Part 8. Provocation
****
- Hasutan -
Luna's pov
"E-khem" Sebuah deheman membuat kami terkejut. Kami melonggarkan pelukan ketakutan kevin.
Amara sudah duduk manis sambil menopang dagunya di meja tunggu. Dan lebih terkejut lagi,kevin dan aku masih dalam posisi pelukan sementara lampu telah menyala. Apa?
"Ish,elo ngapain meluk-meluk gue dasar cewek genit" mataku sudah membentuk bola. Geram.
"Hah serah elo aja,karena gue gak ngerasa menjadi orang yang teriak-teriak minta bantuan,terus lompat ke ranjang rumah sakit karena kecoak udah bertengger manis. Hm,kurang jelas gue ngasih tau nya?" Kevin tertunduk malu. Ia pun malu karena rahasia satu-satunya telah diketahui ketiga gadis.
Nadira,luna,dan sekarang menambah satu lagi--Amara.
Lengkap sudah penderitaan gue. Batin kevin.
"Wah,gue ga nyangka lo kev" kekeh Amara.
"Diem lu!"
"Hm,tadi gue udah tebus obat buat elo lun,katanya sore elo boleh pulang"
"Kev,mau balik apa mau masih sama gebetan baru elo?" Amara tersenyum lebar. Aku mendelik tajam. Cihh! Siapa juga yang mau jadi gebetan orang sarap kayak gini. Ew
Kevin menatapku lalu berdiri dan merapikan bajunya yang nampak kusut tadi. "Ayok"
"Oh ya lun,katanya dirga bakal jenguk elo. Alone gpp?"
Aku memasang wajah cemberut. Entah kenapa,aku kesal saat di tinggal dengan mereka.
"Ciee..cemberut gara-gara gue tinggal,baby?" Kevin menyeringai senang.
"Ew. Sorry gue bukan kayak bitch nya elo orang sarap!" Kesalku.
Aku menyelimuti tubuhku dengan selimut. "Dah,baby"
Aku melotot kesal hingga rasanya mata belo ku keluar. Amara terkekeh geli. "Gue bukan baby elo! Najis tujuh turunan,lima belokan,enam tanjakan!"
"Wih,terus gue lewat mana nih"
"Terus elo masuk jurang! Elo mati,MAMPUS! Hohoo" Aku tertawa seperti orang kesetanan.
"Keren. Nanti,gue ajak elo untuk masuk jurang mau?"
Aku melempar bantal ke muka kevin dengan cukup keras.
"Dasar orang SARAP lu!"
Kevin tersenyum lebar,entah kenapa ia senang melihat Luna marah terhadap nya. Sementara,amara berdoa agar Luna tidak masuk ke jurang yang sama. Lihat saja,kevin sudah menyeringai lebar. "Oy lun!"
"Hah?"
"Gws lun" Luna tersedak. "Makasih"
"GAK WAFAT SEKALIAN,lun!" Teriak kevin lalu membuka pintu dan menutup nya. Kevin dan Amara tertawa terbahak-bahak di luar kamar rumah sakit.
Aku diam tak mengerti,dan sejurus kemudian aku baru mengerti apa maksudnya itu. "Awas aja lu,monkey" Luna memerah karena malu,ia kira perkataan nya memang benar tulus.
"Setelah gue sembuh,gue jejelin sambel terpedas biar bibir lu dower. Top mar ko top!" Gumamku.
***
Dirga's pov
"Mau apa lo kesini? Masih gak puas untuk gue bogem lagi?" Kevin menyeringai lebar. "Gue gak butuh itu"
Kevin berjalan melewatinya dan di belakang nya ada Amara yang tersenyum manis padaku. Gigi putihnya terlihat.
Neng,pepsodent mahal!
Aku langsung mendorong kenop pintu itu dan melihat Luna yang sedang sibuk menonton acara televisi.
"Luna" Luna menengok dan terbatuk-batuk melihat diriku.
Ia mengambil segelas air lalu meminumnya. "Dir,gue kira elo nanti dateng nya. Kata Amara sorean"
"Gak mungkin gue tega biarin elo sendiri" Luna memanas mendengarnya. Ia jadi blushing sendiri.
"Ohh.."
"Oh ya,itu si brengsek ngapain kesini?"Aku mengambil segelas air dan meminumnya.
"Oh,katanya dia minta maaf ke gue" Sekaran giliran ia yang tersedak. "Uhuk,yang bener?"
"Hm"
"Dia--gak ngapa-ngapain elo kan?" Wajah dirga nampak khawatir.
Luna tersenyum melihat ekspresi lucu,ia senang melihat dirga cemburu.
"Sedikit"
"Apa? Dia ngapain elo?"
"Meluk-meluk gue gitu" jawabnya santai.
Wajahku memanas. Ingin rasanya langsung untuk memukul wajah sok ganteng nya itu.
Aku mendekat ke arah nya. Luna jadi salting seketika melihat dirga terus mendekati dirinya yang sedang terduduk menyaksikan drama korea yang muncul di layar televisi rumah sakit.
"Ah,hm..apa?"
Tiba-tiba dirga memeluk Luna erat. Sangat erat sehingga membuat nya kehabisan nafas. "Dir..gahh"
Dirga langsung melepaskan pelukannya. Menatap Luna dengan lembut. "Apa maksud lo meluk-meluk gue ha? Gue aja baru sembuh,tega ya lo!"
Dirga terkekeh pelan. "Untuk ngapus bekas pelukan si brengsek itu,salah?" Luna menegang mendengar penuturannya. Ia menyelimuti tubuhnya kembali. Pipinya terasa memerah.
"Lo kenapa?"
***
Kevin's pov
"Ara"
"Hmm" Amara menyeruput secangkir caramel moccacino hangat lalu menatap ex nya itu. Mereka memang langsung ke cafe di dekat rumah sakit itu.
"Sorry ya Ra,gue selama ini bohong sama elo" Amara terdiam.
Iya,dan maaf juga karena gue masih cinta sama lo.
"Ara.."
"Ah,iya" Dan,gue gak bakal ngebiarin lo sama luna.
"Elo gak denger apa yang gue omongin?"
"Eh,eum..apa sih?"
"Gue minta maaf karena bohongin elo,kita berteman?"
"Hmm" Amara berdehem sambil mengalihkan pandangannya ke luar jendela. "Woy!"
"Apa?"
"Iya atau gak?"
"Iya,bawel amat sih lo!" Luna sama gue apa bedanya sih?
"Sorry" jawabku singkat lalu meminum cappucino hangat.
***
Luna's pov
Sumpah nyesel gue gak masuk sekolah. Lima hari gue gak masuk ngebuat gue dihukum habis-habisan sama si ibu nuryati yang bujuk busyett galak nya minta ampun coy! Cuman gara-gara gue ngelamun dan gue gak bisa jawab pertanyaan yang dikasih si ibu bengis. Alamak! Batinku.
"Lun,butuh bantuan?" Dirga tersenyum. Aku menggeleng pelan. Tidak. Sebenarnya aku seneng bisa di bantu bareng cowok yang selama ini ia taksir. Tapi apa daya,si bengis sudah duduk di bangku taman sekolah sambil tetap mengawasi ku dengan tatapan tajam yang berkilat-kilat.
Memang bangku taman halaman sekolah letaknya di depan koridor kelas ku yang di batasi oleh pepohonan rimbun. Si bengis menatapku sambil memegang snack dan minuman kemasan. Sambil sesekali ia sibuk mengunyah. Aku menganga. Emang gue tontonan?
"Ehh,ngg..gak usah dir gpp kok gue sendiri ngebersihin ini kelas" Dirga mengangguk pelan lalu melambaikan tangannya padaku. "Hati-hati awas ada kecoa!" Emang gue si playboy ha? Takut sama makhluk beginian. Aku tersenyum lebar.
Aku menghela napas panjang lalu mengambil sapu dan mulai membersihkan sampah-sampah yang berada di kolong meja ataupun di lantai. Setelah semuanya bersih aku mencoba membereskan meja-meja dan bangku.
Aku melonggokan kepala melihat ke jendela bisa aja itu bengis udah gak ada. Wew! Dia masih ada,tapi keadaan nya cukup mengenaskan yaitu,iler dimana-mana terutama di sudut bibirnya. Mulutnya menganga lebar. Aku tertawa terbahak-bahak lalu membereskan kembali meja-meja dan bangku.
Luna menggeser meja dengan pinggul nya untuk bisa sejajar dengan meja yang lainnya. Namun nihil,meja itu terasa berat. Luna mengernyit heran. "Eh,perasaan meja yang lain gak seberat ini deh. Heran gue?"
"Ini karena ada gue sayang!" Ew. Tunggu,suara siapa selain gue disini? Jangan-jangan ada...
Kakiku gemetar ketakutan lalu dengan berani menengok ke arah asal suara itu. "Aaaaa.." Aku berlari-larian berputar-putar di dalam kelas hingga bangku-bangku dan meja terjatuh akibat ketakutan yang luar biasa.
Brakk. Bugh. Grasak. Grusuk. Gubrak! Suara meja dan kursi jatuh seperti sebuah melodi musik keroncong.
"Lo--kok bisa ada disini?" Tanyaku setelah mulai tenang.
"Hem,keren kan gue?" Kevin bergaya dengan menaikkan kerah seragam nya. Aku membenahi rambutku dan seragam ku yang kusut dan kotor.
"Si bengis masih di luar?" Kevin mengangguk mantap.
"Kok bisa?"
"Si bengis sedang berhibernasi" kekehnya.
"Lo mau ngapain kesini? Jangan-jangan lo mau ngancem gue buat ga ngumumin hal itu di pengeras suara? Iya kan? Ngaku aja lo.."
Kevin tertawa. "Leh uga ide lo"
Aku mendelik. "Terus,apa lo mau ngejadiin gue mangsa selanjutnya buat lo? Sorry ya,gue gak bakal terhipnotis sama muka so cakep kayak lo. Ew,gak banget!"
Kevin tertawa,lagi. "Leh uga tuh!"
Aku mendelik sebal. Lalu,dengan segera aku mengambil gagang pel dan mulai membersihkannya. "Heh,bantuin bersihin! Lu diem aja disitu kayak anak ayam yang kehilangan induknya"
Kevin tertawa,namun tak ayal ia mengangguk mantap. Tangannya memegang gagang pel. Mereka berdua bersama-sama membersihkan kelas. Sesekali,mereka bertengkar karena ocehan atau keusilan dari kevin. Tetapi,itu hanya sebatas candaan agar suasana tidak sepi.
Saat mereka sedang asyik-asyiknya membersihkan kelas. Ternyata ada sepasang mata yang melihatnya. Sepasang mata itu memanas setiap melihat mereka bercanda. Jadi bener lun,lo ngehianatin gue.
***
Amara's pov
"Apa yang lo mau omongin?" Gadis berambut panjang itu menatapku dengan tatapan sinis.
Aku terkekeh. "Gue mau omongin satu hal buat lo"
Gadis itu menaikan alisnya. "Apa?"
"Apa lo masih suka sama kevin?" Deg. Gadis itu,nadira sahabat baik nya Luna. Matanya yang besar,semakin membesar saat mendengar pernyataan yang dilontarkan olehku.
"Gue? Lo bercanda? Gue sama sekali udah gak ada perasaan apapun untuk kevin" Pandangan Nadira memutar melihat ke bawah gedung.
"Oh ya? Terus lo kenapa ngehindar gitu?" Pancingku.
"Maksud lo?"
Aku menghembuskan nafas sinis. "Lo gak usah pura-pura bodoh! Gue tahu lo itu masih suka sama kevin"
Mulut nya mau membuka untuk bersuara tapi mulutnya langsung dikatup rapat-rapat. "Karena saat kevin dan gue pacaran,gue bisa liat kebencian di mata lo buat gue"
Gadis itu masih terdiam.
"Gue ngerti perasaan lo. Jujur,entah mantra apa yang dikasih si kevin sampe-sampe gue juga belum bisa move on darinya--yah..meski gue kecewa banget saat gue tahu kalo kevin selingkuh di belakang gue. Lo tau sendiri kan?" Nadira mengangguk setuju.
"Apalagi saat gue tau sahabat gue lah yang ngebuat hubungan gue hancur dan berakhir. Dan sekarang gue udah gak percaya dengan yang namanya sahabat" Aku tersenyum sinis.
"Terus? Tujuan lo ngajak kesini mau apa?" Akhirnya,gadis didepan nya mau berbicara.
"Gue cuma mau bilang,sekarang kevin lagi ngincer seseorang untuk dijadiin pacar. Lo tau kan si kevin itu playboy sejati. Bosan? Langsung ganti. Miris ya..kita cinta sama cowok kayak dia" Lanjut nya. Kali ini Nadira semakin gusar saat mendengar bahwa kevin mau mengincar seseorang. Oh no!
Meski Luna selalu memperingatkan kalau dia harus ngelupain si mr.playboy itu,tapi jujur--dia gak bisa ngelupain kenangan manis dia dan kevin dulu. Nadira sangat mencintai kevin.
Dulu,saat ia mengetahui Amara lah yang ngebuat hubungan nya dan kevin berakhir. Ia sangat begitu membenci Amara. Dan sekarang? Setelah kevin memutuskan hubungan nya dengan Amara. Waw,betapa senang nya dia. Nadira sudah yakin akan bisa membuat kevin menjadi miliknya. Namun sekarang? Setelah mendengar kevin akan mengincar seseorang. Hatinya gelisah ingin tahu.
"Siapa itu orang nya?" Tanya Nadira dengan suara serak.
Aku menyeringai senang. "Lo jangan kaget oke?" Nadira mengangguk pelan. "Sahabat lo sendiri"
Duarr.
Seperi ada petir menyambar. Hatinya begitu terkejut saat mendengar perkataan yang dilontarkan Amara. Napasnya tercekat sakit. Sangat.
"Bohong. Lo bohong!" Desisnya. Air mata menggenang di sudut matanya. "Tapi sayang,itu faktanya"
Nadira menggeleng-gelengkan kepalanya. "Luna adalah sahabat gue,dia bahkan rela ngelakuin apa pun untuk gue. Dan gue percaya gitu aja ngedenger penuturan dari lo? Denger ya,gue gak bakal percaya gitu aja!!" Pekiknya,gadis itu langsung pergi.
Bibirku hanya membentuk sebuah seringai senang.
Let see!
***
Nadira's pov
Aku sama sekali tidak akan percaya dengan apa yang orang itu katakan. Selama ini sahabat nya selalu mendukung dan menjaganya. Luna tak mungkin melakukan hal seburuk itu.
Nadira melangkahkan kakinya menuju kelasnya. Ia berniat untuk melihat sahabatnya yang sedang di hukum untuk membersihkan kelas sendirian. Sebelum itu,ia telah menunggu di kantin. Tapi kehadiran Amara yang mengajaknya untuk ke rooftop sekolah dan mengatakan omong kosong belaka membuat nya kesal.
Terlihat Bu nuryati sedang tertidur pulas di pohon rindang. Ditangannya tergenggam snack. Ck,ck. Aku hanya bisa berdecak kagum.
Sebelum aku masuk aku mengintip lewat celah-celah jendela yang terbuka. Dan.. perkataan yang dikatakan Amara seperti mengiang di otakku.
Jantungku berdebar kencang. Rasa sakit dikhianati mulai menjalar di sekitar tubuhku. Saat melihat sahabatnya dengan orang yang dicintainya sedang tertawa bersama. Bulir hangat mulai jatuh perlahan. Jadi bener lun,lo ngehianatin gue.
Aku berjalan lunglai menuju tempat parkir dan berjalan melewati gerbang sekolah. Tujuan ku hanya pulang dan bisa meluapkan amarah ku di kamarku.
Rintik-rintik hujan mulai turun,namun aku tetap berjalan dan berjuang mencari taksi dengan pandangan yang mengabur karena air mata yang menggenang di pelupuk mataku. Semua taksi berisi penuh dan aku lagi-lagi tak bisa menaiki taksi. Saat aku melambaikan tangan melihat sebuah taksi berjalan dan berhenti tepat di hadapan ku. Aku meminta untuk bisa mengantarkan ku sampai rumah. Supir taksi itu mengangguk pelan tapi dia berkata jika di dalam nya ada penumpang lain. Kepalaku ditundukkan untuk bisa melihat. Dan di dalamnya ada seorang ibu-ibu dengan belanjaan yang begitu banyak. Dengan segera aku menggeleng cepat.
Taksi itu pun pergi.
Aku berjalan gontai untuk menuju halte bus,ia akan menaik bus saja untuk bisa pulang. Sebelum aku mencapai halte,aku sudah terjatuh di trotoar jalan. Nadira pingsan.
Sebelum nya,ia sempat mendengar suara seseorang. "Nadira,lo kenapa?" Dan setelah itu,ia tak bisa melihat apa-apa. Semuanya menjadi gelap.
***
Tbc
Apa Nadira bakal ngelakuin sesuatu? Lihat aja nanti oke.
Ps: Kalau cerita ini update nya lama,maaf. Karena aku harus fokus belajar juga. Dan,untuk sekedar promosi. Baca ceritaku yang judulnya I Need U Girl [bts] oke? Karena aku sangat suka sama K-Pop apalagi sama bts.
See you,
30 Oktober 2016
Veragartika.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top