lil".

Ia menyelipkan rambutku dibelakang telinga "Aku juga bahagia melihat daddy sembuh" kak Bian merangkul bahuku dan kami memandang kearah langit.

"Bagaimana hubunganmu dengan Al?" tanya kak Bian dan tak ada nada bercanda sam sekali.

"Baik kak, kami masih bersahabat dengan baik"

"Kau tidak bisa membohongiku Lil, kau menyukainya aku bisa melihat itu dari matamu" ucapnya dan itu membuatku kaget, apa sangat terlihat.

"Haha jangan kaget begitu. Aku setuju kau dengan dia, kulihat dia laki-laki yang baik" tambah kak Bian.

"Kak.. dia itu sudah memiliki pacar" kulihat ia kaget mendengar ucapanku, aku menceritakan cerita Aldric dan Ara.

Kak Bian menghela nafas "Kalau begitu lepaskan Al sekarang sebelum perasaanmu semakin dalam".

"Iya kak aku tau, aku juga sedang berusaha menghilangkan perasaanku padanya" ucapku.

"Baguslah, kakak tidak ingin kau sakit hati" aku menganggukan kepala lalu menyandarkan kepalaku dibahunya. Semilir angin menerpa wajah kami, rasanya sangat nyaman.

"Kalian sedang apa disini?" aku dan kak Bian menoleh kearah daddy.

"Hay dad kami sedang menikmati langit jingga" ucapku.

Dad tersenyum padaku "Masuklah sugar disini banyak angin, lagipula ini sudah hampir magrib"

"Baik dad, kak ayo kita masuk" Kami semua masuk kedalam rumah.

Makan malam kali ramai dengan ocehanku dan Ana sedangkan yang lain hanya sesekali tertawa saat kami bicara hal yang lucu. Setelah makan Alex dan Ana pamit pulang, aku mengantarkan mereka berdua keluar.

Aku memeluk Ana "Hati-hati yaa, sampai jumpa besok" ucapku.

"Iya-iya.. yaudah gue balik yaa" Ana masuk kedalam mobil.

"Ingat nanti jangan tidur terlalu malam, aku pulang" ucap Alex dengan pesan yang tak pernah berubah setiap harinya.

"Yaa yaa aku akan ingat" dia tertawa dan masuk kedalam mobil. Aku berdada ria sampai mobil Alex hilang ditikungan.

Aku masuk kedalam rumah dan di ruang keluarga kulihat oma dan opa sedang bicara serius.

"Sekarang Lil sudah boleh liatkan? Ares sudah sembuh" ucap oma, aku sebenarnya tidak ingin mendengarkan tapi saat namaku disebut aku jadi penasaran.

Opa menghela nafas "Baiklah ia boleh melihatnya" oma tersenyum bahagia dan memeluk opa.

"Apa yang sudah boleh kulihat?" ucapku. Oma dan opa menoleh padaku.

Oma tersenyum dan menarikku duduk disofa lalu memberikanku sebuah kotak, ku buka kotak itu dan yang ku lihat adalah ponsel. Ku tatap oma dengan tatapan bertanya.

"Ini ponsel daddymu sayang, disini banyak kenangan antara kau dan daddymu" aku kaget mendengar ucapan oma, tanganku bergetar mengambil ponsel itu. Di benda kecil ini banyak tersimpan kenangan indah masa kecilku.

Kutekan tombol untuk mengaktifkan ponsel ini belum lama ponsel ini langsung menyala dan menampilkan wallpaper daddy sedang menggendong seorang anak, dad tertawa bahagia dan anak itupun juga. Aku menoleh pada oma dan oma tersenyum.

Aku membekap mulutku "ini Lil oma? yang ada digendongan daddy itu benar-benar Lil?" aku sangat senang melihat foto ini. Oma menganggukkan kepala sedangkan opa merangkul bahuku.

Kubuka fitur galeri dan munculah file-file foto dan ku buka file yang bernama my princess, ada banyak sekali foto kami ada dad yang sedang menyuapiku, dad menggendongku yang sedang menangis, dad mengajakku bercanda, dad menciumku dan masih banyak lagi. Ada beberapa video juga. Ku buka salah satu video itu.

Dan munculah wajah daddy "Hayyy hari ini hari ulang tahun princess ku yang pertama.. hayy sugar ayo liat kekamera" dad menjawili pipiku dan aku hanya diam dan tertawa.

"Hay namaku Lili Annisa Pradipta, aku sangat suka coklat" ucap dad sambil menirukan suara anak kecil.

"Oootatt..auuu" racauku tidak jelas, daddy tertawa dan mencium hidungku.

"Iya coklat, Lil mau? nanti daddy belikan yang banyak yaa"

Aku menangis "Oootattt huaaaa ma..maa..Oootatt" Dad langsung menggendongku.

"Cup cup.. iya sayang nanti yaa, kita harus minta izin pada mommy mu dulu" aku tetap menangis.

"Sayang... Lili nangis nih minta coklat. Apa aku boleh membelikannya?" teriak daddy.

"Jangan Ares.. nanti giginya bisa sakit, kau ini selalu saja menuruti semua keinginannya" teriak seorang wanita dan kuyakin itu adalah suara mommy.

"Yahh kata mommymu kau tidak boleh makan coklat" ucap daddy sambil mengusap air mataku.

"Oootatt auu huaaa ma auu" racauku dan daddy menenangkanku.

"Jangan menangis yaa, dad akan belikan coklat untukmu tapi hanya satu yaa kata mom kalau kau makan banyak coklat nanti gigimu sakit"

Ku lihat diriku tertidur digendongan daddy "Yahh princess daddy tidur.. yasudah deh dada semuaa Lili ingin tidur dulu yaa" dan video itu berakhir.

"Daddymu sangat suka mendokumentasikan kegiatannya dengan mu dan kakakmu, disana masih banyak foto dan video tentang kalian sekeluarga" ucap oma sambil mengelus rambutku.

Ku peluk ponsel itu seolah itu adalah harta paling berharga "Apa aku boleh menyimpannya?" ucapku pada oma dan oma menganggukan kepala.

Aku pergi kekamarku dan membuka foto-fotoku lagi, ku harap malam ini bisa mimpi indah.

Pagi ini tubuhku demam tapi kupaksakan untuk tetap kesekolah, yahh lagi pula ini hanya demam. Di meja makan hanya ada oma dan opa mungkin kak Bian dan daddy masih dikamar.

"Lil mukamu merah, coba kemari" ucap oma memanggilku. Ku turuti oma, setelah mendekat oma langsung menempelkan punggung tangannya kekeningku.

"Demam, pantas saja mukanya memerah" ucap oma pada opa.

Opa berdecak dan menarikku sampai aku duduk dipangkuannya "Lil sudah berat opa.." rengekku.

"Haha tidak tuh, sudahlah princess kau dirumah saja istirahat" ucap opa sambil mengelus rambutku.

"Tidak mau, Lil harus sekolah opa... boleh yaa" aku memainkan dasi opa.

"Kau sedang sakit, sudahlah jangan memaksakan diri" Opa masih kekeh dengan ucapannya.

Aku memasang wajah memelasku "Opaa ayolahh izinkan aku kesekolah" haha biasanya ini ampuh.

Opa menghela nafas "Baiklah tapi ingat, kalau tidak kuat langsung telfon opa. Opa akan menjemputmu langsung" aku menganggukan kepala dan langsung memeluk opa.

Kak Bian dan daddy datang keruang makan "Loh Lil kenapa dipangku begitu opa? dia kan berat" ucap kak Bian.

"Enak saja.. Lil tidak berat. Yaa kan Opa?" Opa tersenyum dan mengiyakan ucapanku.

Kami semua makan dengan tenang. Saat akan berpamitan dengan daddy ku lihat dad menatap wajahku dengan serius "Dad kenapa?" tanyaku.

Daddy meletakan tangannya dikeningku "Demam.." gumamnya. Hey apa terlihat sekali yaa tanyaku dalam hati.

"Haha hanya demam biasa dad" ucapku menenangkannya.

"Kau yakin ingin sekolah?" tanya dad ragu. Ku anggukan kepala dengan mantap.

"Kemari" dad menarikku duduk disampingnya "Berjanjilah jika kau tidak kuat kau tidak akan memaksakan diri" ucap daddy.

"Janji dad, nanti kalau Lil tidak kuat Lil akan menelfon opa dan langsung pulang" ucapku menenangkannya.

Dad tersenyum dan menarikku kepelukannya "Kau ini sedang sakit, jangan berpura-pura kuat" yahh aku bisa merasakan nyeri ditubuhku karna demam, kepalaku juga pusing.

"Haha dad tidak perlu khawatir, Lil baik-baik saja dad".

Hari ini Opa yang mengantarku kesekolah, setelah sampai opa langsung memberikan pesan-pesan untuk segera menelfonnya.

Sebenarnya tubuhku lemas tapi masa iya aku tidak masuk, padahal hari ini baru hari kedua masuk sekolah setelah libur tengah semester. Lagipula aku juga ingin melihat kondisi Al setelah mendapat kabar tentang Ara kemarin.

Suasana dikelas sudah ramai karna ini sudah hampir jam masuk. Ana dan Alex sedang mengobrol dan sesekali tertawa bersama haha aku senang melihat hubungan mereka.

Saat ingin mendekat aku teringat akan kondisiku yang sedang kurang baik, jika Alex menyadari itu pasti ia akan panik dan aku tak mau membuat semua orang panik. Jadi kuputuskan untuk pergi ke toilet saja.

"Ohh jadi ini yaa sepupunya Aldric.. cantik sih tapi sayang dia anak koruptor" aku kaget mendengar suara perempuan itu.

"Heh lo mau jadi anak gaul disekolah ini? mau numpang tenar sama Aldric? atau mau numpang tenar dengan pacaran sama Abil? inget yaa Abil itu punya gue" bentak perempuan yang berbeda dari yang tadi. Aku langsung membuka pintu dan menemukan Monica sedang menangis lalu ada dua perempuan didepannya yang menatapku kaget.

Ku berikan senyum tersinisku untuk mereka "Kenapa muka kalian begitu? kaget?" wajah mereka berdua memucat, dari suara mereka aku bisa mengetahui bahwa yang membicarakanku ditoilet kemarin yaa mereka berdua ini.

"Ehh.. Lili itu ini dia anak koruptor Lil masa dia mau gabung geng lo sih, meskipun dia sepupu Aldric tetep aja itu bakal mencoreng nama baik geng lo" ucap perempuan berambut panjang yang bernama Bianca.

"Bianca.." ucapku membaca nametagnya "Perhatian sekali kau dengan nama baik geng ku".

"Dan kau Mia tadi kalau tidak salah dengar kau bilang Abil itu milikmu? hah yakin sekali kau" perempuan bernama Mia itu menundukkan kepalanya.

"Kenapa kalian tidak bicara?" kubentak keduanya "Tadi kalian dengan lancangnya membentak-bentak sahabatku. Ku tanya.. apa salah Monica pada kalian?" mereka tetap diam "JAWAB... ATAU KALIAN AKAN KELUAR DARI SEKOLAH INI" aku emosi dengan orang yang suka membully karna aku pernah merasakan itu semua.

"Lil sabar.." Monica menenangkanku.

"Kau diam saja.. ini urusanku" ucapku pada Monica dan beralih lagi pada dua orang ini "Jangan kalian pikir aku tidak tau kelakuan kalian berdua yaa.. Aku tau kalian berdua itu sering membully murid-murid lain. Aku diam saja karna aku belum pernah melihat langsung tapi sekarang aku melihatnya langsung dan yang lebih parahnya lagi yang kaian bully itu sahabatku".

"Aku tanya pada kalian.. Apa salahnya jika ia masuk geng kami? apa salahnya jika ia anak koruptor? semua orang itu pantas memiliki teman termasuk Monica. Apa kalian bisa memastikan bahwa kalian lebih baik dari orang yang kalian bully selama ini? tidak kan?".

"Ta..tapikan dia anak koruptor Lil" heyy otaknya bebal sekali.

"Iyaa lalu kenapa? toh dia tidak ikut korupsi toh bukan uang mu yang dikorupsi"

"Sudahlah Lil.. aku tidak papa. Lebih baik kita pergi dari sini" Monica menarik tanganku, kami menuju kantin sekolah.

Kami duduk disalah satu kursi yang ada dikantin "Lil sudahlah aku sudah biasa. Daddyku dituduh melakukan korupsi dan sejak itu aku dibully dan dijauhi oleh karna itulah aku pindah ke Indonesia haha ternyata disini juga masih ada yang membullyku" Monica terdiam sebentar.

"Tapi aku menerimanya Lil, mungkin ini balasan atas semua sikapku padamu dulu".

"Tidak Monica.. aku tidak pernah berharap kau mendapat balasan" Monica tersenyum padaku.

"Aku tau kau tidak akan berdoa sejelek itu, terimakasih Lil kau sudah membelaku padahal dulu aku sudah jahat padamu"

"Sudah jangan mengingat masa lalu" ucapku sambil mengibaskan tangan. Bel masuk berbunyi kamipun masuk kekelas masing-masing.

"Lil lo baru dateng?" tanya Ana setelah aku duduk disampingnya.

"Tidak Ana.. aku tadi ketoilet" Ana menganggukan kepala mengerti.

Aku benar-benar tidak fokus pada pelajaran hari ini, kepalaku masih saja pusing. Untunglah bel istirahat cepat berbunyi.

"Ana aku ingin ke perpustakaan, kau dan Alex kekantin saja duluan" ucapku bohong, aku ingin ke uks untuk istirahat.

"Ohh yaudah, lo mau nitip makanan gak? jangan sampai gak makan yaa".

"Haha tidak usah, perutku masih kenyang nanti kalau sudah lapar aku akan kekantin" aku segera berjalan sebelum Alex menghampiriku dan Ana, jika didepan Akex aku gak akan bisa berbohong karna dia sangat mengenalku.

Ku rebahkan diriku diranjang Uks huhh akhirnya aku bisa beristirahat. Saat tertidur aku mendengar suara ramai, kubuka mataku dan melihat diluar ruang uks ada segerombolan anak basket yang sepertinya baru akan memasuki ruang uks.

"Loh Lil lo kenapa disini?" tanya Al, kulihat ada darah segar yang mengalir dari pelipisnya.

Aku berusaha untuk duduk "Kau kenapa?" mengabaikan pertanyaannya.

"Ohh ini?" tanya Al sambil menunjuk lukanya "Hehe gak papa biasa.. gue abis jatoh tadi pas main basket" ucap Al dengan santai.

"Bodoh.. sini bawa kotak p3knya padaku, biar aku yang merawat lukamu" Al menurutiku dan ia duduk disampingku. Kurawat lukanya dan kututup dengan perban. Anak basket yang lain hanya bengong melihatku dan Al.

"Ehh udah kalian balik kekelas aja, kepala gue gak papa" perintah Al pada anggotanya.

"Yahelah ngusir.. mentang-mentang udah diurus sama pacar, yaudah ayo guys kita balik" ucap salah satu anak basket.

"Al bukankah Sean, Vano, Rion dan Abil juga anak basket? kenapa mereka tidak ada?" tanyaku setelah mereka pergi.

"Ohh tadi gue lagi main sama tim cadangan" aku hanya ber ohh ria.

Al menatapku dengan serius "Lo lagi sakit apa?".

"Ehh tidak, aku hanya ingin istirahat di uks bukan sedang sakit".

Al menempelkan tangannya di keningku "Ckk kenapa harus boong sih, lo itu demam. Udah ayo gue anter lo pulang".

Aku menggelengkan kepala "Tidak mau, aku hanya demam sebentar lagi juga sembuh".

"Pokoknya lo harus pulang, ayo gue anter" Al menarik tanganku dan saat berdiri aku seperti berputar.

Al sepertinya menyadari kondisiku, ia berbalik membelakangiku "Ayo gue gendong" ucapnya.

"Al kau yakin? aku berat" tanyaku dengan ragu.

"Udah cepet" ucap Al dengan tidak sabar.

Kami keluar dari uks selama perjalanan ke parkiran kami berdua menjadi tontonan anak-anak yang sedang dikoridor, kusembunyikan wajahku dilekuk leher Al karna malu.

"Al tasku masih dikelas" ucapku setelah sampai dimobil Al.

"Udah gampang, kan ada anak-anak biar nanti mereka yang nganterin tas lo sama tas gue kerumah lo"

Kami sampai dirumahku, Al kembali menggendongku sampai kami masuk kedalam rumah. Ku lihat daddy menuruni tangga dengan terburu-buru menuju kearahku.

"Daddy sudah pulang? kukira dad masih dirumah oma" tanya ku pada daddy.

"Aku tau kau akan pulang lebih cepat, jadi aku memutuskan untuk pulang kerumah" daddy beralih pada Al "Al terimakasih yaa sudah mengantar putriku, dan kenapa dengan kepalamu?"

"Oh sama-sama om, hehe tadi jatoh om" jawab Al. Daddy tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Sugar.. apa kau sudah makan?" ku gelengkan kepalaku sebagai jawaban.

"Kenapa belum?" dad terlihat agak kesal.

"Semua makanan rasanya pahit dad Lil tidak nafsu makan" ucapku sambil merengek.

Dad mengelus rambutku "Tapi kau harus makan sayang, bagaimana kalau aku yang menyuapimu?" aku menganggukan kepala dengan semangat dan senyum mengembang.

"Bi Novi tolong siapkan makanan untuk Lil dan bawa kemari" ucap daddy.

Belum lima menit bi Novi sudah membawakan makanan untukku. Daddy menyuapiku dengan telaten tapi baru enam kali suapan perutku sudah tak kuat lagi.

"Dad sudah Lil sudah kenyang" yahh jika sedang sakit aku lebih memilih makan sedikit dari pada makan banyak nanti malah kumuntahkan.

Daddy sepertinya paham aku sudah tidak sanggup makan lagi jadi dad hanya menurutiku.

"Sekarang kau duduk dulu istirahat nanti baru minum obat, dan kau Al makanlah dulu pasti kau belum makan"

"Haha om tau aja.. iya om Al mah gampang ntar kalo laper tinggal kebelakang"

"Yasudah, Dad kekamar yaa. Kalian berdua ngobrol saja" dad pergi kekamar.

"Lil gue ambil gitar lo ya, lo naroh gitar dimana?" tanya Al setelah dad pergi.

"Sepertinya ada diruang keluarga" Al mengangguk mengerti dan pergi mengambilnya.

Al kembali dengan gitar ditangannya, ia memainkan gitar itu sambil bernyanyi. Kuperhatikan wajahnya yang sangat menikmati lagu yang ia nyanyikan. Bagaimana aku melupakanmu jika kau terus ada didekatku. Al menoleh kearahku yang sedang menatapnya.

Keningnya berkerut "Lo ngeliatin guenya serius banget, kenapa?" tanya Al.

"Ehh aku hanya kagum melihatmu yang sepertinya sangat menikmati lagu yang kau nyanyikan, ajarkan aku bagaimana caranya"

"Haha nih yaa main musik itu gak sembarangan main Lil sama hal nya dengan nyanyi yang gak sembarangan teriak. Setiap musik dan lagu itu ada maknanya" Al terdiam sebentar "Kalau lo mau main musik dan nyanyi lo harus pake hati biar lo bisa masuk ke lagu itu bisa ngerasain pesan yang ada di lagu itu dan akhirnya bisa nikmatin lagunya, dengan gitu yang keluar dari alat musik dan suara lo itu adalah melodi yang indah dan akan membuat orang yang ngedengerin itu menikmati musiknya dan tersentuh hatinya"

Aku tersenyum padanya, aku sekarang tau bahwa melupakan Al bukanlah hal yang mudah.

Al menghela nafas dan menatapku, ia menggenggam tanganku "Lil.. izinin gue" aku menatap Al bingung.

"Izinin gue buat belajar suka sama lo" aku menatap Al kaget ohh pasti aku sedang berkhayal.

******

Nahh loh itu khayalan Lili apa beneran yaa..

Sampai jumpa di part selanjutnya

dada :* :* :* :D


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top