Part 14
Hayyy yang di mulmed cocok gak nih jadi Lil sama Aldric?? respon yaa
Langsung aja deh happy reading and please vomment :)
**********
Lili POV
Kami semua tertawa melihat wajah Al yang memerah.
"Al wajahmu lucu sekali" ucapku sambil tertawa dan setelah bicara kepalaku langsung dijitak olehnya.
"Gak usah ikut-ikutan ngetawain gue deh Lil" Al mengerucutkan bibirnya.
Kucubit pipinya karna gemas "Al kau harus liat di kaca, pipimu memerah seperti tomat".
"Aduh sakit Lil" ucapnya sambil menepis tanganku yang masih mencubit pipinya.
Kami tertawa bersama lagi melihat Al yang bertingkah seperti anak kecil. Aku bersyukur mempunyai sahabat seperti mereka dan rasanya aku mulai ragu akan rencanaku meninggalkan Indonesia.
Ponselku berdering dan terlihat nama kak Bian di layar.
"Assalamualaikum kak, ada apa?"
"Waalaikumsalam Lil ini aku" ohh itu suara daddy.
"Daddy.... Lil kangen" ucapku manja "Ada apa dad?" padahal aku hanya tidak bertemu dad beberapa jam tapi rasanya aku sangat merindukannya.
Terdengar tawa renyah disebrang "Haha miss you too sugar, nanti aku akan ikut menjemputmu kesekolah" sejak kemarin hubunganku dan daddy semakin baik, semoga saja dad bisa secepatnya mengingatku.
"Dad serius??? Wahh Lil senang sekali" ucapku antusias.
"Iya..Yasudah kau baik-baik yaa disekolah. Jangan nakal" aku tersenyum mendengar pesan daddy dan tidak terasa air mataku menetes. Kuusap airmataku yang keluar.
"Yes daddy, Love you dad Assalamualaikum"
"Love you more my sugar, Waalaikumsalam" telfon ditutup. Aku langsung menoleh sahabat-sahabatku yang melihatku sambil tersenyum.
Kutatap Alex dan langsung berhambur kepelukannya "Alex aku senang sekali, hiks kau taukan ini impianku sejak kecil"
Alex mengelus rambutku "Tentu saja aku tau, selamat yaa itu adalah kado atas kesabaran mu" kulepaskan pelukanku dan menatapnya sambil tersenyum.
Alex mengusap air mataku "Sudang jangan cengeng, adikku ini sangat jelek jika menangis" aku memukul bahunya pelan pura-pura kesal dan Alex hanya tertawa.
"Ana lo gak cemburu sama sekali?" tanya Vano. Haha Vano masih penasaran dengan aku dan Alex.
"Haha gak lah, gue itu pacaran sama Alex yaa karna dicomblangin sama Lili" Ana berjalan kearahku dan Alex dan berdiri diantara kami, tangannya merangkul bahuku dan bahu Alex.
"Mereka berdua ini emang beneran udah kaya kakak adek, dan gue bisa liat sendiri selama ini mereka gak pernah lebih dari itu. Gue percaya sama mereka" aku langsung mencium pipi Ana, yaa ia juga sudah seperti kakakku. Ana memang orang yang dewasa dia bukan tipe pencemburu dan karna itulah Alex mencintai Ana.
Aku pernah bertanya pada Alex kenapa ia memilih Ana karna aku takut ia memilih Ana karna aku yang memaksanya, aku tidak mau Ana sakit hati karna itu. Tapi Alex memberikan alasan yang membuatku lega, ia bilang ia menyukai Ana karna Ana itu baik, dewasa, cantik, dan yang pasti Ana mau memahami hubungan persahabatanku dengan Alex.
"Haha iya Ana kau memang tidak usah cemburu dengan Alex dan Lili, mereka itu benar-benar seperti saudara kembar sejak kami masih tk" ucap Monica.
Ponsel Al berdering dan ia pamit untuk mengangkat telfonnya, setelah lima menit Al kembali dengan wajah yang memucat. Telfon dari siapa yang membuat wajah Al begitu ucapku dalam hati. Kami melanjutkan obrolah tetapi Al hanya diam dan menunduk.
Tidak terasa jam pulang sekolah tiba. Aku Alex dan Ana langsung kembali kekelas kami untuk mengambil tas. Aku menyuruh Alex dan Ana menuju Bandara duluan, aku akan menunggu dad dan kak Bian sebentar. Saat menuju pos satpam aku melihat Al cs dan Monica, mereka semua menghampiri kendaraannya masing-masing kecuali Al.
Kulihat wajah Al masih sedikit pucat, kuhampiri ia "Kau kenapa?" ia yang tadinya menunduk langsung mendongakan kepala.
"Lil.. gu.gue gak papa" ucapnya gugup.
"Yasudah kalau tidak ingin cerita" Kulangkahkan kakiku tetapi Al menarik tanganku. Ia terlihat ragu untuk bicara.
"Emm Lil masuk mobil gue bentar mau gak? gue mau cerita" aku tersenyum dan menganggukan kepala.
Kami ada didalam mobilnya, ia menghela nafas "Lil tadi orang suruhan gue nelfon" ucapnya pelan.
"Orang suruhan?" aku tidak mengerti apa maksud ucapan Al.
"Gue nyuruh orang buat nyelidikin keadaan Ara dan tadi orang itu ngabarin kalau..." Al terdiam sejenak "Kalau keadaan Ara makin parah Lil" ucapnya seperti bisikan. Aku kasihan melihat Al begini, ia seperti bukan Al yang kukenal.Sekarang aku tau betapa pentingnya Ara untuk Al, kucoba untuk tersenyum meskipun aku merasa sesak sekali.
"Ara mu pasti sembuh" kuusap bahunya agar ia bisa tenang.
"Gue takut Lil, gue takut banget.. Gimana kalau dia gak bisa bertahan?" suaranya semakin melemah.
"Jika orang-orang terdekatnya saja sudah putus asa apalagi yang mengidap penyakitnya"
Al menatapku bingung "Al mereka yang sakit itu akan semangat untuk berjuang jika melihat semua orang yang ia sayangi yakin akan kesembuhannya. Kau harus yakin Ara pasti sembuh"
"Tapi gimana kalau dia meninggal" aku tersenyum kearahnya.
"Setiap orang pasti meninggal Al yang berbeda hanya waktu dan cara meninggalnya. Jika Ara meninggal itu berarti memang sudah takdirnya anggaplah bahwa dengan ia meninggal ia tak akan merasakan sakit lagi. Lagi pula kau pernah menasehatiku tentang takdir bukan?" Al menganggukan kepala.
"Tapi gue gak siap ditinggal sama Ara, gue sayang banget sama dia"
"Aku juga tidak siap ditinggal mommy, semua orang juga tidak siap ditinggal orang yang disayangi Al"
"Begini saja, kau harus optimis Ara pasti akan sembuh tapi kau juga harus menyiapkan hati jika nanti ada hal buruk yang menimpa Ara" Al menghela nafas dan bersandara di kursi mobilnya.
"Orlando Arsenio Aldric... mana sahabatku yang cerewet, ceria dan sangat menyebalkan itu? ini bukan Al sahabatku, Al sahabatku tidak pernah menampangkan wajah murung seperti ini" ku jawil pipinya dan Al menoleh kearahku.
Ia tersenyum kearahku "Thanks yaa Lil, lo mau dengerin cerita gue" aku menganggukan kepala.
"Oh iya.. bagaimana rencanamu selanjutnya? kau akan menjemput Ara?" Al terdiam dan menghela nafas.
"Gak Lil biarin kaya gini aja, dia sendiri yang milih pergi yahh gue tau sih itu perintah dari mama tapi tetep aja kalau emang dia sayang sama gue harusnya dia gak nyerah gitu aja" kutepuk bahunya.
"Yasudah terserah kau saja"
"Yahh.. Ehh lo lagi nunggu kak Bian sama daddy lo kan?" ucap Al dan aku menganggukan kepala.
"Yaudah yukk gue temenin"
Kami keluar dari mobil dan menunggu mobil kak Bian. Beberapa menit kemudian mobil kak Bian datang. Daddy dan kak Bian keluar dari mobil, aku langsung lari kepelukan daddy.
"Daddy dan kak Bian kok lama?" tanyaku tanpa melepas pelukanku pada daddy.
"Maaf sayang, tadi jalanan sangat macet" ucap dad sambil mengelus rambutku.
"Al terimakasih sudah menemani Lili' ucap dad pada Al.
"Oh sama-sama om. Lagian Al juga gak ada urusan jadi mending nemenin Lili aja kasian kalau dia nungguin sendiri"
"Kau ingin ikut kebandara Al?" tanya kak Bian.
"Ehh gak kak, Al mau langsung pulang aja".
"Oh yasudah kita jalan yaa Al, kau hati-hati dijalan" ucap kak Bian.
Al menganggukan kepala. Aku masuk kedalam mobil, aku duduk dibelakang dengan daddy dan kak Bian menyetir.
Aku merebahkan diri, kuletakkan kepalaku di paha daddy dan dad mengusap rambutku. "Daddy nanti setelah kebandara dad ingin kemana?"
"Hemm kemana yaa.. Lili ingin kemana?" tanya daddy.
"Kemanapun asal dengan daddy" dad menjawil ujung hidungku sambil tertawa.
"Haha daddy princess kita mulai manja" dad mengiyakan ucapan kak Bian. Aku hanya mencibir kearah kak Bian.
------
Bian POV
Pagi ini aku mengambil cuti karna akan mengantar ayah dan bunda kebandara. Aku sedang ada dirumah bersama daddy sedangkan ayah dan bunda ada dirumah oma kami memutuskan untuk bertemu dibandara saja. Papa, mama dan Rio tidak bisa ikut mengantar karna ada urusan.
Aku menghampiri daddy yang sedang duduk dibalkon kamarnya, daddy sedang tersenyum menatap langit.
"Hay dad sedang apa?" dad menoleh dan tersenyum padaku.
"Sedang mengingat mommymu" ucap dad dengan santai.
"Dad sudah ingat bahwa mom sudah pergi?" tanyaku dan daddy menggelengkan kepala.
"Yang ku ingat banyak orang yang mengatakan mommymu sudah pergi, daddy tidak ingat kapan ia pergi dan kenapa ia pergi"
"Daddy pasti akan ingat nanti, jangan terlalu dipikirkan. Dan soal Lil dia adalah adikku dad dia adalah anak daddy"
"Yahh aku tau.. meskipun aku tidak ingat aku bisa merasakannya. Aku sangat menyayanginya, tapi seperti ada rasa canggung karna aku tak ingat sama sekali tentang dia" aku tersenyum pada daddy.
Ku peluk daddy "I miss you dad, sudah lama kita tidak mengobrol seperti ini" dad menepuk-nepuk pungungku.
"Dad juga merindukanmu nak" ucapnya. Kulepaskan pelukakanku lalu aku mengajak dad untuk ikut mengantar ayah dan bunda serta menjemput Lil kesekolah.
"Dad kau ingin menelfon Lil dulu?" dad menganggukan kepala. Aku memberikan ponselku pada dad.
"Waalaikumsalam Lil ini aku"
Daddy tertawa "Haha miss you too sugar, nanti aku akan ikut menjemputmu kesekolah"
"Iya..Yasudah kau baik-baik yaa disekolah. Jangan nakal" aku tersenyum adikku pasti sangat senang ucapku dalam hati.
"Love you more my sugar, Waalaikumsalam" daddy menutup telfonnya dan memberikan ponselku kembali.
Siangnya aku dan daddy berangkat menjemput Lili, jalanan siang ini sangat macet Lil pasti sedang menunggu kami. Dan benar saja saat sampai disekolah Lil aku melihat Lil sedang menunggu kami bersama Al haha aku ingin meledeknya tapi aku takut ia akan mendiamiku karna kesal.
Kami berangkat kebandara, di mobil Lil sangat manja pada daddy. Sesekali aku melirik kaca untuk melihat Lil dan daddy. Ini adalah pemandangan yang sangat membahagiakan.
Mereka semua sedang menunggu kami, Lil langsung memeluk bunda. "Bunda.. apa bunda tidak bisa tinggal lebih lama?" ucap Lil sedih.
Bunda mengelus rambut Lil "Sayang.. bunda juga ingin sekali, tapi kau tau kan kalau bunda tidak bisa. Jaga diri baik-baik yaa insya Allah saat kelulusanmu kami akan ke Indonesia lagi"
Lil melepas pelukannya dan mengangguk "Baik bunda, bunda juga harus jaga diri.. Lil tunggu bunda disini" Bunda mencium kedua pipi Lil dan kening Lil.
Bunda beralih padaku "Anak bunda yang sudah dewasa dan sangat tampan ini tidak ingin memeluk bundanya?" aku terseyum dan langsung memeluknya.
"Bunda... Bian masih ingin dengan bunda"
"Haha bunda juga sayang.. tapi bunda harus pulang" aku hanya mengangguk pasrah dan bunda menciumku seperti mencium Lil.
"Kak Ares.. Misca pulang yaa kakak baik-baik disini" ucap bunda pada daddy.
"Iya.. jaga adikku yang manja ini yaa" jawab daddy sambil meledek ayah. Bunda mengiyakan omongan daddy.
Sekarang ayah yang berpamitan padaku dan Lil "Ayah pulang yaa.. Bian jaga adikmu baik-baik dan untukmu my princess jangan nakal yaa.. ingat ayah mengawasimu" yahh ayah dan papa memang punya banyak mata-mata untuk mengawasi semua anaknya.
"Ya ya yaa.. sudah Lil bilang kan Lil bukan anak nakal" Lil merajuk pada ayah dan ayah tertawa lalu memeluk Lil.
"Ayah pergi yaa" aku dan Lil menganggukan kepala.
"Kak Ares.. Kevin pulang dulu yaa, insya Allah Kev akan kembali kesini lagi" ucap ayah sambil memeluk dad.
Oma dan Opa tersenyum melihat kedua anaknya yang sedang berpelukan. Sikembar sedang sibuk bicara dengan Alex dan Ana.
"Heyyy Kafka Kahfi ayoo kalian ini sibuk sekali sih. Kalian belum berpamitan pada daddy dan kakak sepupu kalian" ucap bunda yang kesal melihat anaknya sibuk sendiri.
Kafka menoleh "Hehe sorry bun.. kakak sepupuku yang cantik aku dan Kahfi pulang yaa" Kafka mencium pipi Lil. Lili hanya tertawa dan mengangguk. Lalu sikembar berpamitan padaku dan daddy.
Kami semua pulang dari bandara dan menuju rumah oma, tadi opa bilang ingin mengajak kami semua makan malam dirumah.
Setelah sampai rumah opa aku langsung menuju kamar yang selalu kutempati jika sedang menginap, kurebahkan diriku dikasur yang empuk huhhh rasanya sangat nyaman.
Baru saja ingin memejamkan mata ponselku berdering menandakan telfon masuk.
"Yaa Assalamualaikum" ucapku malas.
"Waalaikumsalam. Halo Bian ini nenek" aku langsung bangun dari rebahanku, kulihat nomer yang tertera diponselku huhh nomer tak dikenal. Jika aku tau ini dari nenek sihir aku tak akan mau mengangkatnya.
"Ada apa nek? Bian sedang sibuk" ucapku bohong.
"Dasar tidak sopan, nenek cuma ingin menanyakan kabar daddymu"
"Dad baik nek, sudah kan? Bian tutup ya telfonnya"
"Heyyy tunggu dulu, buru-buru sekali sih. Bian.. hemm nenek butuh uang untuk.."
"Nanti Bian transfer, sudah kan nek? Assalamualaikum" aku memotong ucapan nenek. Untukku uang tak masalah biarkan nenek bersenang-senang dengan kegiatannya sendiri yang terpenting ia tak mengusik keluargaku.
"Wahh makasih yaa cucu nenek memang paling baik, yaa waalaikumsalam" Hahh semoga nenekku bisa berubah sebelum ia dipanggil sang pencipta. Aku menghela nafas dan memejamkan mata.
Aku ada disuatu taman yang indah tapi sepertinya aku belum pernah kemari. Kutelusuri jalan setapak di taman ini dan diujung jalan ada seorang wanita yang sedang membelakangiku. Kuperhatikan dia dan sepertinya ia sadar sedang diperhatikan, ia menoleh padaku dan yahh dia sangat cantik.Tunggu dulu... aku menyipitkan mata untuk meyakinkan diriku sendiri.
"Mommy.. " lirihku dan wanita itu tersenyum padaku.
"Hay anakku" ucapnya masih dengan mata teduhnya.
Aku masih takjub dengan apa yang kulihat ia menggerakkan tangannya menyuruhku mendekat dan aku menurutinya.
"Mom.. Bian tidak salah lihat kan? ini benar mommy kan?" mom tertawa kecil dan mengangguk.
"Tentu saja aku mommymu, kau sudah besar anakku" ucap mom sambil mengelus rambutku.
Aku langsung memeluknya dan menumpahkan tangisku di sana, ini adalah mommy ku.. orang yang selalu memelukku disaat aku menangis orang yang mengorbankan apapun untuk membuatku tersenyum. Mommyku yang sangat kucintai aku tak bisa menghentikan tangisku.
Mom mengelus bahuku seperti biasa ketika aku menangis, ia mengecup kepalaku "Anak laki-laki mommy tidak boleh menangis, hapus air matamu nak"
"Mom.. Bian sangat merindukan mommy"
"Haha mom tidak pernah kemana-mana sayang. Mom selalu ada dihatimu"
"Tetap saja mom, aku tidak bisa memeluk mom lagi"
"Kalau kau ingin memelukku, peluklah aku dengan doa-doa sayang"
Aku menganggukan kepala "aku selalu mendoakanmu mom".
"Mom apa kau tau kondisi daddy"
Mom menghela nafas "aku tau nak, aku juga sedih. Apalagi melihat perjuangan putriku tapi aku bangga padanya yahh dia mendengarkan pesanku padanya dia selalu menjadi anak yang bisa kubanggakan"
"Pesan apa mom?"
"Nanti kau tanyakan saja padanya nak" ucap mom sambil menunjukan senyum yang selalu membuat hatiku damai.
"Bian mom ingin bicara nak" mom terdiam sebentar "Jangan benci pada nenekmu, sejelek apapun sifatnya ia tetap nenekmu. Bersikap sopanlah padanya, kau harus menuntun ia kejalan yang benar bukan malah membencinya"
"Aku sudah angkat tangan mom dengan sikap nenek, hatiku dan Lil sudah terlalu sakit dengan semua sikap nenek" ucapku.
"Maafkan dia sayang, yakinlah bahwa suatu saat nanti ia akan berubah"
"Kapan mom? dia sekarang sudah tua dan sikap menyebalkannya itu semakin menjadi-jadi" aku menjambak rambut kesal.
"Saat cahaya terang menerangi dan meluluhkan hati nenekmu, tidak lama lagi anakku. Meskipun harus ada orang yang menjadi korban untuk membuatnya berubah" ucapan mom membuatku bingung.
"Maksud mom apa?" tanyaku.
Mom tersenyum "Bukan apa-apa nak, jadi kau ingin memaafkan nenekmu kan?"
Aku menghela nafas "Baiklah aku akan mencoba memaafkannya"
"Itu baru anakku" mom mengelus rambutku.
"Bian.. sekarang kau sudah dewasa dan mom sangat percaya kau bisa diandalkan untuk menjaga adikmu dan daddymu. Jaga mereka sayang.. bahagiakan mereka"
"Pasti mom, Bian akan menjaga dan membahagiakan mereka sekuat yang Bian bisa" ucapku dengan mantap.
"Ohh yaa khususnya untuk adikmu, tolong jaga dia sebisamu bahagiakan dia semampumu aku takut waktunya tak akan lama lagi" aku mendongak kaget.
"Baiklah Bian mom harus pergi, jaga dirimu yaa" Mom melangkah menjauh aku ingin mengejarnya untuk bertanya apa maksud ucapannya tapi kakiku tidak bisa bergerak akhirnya aku hanya bisa memanggil mommy.
"Bian bangun nak Bian.." Aku terbangun dan melihat oma.
"Kau mimpi apa?" ucap oma panik.
Aku menghela nafas "Aku hanya memimpikan mommy, mungkin aku sedang merindukannya oma" ucapku sambil berusaha untuk tersenyum, mimpi itu terlihat nyata.
"Oh iya oma, Lil dimana?" aku penasaran akan arti mimpiku.
"Di kamar sebelah dengan Ana"
"Baiklah aku kekamar samping yaa" kukecup pipi oma.
Kamar samping tidak ditutup dan kulihat Lil dan Ana sedang mengobrol disofa kamar.
"Lil.. kakak ingin bicara sebentar. Ana.. kakak pinjam dulu yaa Lilnya"
"Oh iya kak ambil aja" jawab Ana dan aku tersenyum.
Aku dan Lil berjalan kearah balkon. Kami duduk dikursi santai, Lil menatapku penasaran. Aku menatap wajahnya apa mimpiku itu adalah firasat, bukankah mimpi hanyalah bunga tidur.
"Lil aku ingin bertanya tentang mom"ucapku to the point.
Lil menganggukan kepala "Tanya saja kak" ucapnya.
"Apa mom mempunyai pesan untukmu?" tanya ku dan ia sempat mengernyit bingung tetapi sepertinya ia langsung mengerti pertanyaanku. Ia menyodorkan ponselnya kearahku dan aku menatapnya dengan tatapan bertanya.
"Disini ada video mom yang isinya pesan-pesan untuk Lil kak" aku terkejut, mimpi itu apa iya tadi mom benar-benar mengunjungiku.
Ku putar video itu dan selama memutarnya air mataku menetes, disini aku melihat betapa besarnya kasih sayang mommy untuk kami semua. Pesan mom untuk Lil begitu indah, setelah video itu selesai aku langsung mendongak kelangit. Kau benar mom Lil adalah anak yang bisa kau banggakan, aku bahkan sangat bangga padanya. Tapi mom apa maksud ucapanmu yang terakhir.
Lil menghapus air mataku yang jatuh "Kak Bian tau dari mana mom pernah memberiku pesan?".
Aku tersenyum dan menariknya kepelukanku "Feeling honey" kuusap rambut panjangnya. Jangan ambil dia kumohon aku belum bisa memberikan kebahagiaan untuknya, aku berdoa dalam hati. Entahlah perasaanku menjadi tidak enak. Ucapan mom yang terakhir terus terbayang diotakku.
*******
Nah lohh Lil bakalan kenapa yaa...
Part selanjutnya mau POVnya siapa nih?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top