Part 9. What do you mean?
Ps: Aku sempet kesel banget pas tau gak ke save. Bayangin aku udah capek-capek nulis,dan semuanya? Gak ada. Hasilnya nol. Jadi,aku sekarang coba bikin lagi meski masih ada feel nya. Jangan bosen-bosen baca cerita aku yah. Yah,meski masih dikit yang baca. Hiks😂
Itu aja. Oke,happy reading.
*******
- Apa yang kamu maksud? -
Nadira's pov
Terasa sekali ada yang mengusap lembut kepalaku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku untuk bisa melihat siapa yang melakukan itu. Nihil,kepalaku sangat pening.
"Ra,lo kenapa? Kenapa sih lo bandel banget,kan gue udah bilang jangan pulang dalam keadaan hujan,katanya Lo mau nunggu gue di kantin. Tapi apa? Hiks.."
Suara itu?
"Dasar keras kepala! Liat,gue jadi cemas kayak gini. Hiks,ra..bangun gak?" Luna?
Aku melenguh sambil mengerjap-ngerjapkan mataku karena sebuah cahaya putih terlihat sangat mengkilat. Aku memegangi kepala ku yang terasa pening.
"Enggh...." Lenguhku sambil memegangi kepala. Aku menoleh dan melihat siapa yang sedang memegangi lenganku. Ternyata bener dia Luna.
Aku menepis pelan tangan nya. Luna terkejut namun ia kembali tersenyum lebar. "Akhirnya lo bangun juga,pinter banget ya bikin orang cemas" Katanya sambil mengusap air matanya.
Nadira mendelik pelan ia memalingkan wajahnya ke arah lain. Arfa? Kevin? Kedua pria itu sedang menatapku sambil melipatkan kedua tangannya di dada.
Aku menahan napas sebelum menoleh kembali pada Luna. Dia mengerutkan keningnya. "Ada apa? Apa masih sakit?" Iya,ini lebih sakit daripada yang gue kira.
Nadira menggeleng pelan lalu membaringkan tubuhnya kembaali meringkuk di selimut putih. Hujan masih mengguyur kota Bandung dengan deras. "Fa,makasih ya udah nganterin Nadira sampai rumah,gue gak tau kalo misalnya orang lain yang nemuin dia. Gak bakal bisa gue maafin diri sendiri" Oh ya? Emang lo peduli saat lo sama kevin ketawa bareng? Emang lo mikirin gue?
"Dia..emang suka ceroboh" Suara berat kevin membuat ku terhenyak beberapa menit. "Yang penting lo sekarang istirahat jangan mogok makan" Lanjut nya.
Aku menahan tangis sambil menggigit bibir ku. "Apa peduli..Lo?" Tanyaku dengan suara serak.
Semua terhenyak mendengar suara Nadira yang seperti ingin menangis. "Ra,elo--"
"Gue mau tidur,gue gak papa kok" Semua memandangi ku. "Yakin?" Tanya Luna.
Aku mengangguk pelan. Akhirnya Luna,kevin dan Arfa pun keluar dari kamar ku. Namun sebelum itu,aku mengucapkan terima kasih pada arfa. "Fa,makasih. Apa..badan gue berat?" Kekeh ku sambil tersenyum. Arfa menggeleng lalu tersenyum hangat.
Deg.
***
Luna's pov
Nadira. Satu kata buat dia.
Kenapa?
Gue,kevin dan Arfa kini berada dalam satu mobil kevin. Jangan di tanya mobil gue dimana? Gue telepon supir rumah buat ngambil itu mobil. Dan Arfa? Dia emang gak bawa mobil--tapi motor. Itu juga sekarang udah dibawa sama Lucas. Eitt,maksudnya Arfa nyuruh si Lucas idiot itu make motor nya. Biasanya kan itu anak numpang dimobil kevin kalau mobil nya disita sama bokap nya.
"Anterin gue dulu. Gue mau pulang" Luna membuka suara.
Kevin memandangi nya lewat kaca spion. "Gue laper"
Aku menaikkan alisku. "Terus?"
"Temenin gue makan" Jawab nya santai. "Gak,gak" Balasku dengan tatapan tajam.
"Tenang,gue yang bayar" Aku memutar bola mataku. "Bukan itu masalahnya. Pokoknya gue mau pulang" Bentakku.
Arfa yang duduk di sebelah kursi depan terkekeh. "Jangan nokak rezeki lun, jarang-jarang lo dia mau nraktirin kayak gini" Aku mendengus kesal. "Tapi gue gak butuh"
"Di butuh-butuhin aja kalo gitu" Kekeh kevin.
Rasanya aku ingin mencakar dua cogan idiot yang sekarang ada di depannya.
Drtt..drtt..
Aku dan Arfa melirik ponsel kevin yang sekarang menyala. "Angkat bro"
Kevin melirik ponsel nya lalu menekan tombol speaker. "Halo?" Suara di ujung sana.
"Iya,ini siapa?"
"Aku,aku..kennia" Arfa terkekeh pelan mendengar nya. "Wihh,bro cewek lu ya" Kevin menggeleng.
Aku melongo mendengar nya. Ini orang bener-bener ya! Jadi playboy gak kapok-kapok,kena karma aja mampus lu!
"Iya sayang,kamu lagi apa?" Kevin tersenyum lebar saat menjawabnya nya. Arfa memberinya dua jempol tanda ia setuju. 'keren bro'
"Aku,aku terima. Aku nerima kamu jadi pacarku" Balasnya dengan suara malu-malu yang terdengar di ponsel.
Kevin menatap wajah Arfa yang terkekeh geli lalu mengangguk cepat tanda ia setuju. Aku mengacak-acak rambutku kesal lalu membuang muka melihat jalanan Bandung yang sedang di guyur hujan deras. Ia tidak tahu,kevin menatapnya lewat kaca spion di dalam mobil nya--ingin tahu reaksi apa yang di berikan nya? Entah kenapa kevin seperti tertarik dengan gadis yang duduk di belakang jok mobil nya.
Ia menghela nafas. "Oke sayang,jangan lupa jaga kesehatan nya ya,aku sayang kamu" Setelah itu sambungan terputus. Luna yang mendengar nya ingin tertawa terbahak-bahak juga ingin sekali memukul kepala si mr.playboy yang gak ada kapok-kapoknya. Heuh,mungkin itu orang gak akan berubah sampe rambut si Elsa
berwana sekalipun.
***
Aku,Kevin dan Arfa berhenti di sebuah restoran fast food. Rintik-rintik hujan masih setia mengguyur Bandung.
Aku mengekor kedua cogan di hadapan ku yang memilih tempat duduk yang jauh dari keramaian. Semua mata melirik-lirik Kevin dan Arfa dengan tatapan mata berbinar-binar dan tatapan itu gak lama saat para segerombolan wanita beralih menatapku dengan tatapan 'ini cewek cunguk kok bisa bareng sama dua pangeran?'
"Jadi,kalian mau pesen apa?" Kevin membuka buku menu bersampul biru muda. "Gue mah gak usah repot-repot kev,hamburger cheese 2 sama cola nya aja"
Kevin mencibir. "Lu dapet makanan gratis udah kayak gembel gak makan berapa minggu gitu tau"
Arfa hanya cengengesan.
Pandangan nya kini beralih menatapku. "Jadi?"
Aku menaikkan alisku. "Apa?"
"Lu mau pesen apa?"
"Gue gak makan"
"Ga bisa gitu,gue kan udah janji mau traktir lu berdua makan"
"Terus gue harus makan disaat sahabat gue sakit gara-gara gue?"
Kevin terdiam lalu memanggil pelayan untuk mencatat makanan yang mereka pilih.
"Saya ulangi lagi ya,dua hamburger cheese dan satu cola dingin. Blue ocean soda dan macha frappuccino. Di tunggu ya mbak,mas" Setelah mengatakan hal itu,pelayan itu segera pergi.
"Bro,kita jahat gak sih ngebiarin si Lucas gak ikut makan bareng kita?"
"Asal lu tau ya,si Lucas itu selalu gue traktir di banding lu" Balasnya.
"Njir,jahat lu" Kevin tertawa terbahak-bahak lalu mengambil ponsel dan mengutak-atik nya.
Luna memutar bola matanya mendengar ocehan dua cogan tengil ini. Luna mengambil ponselnya dan mulai membuka IG nya,mengecek perkembangan sosmed. Setelah di rasa bosan,luna menaruh ponsel nya di atas meja. Pikiran nya masih bertanya-tanya tentang sikap Nadira. "Fa,gue mau tau dong kronologi kejadian si nadira?" Tanyanya saat melihat Arfa yang sedang bermain game di ponselnya. Kepala nya mendongak dan berpikir sejenak.
"Hm,gue sih ga ngeliat jelas tapi--gue ngeliat Nadira jalan sambil nangis gitu. Gua juga gak tau kenapa. Terus gue biarin aja,pas gue udah naik motor dan ngelewatin halte deket sekolah kita,itu anak langsung pingsan" Jelas nya.
"Gitu ya? Tapi,apa penyebab nya si Nadira nangis?" Arfa mengedikan bahunya.
"Mungkin karena dia cemburu ngeliat kita deket" Aku dan Arfa langsung melihat kevin yang sedang santai memainkan ponsel genggam nya. "Maksud lo?"
"Gue udah hafal betul sifat nya dira,dia itu bakal hancur ngeliat orang yang dicintainya dekat sama orang lain,ya orang nya tipe-tipe egois gitu" Balas nya kini tak kalah membuat ku bingung.
"Tapi gue--"
"Ini mas,mbak pesanan nya" Pelayan itu memotong pembicaraan ku dengan Kevin yang membuat diriku digerogoti rasa penasaran yang sangat besar.
Tangan besar Arfa langsung mengambil nampan itu. "Terima kasih" Pelayan itu langsung mengulum senyum.
"Tapi gue gak ngerti maksud lo?" Aku menyambung kalimat yang tadi terpotong sebelumnya.
"Intinya,dia masih suka sama gue--dan ngeliat lu bareng gue? Lu tau sendiri kan?" Nadira masih suka sama si playboy,dan dia ngeliat gue bareng itu playboy,jadi..
"Astaga,dia cemburu?!!" Teriakku membuat semua pengunjung restoran fast food ini menoleh ke meja kami. "Lu bisa gak sih gak usah teriak?" Protes kevin.
"Baru engeh lu,gue tau tipe-tipe kayak dia. Untung gue putusin si Dira" Lanjut nya tak kalah membuat ku bingung.
"Jadi,apa hubungannya sama kejadian ini?"
"Ck,lu masa gak peka-peka sih. Yaa..dia itu sakit kayak gitu gara-gara ngeliat kita berdua" Ucapnya sambil menyeruput blue ocean soda nya yang sudah setengah lagi.
Aku menganga. Masa iya sih?
Tanpa ba-bi-bu lagi aku berdiri dan menggantungkan ransel ku ke pundak. "Gue pergi dulu,dan terimakasih atas informasinya"
Tangan Kevin mencekal lengan ku. Aku memejamkan mataku. "Apa lagi?"
"Macha frappuccino nya?" Luna melirik minuman itu yang belum tersentuh apapun. Luna juga tidak tahu kalau minuman itu di pesan untuk nya? Lagian,sebelumnya ia meminta? Enggak kan.
"Gue gak minta,terserah lu mau apain? Lu juga boleh kembaliin lagi,bilang aja gak jadi dan ini belum diminum. Finish bukan" Jawabku lalu ke luar dari restoran itu.
***
Pikiran ku hanya satu. Yaitu,nemuin Nadira.
Aku membayar saat angkot berhenti di depan perumahan elite. Setelah membayar aku turun dan berjalan hingga menemukan rumah bercat abu-abu.
Entah kenapa aku ragu untuk masuk dan membicarakan soal ini pada sahabatku sendiri.
Aku mencoba untuk mengenyahkan pikiran ragu ku itu,perlahan ku tekan tombol bel rumah yang berbunyi. Hingga lima kali,pintu belum juga terbuka. Aku kesal,lalu aku mencoba mengambil ponsel yang berada di saku ku.
Aku meraba ponsel ku dan mencari,tapi tidak ada. Kesal,aku langsung membuka tas ku dan mencari-cari nya. Tapi nihil,ponsel berwarna hitam dengan casing k-pop itu belum juga ketemu.
Astaga!!!
Ponsel nya ketinggalan di restoran.
Luna mendecak sebal,lalu mencoba menekan tombol bel itu namun pintu sudah terbuka. Terlihat ibu nya Nadira yang tersenyum ke arahnya. "Eh nak Luna,ayo masuk. Dira nya ada di kamar,ga tau lagi apa? Maaf ya tadi lama,ibu lagi masak sih gak bisa di tinggal..tanggung" Luna hanya tersenyum tipis.
"Ga papa kok bu,yaudah Luna mau ke kamar Dira dulu ya" Ibu Nadira mengangguk pelan lalu kembali lagi ke dapur.
Aku mengambil nafas,lalu menghembuskan nafas saat sudah ada di ambang pintu kamar Nadira. Ia harus menjelaskan semuanya agar tidak salah paham.
Perlahan,aku memutar kenop pintu itu--dan seketika tubuhku kaku dan mataku membulat melihat pemandangan itu.
Nadira menyeringai lebar. "Selamat datang. Mantan sahabat"
***
Tbc
Si dira serem ya. Ah kalo yang penasaran tinggal vomment dan aku akan lebih semangat lagi buat lanjut nya.
Pembaca masih dikit,tapi aku masih tetap ngelanjutin karena apa? Karena orang sabar itu dapet berkah,dan rencana tuhan itu pasti indah. Cielahh,pokoknya aku tetap semangat😅😅
See you
13 November 2016
Veragartika
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top