ILU_BS.9 // Pengganggu

Fira akhirnya selesai merapikan apartemennya seorang diri. Meski masih belum banyak yang ia bongkar setidaknya apartemennya bersih dan nyaman untuk di tinggali.

Entah sudah berapa kali ia menghembuskan napasnya hari ini. Tenggorokannya seperti tercekik, bernapas saja kenapa harus sesulit ini? Sebegitu beratnya kah ia keluar dari rumah Adrian?

"Aku datang," sebuah suara mengusik lamunan Fira.

"Kau bawa pesananku?" tanya Fira.

"Taraaa," Galuh mengangkat tinggi dua kotak pizza di tangannya dan satu kantong plastik berisikan minuman dingin dan camilan lainnya.

"Thanks. Aku lapar sekali." Fira mengambil alih kotak pizza dari tangan Galuh, membawanya ke meja, ia duduk di sofa yang masih berbungkis plastik. Ruang tamu terlihat sedikit berantakan karena ada beberapa kardus.

"TV lo udah berfungsi kan?" tanya Galuh. Fira mengangguk, ia sibuk dengan potongan pizza yang sudah siap masuk ke dalam mulutnya.

"Aku juga mau." Galuh meraih satu potong pizza.

"Apartemenmu bagus banget sih, ini pasti mahal." ucap Galuh.

"Lumayan."

"Apa saja yang belum dibereskan?"

"Tinggal menatanya saja, oh ya...ada beberapa barang-barang kecil di dalam dus itu." tunjuk Fira.

"Alhamdulillah." seru Galuh.

"Dasar, gak setia kawan." cibir Fira. Ia sudah melahap potongan ketiga pizzanya.

"Kamu kan tahu aku sibuk."

"Sibuk pacaran." sinis Fira.

"Nah itu tahu..." seru Galuh.

"Oh ya, si bos cakep Dion apa kabar?" tanya Galuh.

"Nanya aku?" Galuh mengangguk semangat.

"Tanya orangnya aja gih, aku bukan sekretarisnya dan gak minat tentang tu bocah."

"Bocah?" ucap Galuh.

"Si bocah sialan yang sok-sok mau kenal, bilang suka atau apalah. Padahal dia tidak tahu apa itu cinta?"

"Dia keren juga loh." puji Galuh.

"Biasa aja." ujar Fira.

Bohong.

Galuh membelalakkan mata tidak percaya. "Biasa aja? Dia luar biasa." seru Galuh.

"Dari mananya luar biasa?" ucap Fira cuek.

Ciumannya.

Fira menggelengkan kepalanya cepat, kembali meraih pizza keempatnya.

"Kenapa geleng-geleng kepala? Apa yang kamu pikirin?" tanya Galuh curiga.

"Mikirin pertanyaan konyolmu. Sudah makan aja tu pizzanya. Ngomong terus kayak kereta api."

"Resek," kata Galuh.

"Memangnya kamu masih mikirin Adrian? Kamu masih cinta sama dia?" tanya Galuh hati-hati.

Lagi Fira menghembuskan napasnya berat. Tanpa menjawab pun Galuh tahu jawabannya. Mereka diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Jika cinta ini belum ingin pergi, biarkan saja meski tak berbalas. Jika suatu saat ada cinta sejati untukku, biarkan dia datang dengan caranya." ucap Fira memecah keheningan.

"Aku tahu kamu orang yang kuat, dan kamu bukan orang yang mudah patah semangat. Apapun masalah yang kamu hadapin, ada aku yang siap membantumu." ucap Galuh.

"Terima kasih nona." ucap Fira menatap Galuh dengan malas.

"Serius." Seru Galuh. "By the way aku nginap di sini." kata Galuh.

"Kenapa?"

"Males di rumah. Lagi berantem sama abangku." keluh Galuh.

"Seperti biasa."

"Kali ini beda." ucap Galuh.

"Apanya? Kalian itu udah kayak anjing dan kucing tahu gak?" ejek Fira.

"Dia anjingnya, aku kucingnya." ujar Galuh selanjutnya membuat Fira tertawa.

***

"Kek, aku gak mau." Dion melepas sendok di tangannya.

"Kakek tidak memintamu menikah sekarang. Kakek cuma minta kamu jalan dulu sama dia. Istilah zaman now itu pedekate." ujar kakek Winata santai sambil menikmati makan malamnya.

"Jalan? Memangnya dia gak bisa jalan? Apa harus aku papah begitu?" ucap Dion sinis.

"Itu juga ide bagus." ucap kakek Winata santai.

Maria dan Andy hanya bisa menggelengkan kepala melihat dua pria beda generasi itu.

"Terserah kakek." ucap Dion akhirnya.

"Bagus." kata kakek.

"Tapi aku gak janji."

"Memangnya kamu sudah punya kekasih nak?" tanya Maria.

"Akan, ma." jawab Dion.

"Jalani saja dulu, sambil memilih mana yang terbaik." ucap Andy.

Dion diam saja, melanjutkan kembali sarapannya. Tiba-tiba Dion merindukan gadis jutek itu. Dion tersenyum senang, membayangkan pertemuan mereka nanti.

Andy dan Maria tersenyum melihat putra mereka yang sedang senyum-senyum sendiri. Mereka sudah bisa menebak, bahwa putra mereka sedang jatuh cinta.

"Jangan senyum-senyum sendiri kayak orang gila." sahut Kakek.

Dion mendengkus, "Kakek makan saja." ucap Dion kesal.

Dion berangkat ke kantor dengan hati berbunga-bunga. Ia bahkan menggelengkan kepala membayangkan bagaimana rupa hatinya seperti toko bunga.

Di kantor Dion melanjutkan pekerjaan yang tertunda kemarin. Memeriksa kembali berkas-berkas yang berhubungan dengan proyek yang akan di tanganinya.

Di tengah kesibukannya sebuah pesan di masuk. Dion membaca pesan masuk.

From : Rere

Hai, lagi sibuk?

Dion menaikkan alisnya. Ia lupa kalau sudah berbagi nomor dengan gadis itu.

To : Rere

Hai juga, iya. Aku lagi di kantor. Dan ya...lumayan sibuk. Ada apa?

Dion kembali berkutat pada pekerjaannya. Ia mendengar beberapa pesan masuk namun mengabaikannya.

Ia harus segera menyelesaikannya, supaya bisa pulang lebih cepat. Rencananya, ia akan menjemput Fira dan mengajak gadis itu makan malam di luar. Tidak semudah yang di rencanakannya memang. Sejak kapan rubah betina bisa di jinakkan dengan mudah.

Dion menyeringai, jangan sebut Dion si playboy kampus jika ia tidak berhasil.

Dion merapikan meja kerjanya. Ada beberapa hal yang belum di selesaikannya, tapi itu bisa menunggu. Dion membuka line_nya, ada beberapa balasan dari Rere.

From : Rere

Maaf mengganggu.

From : Rere

Apa kita bisa keluar? Makan atau apa?

From : Rere

Eyang bilang, aku bisa minta tolong padamu jika aku ingin keluar.

From : Rere

Maaf, eyang hanya khawatir cucunya gak gaul karena selalu berada di rumah. Dan eyang bilang...dia percaya padamu.

Dion membaca pesan Rere satu persatu. Apa eyangnya Rere dan kakeknya bersekongkol?

To : Rere

Gak apa-apa. Jika aku ada waktu kosong. Aku akan menemanimu.

Setelah membalas pesan Rere. Dion keluar dari kantornya. Setelah menghubungi Galuh, Dion langsung menuju kantor Fira. Dion sangat senang dengan dukungan Galuh, ia semakin semangat mendekati Fira.

"Hai cantik." sapa Dion berdiri di depan pintu ruang kerja Fira. Di tangannya ada sebuket mawar merah yang sangat indah.

Fira mendongak, menggelengkan kepala kemudian kembali fokus pada berkas di tangannya.

Tanpa di persilahkan masuk Dion mendekati meja Fira. Menyodorkan buket bunga itu di depan wajah Fira hingga menghalangi pandangan Fira pada berkasnya.

"Minggir." ucap Fira seraya menggeser buket itu dari hadapannya.

"Tidak baik menolak pemberian orang." ucap Dion.

"Kalau mau memberi. Memberilah pada fakir miskin." ucap Fira dingin.

"Aku kira kamu gak peduli sama orang lain." kata Dion.

"Aku menyarankannya padamu bukan berarti aku senang melakukannnya. Aku hanya mengingatkanmu supaya tidak salah sasaran. Beramallah pada tempatnya kalau mau jadi dermawan." kata Fira sinis.

Dion menyeringai membuat Fira menatapnya tajam.

"Siapa bilang aku salah sasaran?" kata Dion dengan tingkat keyakinan super tinggi.

Fira meraskan dadanya berdebar kencang. Apalagi yang akan di katakan bocah sialan ini batinnya.

"Kamu adalah orang yang tepat. Kamu miskin hati, rasa simpatimu pada orang lain tidak ada. Aku datang padamu, memberikanmu hatiku agar hatimu tidak lagi sekeras batu, membagi rasa simpatiku agar kamu juga bisa merasakannya. Kurang dermawan apalagi aku, hah." kata Dion dengan wajah mengejek.

Dasar pengganggu geram Fira dalam hati. Harus ada cara, agar ia bisa menjauhkan bocah sialan ini dari hidupnya.

***

Haiiiiiiiii maafkan lamaaaaaaaaaaaaa banget heeeee dan maafkan juga up nya belum bisa panjaaaaaaaaaanggg

Yang jelas Dion sayang kalian 😘

Follow IG : Dewie_sofia









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top