Part 10

Nih hadiah hari minggu dari aku :)

happy reading yaa ini udah lebih panjang dari part sebelumnya.

jangan lupa vottenya ;)

********

Lili POV

"Aunty Fandra kembali?" ohh firasatku sangat buruk tentang ini.

"Iya tapi kau tak perlu kawatir, aku sudah menyewa mata-mata untuk mengawasinya" ayah menenangkanku tapi tetap saja aku kawatir aunty Fandra adalah orang yang licik seperti nenek. Hah jika mereka digabungkan mungkin akan menjadi duo licik yang hebat.

"Baik yah, tolong pastikan bahwa aunty Fandra tak akan bisa mendekati keluarga kami lagi"ucapku.

Ayah tersenyum dan memelukku "Tentu saja, akan ku pastikan ia tak akan bisa menyentuh keluarga kalian" aku tersenyum dan kami turun kebawah.

Malam ini Oma dan Opa datang untuk menginap karna disini ada Ayah dan Bunda. Mereka semua berkumpul diruang keluarga termasuk daddy, sedangkan aku duduk di taman belakang untuk merenung.

"Mommy apa kau melihatku dari atas sana?"aku menengadah kepala.

"Mom kata ayah, aunty Fandra kembali ke Indonesia. Bagaimana kalau ia mendekati daddy mom? bagaimana kalau ia berhasil menghancurkan keluarga kita?" aku menghapus air mataku yang mengalir.

"Mom jujur saja, aku masih merasa bahwa setiap ucapan aunty Fandra itu benar meskipun kak Bian bilang jangan dengarkan omongannya. Jika saja mom melepas Lili pasti mom akan berada disini dan hidup bahagian dengan dad dan kak Bian. Itu adalah fakta yang menghantui hidup Lil selama ini mom" aku menatap langit yang penuh bintang.

Drrrtttttt...Drrrrtttttt...

Aku melihat ponselku dan terlihat nama Al dilayarnya. Aku menekan tombol hijau.

"Halo Lil besok kita latihan sore yaa jam 4, jangan sampe telat lo" ucap Al disebrang.

Aku berdeham untuk meredakan suaraku yang serak karna menangis "Iya Al aku akan berusaha untuk tepat waktu" ohh suaraku ternyata masih serak.

"Lil suara lo serak, lo abis nangis ya?"

"Tidak Al aku hanya sedang sakit tenggorokan"ucapku bohong.

"Gak usah bohong sama gue, gue kerumah lo sekarang. 30 menit lagi gue sampe" Loh untuk apa dia kerumahku. Belum sempat bertanya telfon itu sudah ditutup.

"Dasar bodoh, seenaknya saja sih" aku menggerutu kesal tapi akhirnya tersenyum.

"Mom sepertinya aku menyukai Al, tapi ia tak mungkin menyukaiku" Ohh aku tak boleh membentuk luka baru seharusnya aku harus sadar bahwa Al hanya menganggapku sahabat.

"Kau harus fokus pada daddy Lil, yah benar fokus pada daddy" aku mengucapkan kata itu berkali-kali.

Tiga puluh menit kemudian Al datang dan ia menghampiriku, mungkin bi Novi yang memberi tahu bahwa aku sedang disini.

Al duduk disampingku "Lo kenapa nangis?" ucapnya to the point.

"Aku tidak menangis, sudah kubilang bukan?"

"Lil mata lo bengkak gue tau lo nangis jadi mending lo cerita sekarang atau kalo lo tetep gak mau ngaku, gue bakal paksa lo buat ngomong" suara Al tegas dan tak terbantahkan

"Huhhh baiklah aku memang tadi menangis, aku merindukan mom"ucapku bohong aku belum siap membuka luka itu.

"Lo yakin cuma masalah itu yang bikin lo nangis?"Al menyipit curiga padaku.

"Yahh aku hanya merindukan mom, wajar bukan?"aku harus meyakinkan Al. Dia tersenyum dan mengacak rambutku.

"Lo itu bikin gue panik tau" aku menaikan alisku tapi tak bertanya apa-apa.

"Gue tau gue bukan Alex yang selalu ada buat lo, gue cuma Aldric orang yang paling sering bikin lo kesel. Tapi gue tetep sahabat lo, jadi lo bisa bagi kesedihan lo sama gue" kata-kata Al mengalir dan aku menyukai sifat perhatiannya.

"Al boleh aku meminjam bahumu? aku butuh sandaran sekarang"entah keberanian dari mana yang merasuki ku. Al menganggukan kepala dan tersenyum.

Aku bersandar dibahunya "Sejak kecil aku sudah ditinggal mom, dad ku juga sakit bahkan tak ingat denganku dan kak Bian dingin padaku. Bukankah seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula?" aku tersenyum getir dan menerawang.

"Disaat anak-anak kecil usia lima tahun sedang asik bermain dengan ayah dan ibunya aku hanya berdoa supaya nanti aku bisa seperti mereka. Rasanya sakit Al, untunglah ada papa, mama, ayah dan bunda yang sudah seperti orang tuaku" air mataku kembali mengalir.

"Dan rasa itu semakin sakit karna ada orang yang bilang bahwa mom pergi karna aku. Mom pergi karna melahirkanku, ia bilang dad begini semuanya karna aku dan dad tak mengingatku karna daddy membenciku Al hiks hiks Apa salahku hiks hiks"tangisku pecah karna mengingat kata-kata menyakitkan itu.

"A..Aku waktu itu hanya anak kecil yang mengharapkan keluarga yang utuh, tapi aku justru mendapatkan fakta itu. Fakta yang membuatku selama ini dihantui rasa bersalah"

Flashback on

Sore hari ada seorang anak perempuan dan anak laki-laki yang sedang duduk dikursi taman kecil yang indah. Mereka adalah Lili dan Bian, dua anak kecil yang sedang merindukan kasih sayang kedua orang tua kandungnya.

"Kak aku lindu mom, ayo kita beltemu mom" Lili kecil merengek pada Bian.

"Jangan merengek Lil, mom itu sudah pergi jadi kita tak bisa bertemu dengannya" ucap Bian dengan cuek untuk menutupi rasa sedihnya. Sesungguhnya Bian juga sanfat merindukan momnya.

"Pelgi kemana? Lil ingin menyusulnya kak Lil tidak suka disini" Bian menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya yang suka merengek ini.

"Ketempat yang tidak bisa disusul, jadi kau tidak akan bisa menyusulnya. Lagi pula kenapa kau tidak suka disini?"

"Daddy tidak kenal Lil kak, dad diam setiap Lil ajak bicala. Lil kesal pada daddy"ucap Lil polos.

Bian menghela nafas "Dad sedang sakit Lil, kau tau itu kan?".

Lil ingin menjawab pertanyaan Bian tetapi ucapannya terputus oleh suara wanita setengah baya yang tiba-tiba datang menghampiri mereka berdua.

"Hayy calon anak-anak aunty"sapa wanita cantik itu sambil merentangkan tangan.

"Calon anak?" alis Lil bertautan karna bingung.

"Iya Lili cantik, aku adalah calon mommy baru kalian. Jadi belajarlah untuk menghormatiku dan menyayangiku. Kalian juga harus segera melupakan mommy kalian yang sudah pergi itu" ucap Fandra dan itu membuat kedua anak itu semakin bingung.

Bian membuka suara "Apa maksud aunty?mommy kami itu hanya satu dan ia sudah pergi"

Fandra tersenyum kearah Bian "Yaa aku mengerti mom kalian itu hanya Malika, tapi tidak lama lagi kalian akan memiliki mom baru dan itu adalah aku" ucap Fandra percaya diri.

"Tapi Lil tidak mau mommy baru, aunty pelgi saja sana"Lili mengusir Fandra.

"Ohh kenapa kau tak suka aku sayang? aku ini jauh lebih cantik dari mommy mu dan jika kau mau jadi anakku aku akan memberikan semua yang kamu mau" Fandra bersedekap didepan Lili.

"TIDAKKK, Lil tidak mau mom digantikan. Aunty lebih baik pelgi dali sini karna Lil tidak suka melihat muka aunty" Lili kesal dengan orang yang berdiri didepannya ini.

Fandra kesal kepada Lili "Lili sayang kau tau tidak kenapa mommy mu pergi?itu semua karna kamu Lili. Mom mu itu pergi karna harus melahirkanmu, dan kau tau kenapa daddymu sakit? itu karna dia kehilangan istrinya hanya untuk melahirkan kamu. Kau lihatkan daddymu tidak mengenali kamu itu karna dia sangat membencimu"

Lili terperengah mendengar ucapan Fandra ia memang masih kecil tapi ia mengerti semua yang dibicarakan Fandra. Itu pukulan telak untuk batin Lili. Hatinya hancur mendengar mommynya pergi karna dirinya sendiri.

"Tapi kata kak Bian mom pelgi saat umul Lil tiga tahun bukan saat melahilkan Lil"ucap Lili berusaha mengelak dari fakta menyakitkan itu.

"Yahh memang iya, tapi dia itu pergi karna sakit dan jika ia tak memaksakan diri untuk melahirkan kamu pasti dia masih didunia ini. Ohh tapi aunty berterima kasih padamu sayang, karna kamu Malika meninggal dan aku bisa menggantikannya"

Lili sudah tidak bisa berkata-kata lagi, Mommynya sakit itu informasi baru baginya. Yang ia tahu mommynya pergi saat ia berumur tiga tahun saja, ia tak pernah diberi tahu apa alasan momnya. Jadi ini alasannya, Lili tersenyum getir.

"Tapi tenang sayang, jika aku nanti menjadi mommymu aku akan membelamu. Aku akan membujuk daddymu agar ia tidak membencimu lagi" Fandra tersenyum kearah Lili yang masih menatap nanar.

"CUKUP!!! Lil kita pulang, jangan dengarkan aunty Fandra" Bian segera buka suara setelah pulih dari kagetnya. Ia juga kaget mendengar ucapan Fandra.

"Kak apa kakak juga benci Lil?" suara Lili bergetar karna menangis.

"Kau ini bicara apa, sudah ayo pulang" Bian menggendong Lil dipunggungnya.

"Aunty sebaiknya jauh-jauh dari kami. Aku akan adukan semua perbuatan aunty pada opa dan oma" Setelah itu Bian dan Lili pergi meninggalkan Fandra yang sedang menatap sinis kepada kedua anak itu.

Flashback off

Aku menyelesaikan ceritaku, Al hanya diam dan mengusap rambutku dan itu membuatku mengantuk sampai tak terasa aku tertidur dipundaknya. Satu jam berlalu setelah aku tertidur, kulihat ia sedang memainkan game diponselnya.

"Maaf aku tertidur, apa pundakmu pegal?"

"Haha lumayan sih tapi bentar lagi juga pegelnya ilang"ucap Al.

"Lil dengerin gue, lo gak boleh nyalahin diri lo sendiri. Lo inget video yang nyokap lo bikin buat lo kan? kalau dia liat lo nyalahin diri lo sendiri pasti dia sedih banget Lil. Nyokap lo pergi itu karna emang waktunya didunia ini habis karna perantara penyakit dan kebetulan penyakit itu datang pas nyokap lo hamil lo. Semua udah diatur di buku Lil dan buku itu namanya takdir"

Aku tersenyum "Kau benar Al, ini semua memang sudah ditakdirkan". Al tersenyum dan mengacak rambutku.

Al menghela nafas "Lo udah tau kan kalo lo itu gak sendiri, lo punya banyak sahabat yang akan selalu ada buat lo" aku menganggukan kepala dan tersenyum.

"Thanks Al" dan Al hanya mengangguk. Al pamit untuk pulang karna sudah larut malam ia juga mengingatkanku untuk latihan besok. Setelah mengantarkannya kedepan aku masuk kerumah dan langsung kekamar daddy.

Daddy sudah tidur dan aku menyelinap keselimut untu tidur bersama daddy. Aku mengusap pipi daddy, doaku setiap hari harapanku sepanjang tahun masih sama aku ingin daddy sembuh. Aku ingin daddy kembali padaku dan kak Bian.

"Daddy cepatlah sembuh, aku takut waktuku didunia ini habis sebelum kau sembuh" air mataku mengalir.

-------

Nadin POV

Malam ini kami berkumpul diruang keluarga tapi cucuku Lil tidak bergabung, ia memilih menyendiri di taman belakang. Wajar saja ia baru mengetahui bahwa Fandra datang ke Indonesia. Hah wanita itu memang sejak dulu terobsesi dengan Ares. Ia mengalahkan segala cara untuk mendapatkan Ares tetapi selalu gagal. Saat Ares belum menikah dengan Malika ia selalu menggoda Ares dan saat Ares menikah ia selalu berusahan memisahkan Ares dengan Malika.

"Mommy kenapa melamun?" ucap Kevin, anak ketigaku ini sedang berkunjung ke Indonesia.

"Tidak sayang, aku hanya memikirkan Lili" aku mengungkapkan kekawatiranku.

"Biarkan ia menenangkan pikirannya mom" aku hanya menganggukan kepala.

Bel pintu berbunyi dan aku bergegas membuka pintu, terlihat wajah Al teman Lili.

"Al ya? mencari Lili?" anak itu tersenyum ramah padaku dan menganggukan kepala.

"Iya oma ini Al temannya Lili, Lil ada dirumah oma?" aku mengajaknya masuk dan langsung menyuruhnya ketaman belakang.

"Sepertinya cucuku punya hubungan khusus dengan anak ini" aku bergumam dan tersenyum.

Tengah malam aku terbangun dan memutuskan untuk mengecek kamar Ares. Setelah membuka kamarnya aku melihat Lili tidur dengan Ares. Ku usap kepala cucuku ini.

"Sayang... oma yakin kamu kuat menjalani semua. Cucu oma itu hebatkan? oma akan selalu bersamamu nak" aku mengecup kening Lili. Ku elus pipinya yang basah, pasti ia tadi menangis.

"Ares anakku... kau harus sembuh. Lihatlah perjuangan anakmu sayang" aku mengelus rambut Ares dan mengecup keningnya.

Pagi ini meja makan sangat ramai. Terlihat sikembar sedang bercanda dengan Lil, aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkahlaku cucu-cucuku itu.

"Hay sudahlah, kalian ini sedang dimeja makan jadi jangan bercanda" ucapku memotong kegiatan mereka.

"Baiklah oma cantik, kami akan jadi anak yang manis untuk oma" ucap Kafka dan Kahfi bersamaan.

"Heyyy kalian ini.. bahkan oma juga digoda. Astaga kalian semakin parah haha"Lili menanggapin ucapan sikembar.

"Sudah-sudah habiskan dulu sarapan kalian baru bercanda lagi" potong Arsen suamiku.

Sore ini Lili izin untuk pergi kerumah Al untuk belajar musik, aku memutuskan untuk mengantarnya karna kebetulan aku ingin mengenal keluarga anak itu. Kami sudah berada didepan pintu rumahnya.

Lili mengetuk pintu itu dan tak lama keluarlah wanita yang kukenal. "Loh Dania? kamu ibunya Al?" dia adalah Dania istri dari kolega bisnis suamiku.

"Ohh bu Nadin.. iya bu saya mamanya Al" aku berpelukan dengannya yahh kami memang akrab.

"Mari silahkan masuk" aku dan Lili masuk dan duduk diruang tamu.

"Bi inah tolong buatkan minum untuk tamu kita"teriak Dania.

"Tante.. Al dimana ya?" tanya Lil.

"Ada dikamarnya sayang, mungkin sedang tidur. Kamu kekamarnya aja gih bangunin dia, kamarnya diatas yang pintunya warna hitam" Lili mengangguk dan pergi keatas.

"Lili sudah sering kesini?" tanyaku setelah Lil pergi.

"Ohh tidak bu Nadin ini yang ke tiga kalinya"ucap Dania.

"Haha sepertinya dia akrab sekali denganmu" yah Lili terlihat akrab dengan Dania.

"Yah begitulah bu, sejak pertama bertemu dengannya aku sudah menyukainya. Ia ramah dan baik"aku tersenyum mendengar ucapan Dania.

"Bagaimana kabar daddynya Lili bu? Lili bercerita pada kami sekeluarga tentang kondisi daddynya" aku kaget mendengar itu. Biasanya Lil selalu menutupi kehidupan pribadinya.

"Oh begitulah Dania, belum ada perubahan. Doakan saja agar anakku cepat pulih"

Tak lama Lili dan Al muncul dari arah tangga dan mereka izin untuk belajar alat musik. Selama Lil latihan aku berbincang-bincang dengan Dania. Yah kami memang sering begini jika sedang menunggu suami-suami kami yang sedang rapat.

Sebelum magrib Lili sudah selesai latihan dan kami berpamitan untuk pulang. Kami sampai dirumah dan kulihat didepan ada mobil cucuku Rio, sepertinya semua sedang berkumpul.

"Assalamualaikum" aku dan Lil memberi salam dan semua kepala menoleh kearah kami.

"Oma dan Lil dari mana saja sih? lama sekali perginya" protes Rio.

"Memangnya kenapa Rio?" cucu-cucuku ini memang manja kecuali Bian yahh takdir yang membentuk hidupnya untuk mandiri dan bersikap dewasa paling hanya sesekali ia bersikap manja jika ia sedang lelah bersikap dewasa.

"Aku kangen oma, kitakan sudah tidak ketemu seminggu" aku menggelengkan kepala melihat tingkahnya.

"Heyy kak sadarlah umurmu sudah tua, tidak pantas untuk merajuk seperti anak kecil begitu" Lil meledek Rio dan mereka berakhir dengan saling melempar bantal.

Malam ini aku dan suamiku pulang kerumah karna semalam kami sudah menginap dirumah ini. Aku berpamitan pada semuanya.

"Arsen apa tidak sebaiknya kita berikan ponsel Ares pada Lili? mungkin dengan itu kesedihannya bisa berkurang. Dia bisa melihat betapa ia disayangi oleh mommy dan daddynya" aku mengucapkan itu saat kami ada didalam mobil karna teringat semalam saat mengelus pipi Lil yang basah.

"Tidak Nadin, jika ia melihat kumpulan Video itu aku takut ia akan semakin sedih karna kenangan indah itu tak akan terulang. Biarkan seperti ini aku tau dia kuat. Nanti jika Ares sudah sembuh baru kau boleh memberikannya"

"Tapi dia berhak melihat kenangan indah dengan orangtuanya. Sadarlah Arsen ia mempunyai kenangan indah disaat ia belum mengerti apa-apa. Dia sama sekali tidak ingat kasih sayang orang tuanya. Biarkan ia melihat itu semua" Lili ditinggal Malika sejak umurnya tiga tahun dan itu adalah awal dari cobaan-cobaannya.

"Lalu membiarkan ia hidup dalam kenangan semu itu? aku tidak mau Nadin aku takut itu akan membuatnya sakit sepert Ares. Kau tau kan Ares begitu karna apa? karna ia hidup dalam kenangan, baik itu kenangan baik atau buruk itu tetap masa lalu tak akan pernah terulang lagi. Cukup Ares yang seperti itu Nadin" suamiku terlihat prustasi.

"Tapi kenangan baik itu juga bisa membantu banyak orang untuk bangkin dari jatuhnya Arsen. Lili butuh itu dia butuh untuk bangkit saat dia terpuruk. Karna dengan melihat kenangan itu ia akan terus berusaha membuat daddynya sembuh agar bisa menciptakan kenangan baik lagi untuknya dikehidupannya nanti" aku berusaha meyakinkah Arsen.

"Huhh sudahlah Nadin aku lelah, aku tetap pada keputusanku" aku mengerti keputusannya, yahh ia pasti sangat mengkhawatirkan Lili.

********

Wuahh otakku akhir2 ini rada ngandat nih gara2 banyak tugas dari kampus.

Buat readers tetep setia nunggu Love you daddy yaa :* :* :*

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top