Part 5. Throbbed Heart

****
- Jantung berdebar -

Luna's pov

Luna menyenderkan tubuhnya di dinding aula olahraga yang berada tepat di depan halaman sekolah BIS.

Beberapa kali ia terus menormalkan jantungnya yang selalu berdebar-debar. Ia melirik jam tangan.

Pukul 07.10

Dia belom datang. Apa dia nyasar lagi?

IP-hone nya bergetar hebat. Luna meraih IP-hone di dalam saku seragam nya. Nadira calling's.

Aku menekan tombol angkat.

"EH,ELO DIMANA? GUE CARI KOK GAK ADA" Teriakan disana membuat murid-murid BIS yang berlalu-lalang menatapku tajam.

"Lo bisa ga sih kaga usah teriak bego"

"Iya,iya. Sekarang elo dimana? Plis,gue belom ngerjain pr kimia. Bisa mampus gue di tendang keluar sama pak Harto" Cerocosnya.

"Gue sekarang ada di aula untuk--" perkataan ku terputus melihat sesosok tubuh tegap yang memakai balutan seragam BIS.

"Apa?"

"Gue SMS nanti Ok,bye" Aku menutup sambungan telepon nya.

Aku tercengang melihat siapa yang berada di depanku.

Mata cokelat terang menatapku seolah-olah aku adalah obyek penting. Bibirnya yang tipis berwarna merah muda menyunggingkan senyumnya yang menawan. Kakiku terasa lemas.

Oh tuhan. Apa aku mimpi?

Dia adalah Dirga.

Parfum mint khasnya terasa menyengat masuk ke pernapasan ku. Aku terus menormalkan jantungku yang terus-menerus berdebar-debar hebat. Sialan.

"Hai lun" Dia tersenyum manis.

Gue yakin. Mulai detik ini.

GUE KAGA BISA MUPON. Huaaa..

Aku mencoba untuk tersenyum. "Oh,ngg--hai dir"

Yaelah,kenapa gue jadi gagap begini.

"Btw,si nadira mana?"

"Dia lagi nunggu gue di kelas"

"Ayok,anterin gue"

"Eh,ngg--ayok" Dia menarik lenganku.

Tuhan.

Kau tahu.

Jantungku berdebar-debar kencang.

Sialan. Gue harap dia gak ngedenger.

Bisa mati mendadak gue.

***

Setelah berbincang-bincang dengan pak kepala sekolah. Ternyata,dirga sekelas sama gue.

Omaygat.

Gila. Gue rasanya mau mati aja.

Dengan jantung yang selalu berdebar-debar. Aku dan dirga berjalan berdampingan melewati koridor kelas lain. Semua gadis menatap kami dengan tatapan mata bertanya-tanya.

Ada yang dengan tatapan memuja,ada juga dengan tatapan sinis.

Samar-samar gue ngedenger bisik-bisik mereka.

"Gila. Itu cogan darimana? Gila,cakep buanget"

"Iya,gue rela kok jadi babu dia. Asalkan gue bisa selalu bareng dia"

"Eh,anak baru ya? Beuh,cogan"

"Kiww.kiww" Najis. Dasar bitch.

Aku menatap mereka dengan tajam.

'Apa-elo-liat-liat-gue?' tanya gue tanpa suara.

'Idih-siapa-yang-liat-elo' jawab nya tanpa suara.

"Itu cewek nempel mulu sama cogan. Ew"

"Anak kelas berapa sih?"

"Sok cantik najis" Telingaku benar-benar panas sekarang ini.

Aku ingin melawan tapi tangan dirga menyentuhku membuat sekujur tubuhku rasanya tersetrum listrik.

"Ga usah di tanggepin na" Dia tersenyum. Gue luluh.

Aku mengangguk pelan lalu berjalan menuju kelas ku yang sudah dekat. Aku mengetok pintu.

Tok.tok.tok.

Pak Harto menoleh pada kami berdua. "Selamat pagi pak,maaf saya menganggu. Saya sedang mengantar murid baru di sekolah ini. Dan kebetulan sekelas sama saya. Kami boleh masuk"

Pak Harto mengangguk. "Bukan nya kamu dirga ya"

Dirga mengangguk setuju. "Iya pak,ini saya. Bapak masih inget aja. Hee" Dirga mengusap tengkuknya.

Aku terkekeh geli. "Yasudah,kamu masuk dan perkenalan kan dirimu" Dirga mengangguk setuju lalu melangkah masuk diikuti diriku yang mengekor lalu membelok arah ke tempat dudukku.

Nadira cengo menatap dirga tanpa berkedip. Aku menggoyangkan tubuhnya. "Heh,ra balem. Mangap ae terus.tuh cikcak udah siap masuk ke mulut elo" Godaku sambil mencolek pipinya.

"Lun,ini gak mimpi kan?" Aku menggeleng kuat-kuat.

"Suer lo. Dirga pindah dan ELO GAK NGASIH TAU GUE,El--" ucapan Nadira terhenti saat melihat seisi kelas menatapnya dengan geram. Nadira terkekeh pelan.

"Ngg,ok. Lanjutin,gue tutup ni mulut" Nadira akhirnya diam.

Aku bernapas lega.

"Nak dirga. Ayo perkenalkan" Dirga mengangguk pelan.

"Perkenalkan teman-teman nama saya dir--"

"Ga usah pake saya ga,gue-elo aja" Sergah derren. Dirga memberi dua jempol tanda ia setuju.

"Ok,nama gue Dirga Aksa Prayoga. Mungkin,sebagian udah kenal gue. Jadi,gue ga mau panjang lebar. So, semoga kalian suka dengan kehadiran gue" Para murid-murid bertepuk tangan riuh. Terutama anak perempuan yang sedari tadi sudah teriak-teriak ga jelas.

"Dirga,kamu boleh duduk paling belakang. Sendiri gak papa kan" ucap pak Harto. Dirga mengangguk lalu melangkah maju menuju tempat duduk yang dituju. Yaitu,tepat di belakang gue.

TAMAT SUDAH PROSES MUPON MU LUNA.

Nadira mencolek dagu gue sekarang. Anying. Gue sekarang yang di goda. Sialan.

"Ehm,ciee"

"Basi lo,diem ra"

"Baiklah murid-murid sekarang kita lanjutkan pelajaran tadi. Dan satu lagi,kalian kumpulkan tugas yang bapak berikan kemaren di depan" Ujar pak Harto membuat kami mengalihkan perhatian.

***

Setelah bel istirahat berbunyi. Semua murid-murid keluar untuk ke kantin. Tapi,aku kesal melihat pemandangan yang ada tepat di hadapanku.

Iya. Apalagi kalau bukan teman-teman ku yang selalu memaksa dirga untuk makan bersama ke kantin.

Dasar cewek kegatelan.

Aku mendengus kesal sementara Nadira terkekeh melihat diriku.

Aku bangkit dari tempat duduk. "Ra,ayok ke kantin"

"Hm,dir elo mau ikut ga?" Dirga menengok.

"Gue--"

"Dia ga bakal mau,lagian juga dia udah ditemenin sama teman-teman barunya" Sergahku sengit. Sambil melirik dirga lalu pergi diikuti Nadira yang mengekor diriku.

"Na?"

"Hmm?" Aku berdehem sambil mengaduk-aduk chocolate milk hangat.

"Kenapa elo ninggalin dirga gitu aja tadi"

Aku menaikkan alisku. "Kenapa?"

"Menurut gue,dia tersiksa tau"

"Serah elo"

"Yah,elo gimana sih ngambek mulu. Pms ya elo" Aku berdecak kesal lalu bangkit berdiri.

"Lun" Aku terlonjak kaget. "Dir?"

Aku melihat dirga membawa nampan berisi moccacino dan kentang goreng mayonaise.

Ia menatapku bingung.

"Lo mau kemana? Ayo duduk"

"Ngg,gue gak napsu makan dir" Dustaku. "Gue tau lo bohong"

"Eh,ngg--gue"

"Pms kali dia dir,marah-marah mulu" Timpal Nadira.

Aku mendelik tajam lalu tak ayal aku mengangguk pasrah. "Gue liatin elo aja ya"

"Enggak. Lo harus makan"

"Tapi dir--"

"Jadi,gini cara lo nyikapin sahabat elo yang baru aja pindah"

Aku mengangguk. "Dir,na gue ke toilet dulu ya. Gpp kan ditinggal berdua?" Nadira bangkit sambil mengedipkan sebelah matanya.

Gue tau dia sengaja. Sial.

Dirga mengambil siomay dan ingin menyuapkan nya ke dalam mulutku. Tetapi,aku langsung mencegahnya. "Kenapa?"

Aku menunjuk ke arah belakang. "Noh,liat fans lo bakal ngamuk" ujarku. Disana sudah terlihat siswi-siswi famous yang sedang menatapku tajam. Aku meringis.

Dirga kembali menengok ke arahku. "Biarin aja--Toh,dia bukan siapa-siapa gue"

Gue?

Siapa elo dir? Hm.

Aku mengangguk pelan. Lalu,sendok yang di pegang nya masuk ke dalam mulutku. Aku mengunyah nya perlahan lalu menatap dirga yang sedang memasukkan sendok yang berisi siomay ke dalam mulutnya.

Aku memerah.

Bukannya itu sendok yang di pakai mulutku. Lalu,sekarang di pakai di mulut dia?

Wait--itu sama saja dengan..

Ciuman!

Aku langsung mengibas-ngibaskan tanganku karena rasa panas mulai menjalar. Gerah!

Dengan cepat,aku menyibukkan dirinya dengan terus memakannya hingga habis. "Elo kenapa? Kok muka lo merah?"

Luna meringis karena perubahan pada wajah nya terlihat jelas. Sial! "Oh,ngg.. gue gak papa kok"

Dirga mengangguk pelan. "Hai Ga,lama ya gak ketemu!"

Deg. Luna dan dirga menengadah menatap wajah Raisa yang sedang tersenyum manis. Mataku membulat sempurna.

Aku memicingkan mataku. 'elo-dateng-disaat-ga-tepat-bego' Ucapku tanpa mengeluarkan suara. Raisa tersenyum meledek.

'eh-ganggu-sorry' Dia pun sama,hanya membalas dengan tatapan matanya. Aku mendelik tajam lalu bangkit berdiri.

Sebelum itu,aku melirik dirga yang sedang menatap Raisa tanpa berkedip. Aku memutar bola mataku. Kesal.

Memang,raisa semakin hari semakin cantik.

"Gue ganggu ya?" Dirga langsung menoleh padaku. Ingin mengatakan sesuatu yang langsung di cegah dengan kata-kata ku lagi. "Thanks ya dir,kali-kali gue yang traktir elo" Ujarku yang langsung melengos pergi meninggalkan mereka berdua yang mungkin akan ber-say hello dengan rasa senang.

Cih! Jijik gue.

***
"Lagian elo ngapain sih pake acara ninggalin gue berdua" Dengus ku keras.

"Yaa,gue kira elo bakal pendekatan gitu" Balas Nadira sambil mencomot snack yang terhidang di meja. Memang aku dan Nadira langsung main di rumahku setelah pulang sekolah.

"Dasar!" Nadira terkekeh geli.

Ting tong.

Luna melirik tajam pintu besar itu. Gue SUMPAHIN lo kegigit kucing!

"Buka Ra!" Nadira mengangguk sambil berjalan ke arah pintu dan membukanya perlahan. "Dirga!" Pekik Nadira.

Aku yang mendengar nya langsung terjatuh dari sofa membuat bokongku nyeri. "ANYING! Goblok" Ringisku kesakitan.

Suara tertawaan mereka berdua sangat terdengar di telingaku. Aku memerah melihat senyum di wajah dirga yang--oh,sangat menawan. Sial

Luna bangkit berdiri dan duduk di sofa dengan wajah masam karena menjadi bahan ejekan kedua sahabatnya. Apalagi,tadi ia sempat kesal saat istirahat karena dirga membiarkan dirinya pergi saat Raisa datang. Menyebalkan.

"Ada apa elo dateng kesini? Gue,rasanya gak ngajak elo tuh" Tanya ku dengan lirikan sinis. Dirga tersenyum manis lalu duduk di sebelah ku.

Deg.deg.deg.

"Nih,gue bawain double pizza dan aksesoris cantik buat kalian berdua" Ujarnya membuat pandangan aku dan Nadira saling melirik lalu ada jeda sedikit--dan akhirnya berteriak histeris karena aksesoris yang cute abis.

Aku mengambil jepit rambut dengan bentuk bunga sakura yang cantik dan gelang yang supel. Sementara Nadira,dia kebingungan mau milih yang mana. "Huaa--Dirga gue mau semuanya ya,boleh yaa.." Pinta Nadira dengan mata berbinar-binar terang. Aku dan dirga tertawa terbahak-bahak melihat kekonyolan nya.

"Iya,serah elo Ra" Nadira langsung tersenyum senang.

Luna membuka paket double pizaa. Lalu,menaruhnya di piring. "Nih,makan" Nadira langsung mengambil piring yang berisi pizza itu. Tanpa ba-bi-bu lagi ia mengunyahnya.

Aku menepuk punggung Nadira membuat semua isi yang berada di mulutnya keluar. Aku dan dirga melompat naik ke kursi karena kotoran yang berceceran di karpet. Ughh,jorok!

"Elo ngapain sih nepuk gue segala? Liat nih ja--" Aku tertawa tertahan dan memotong pembicaraan nya. "Gue cuman mau bilang ada Coca-**** di kulkas,haha.."

"Tai lo!" Nadira pun pergi ke toilet untuk membersihkan bajunya. 

Setelah Nadira pergi meninggalkan kami berdua. Keadaan menjadi hening. Aku mencomot snack dan menyeruput jus jeruk segar untuk menghilangkan rasa gugup yang melandaku sekarang ini.

Aku melirik dirga dan betapa terkejutnya--dirga pun sedang menatapku membuat jus jeruk yang sedang ada di mulutku tumpah ruah dan membasahi baju yang dirga pakai.

"Dir,gue--maaf" Ucapku sambil merogoh sapu tangan yang tidak terpakai saat di bawa ke sekolah. "Gak usah repot-repot na,gue bisa sendiri kok" tolak dirga halus.

"Gak ngerepotin kok,gue bersihin ya" Kataku sambil menggeser posisi dudukku menjadi lebih dekat dengan Dirga.

Jantungku berdebar kencang. Oh shit!

Tanganku bergetar saat menempelkan sapu tangan itu di dada nya. Lalu,dengan wajah di palingkan. Aku membersihkan nya perlahan-lahan.

Setelah yakin bajunya bersih,aku bangkit berdiri dan langsung duduk kembali. Dengan cepat aku meraih novel dan membuka lembaran-lembaran buku setebal tiga ratus halaman itu.

Tentu saja,untuk mengusir kecanggungan diantara kami.

"Hai,kak dirga"

Luna dan dirga mendongak menatap siapa yang menyapanya.

Raisa Andriana.

Ternyata dia toh!

"Mau apa lo kesini?" Tanya ku sinis.

"Gue mau nginep disini"

Aku mengerutkan dahi ku. "Apa?"

Raisa menyeringai kecil. "Ada masalah?"

Aku mendengus kesal. "Gak. Tapi elo bisa kan dateng nya malem aja"

Raisa tertawa kecil. "Takut kalo dirga terpesona lagi sama gue ya"

"......."

Raisa duduk di tengah-tengah kami. "Dir,lusa malem elo ada acara gak?" Dirga menatapnya tanpa berkedip.

Rasanya hatiku sakit.

"Hm,nanti gue pikir-pikir dulu ya"

Aku bangkit berdiri. "Rai,elo kesini cuman buat gue cemburu kan?"

"Menurut elo gimana?"

Luna memutar bola matanya. "Gue emang cemburu,tapi--yang elo lakuin salah" ucapku dengan nada tinggi.

"Karena elo ngasih harapan lagi sama dirga" lanjutku kali ini dengan nada pelan.

"Elo benci sama gue?dendam sama gue? Gue terima,tapi--"

"Gue gak bakal terima kalo lo nyakitin dirga,dirga adalah sahabat gue. Jadi,tugas gue untuk ngelindungin dia dari orang kayak elo"
Sambungku dengan nada kesal.

Raisa berdiri dari tempat duduknya. Ia menatapku tajam.

"Hm,ada yang mau elo omongin lagi?"

"Satu hal lagi,gue juga harus ngebuat dia bahagia bukan untuk nyakitin. Jadi,jauhin dirga!"

Satu alis terangkat dari wajah Raisa. "Oya? Kalo dirga bahagia dengan cara deket sama gue,gimana?" Deg.

Aku menelan ludah ku dengan susah payah.

Rasanya ubun-ubun kepala ku sudah mulai panas.

"Cukup! Elo--" Tanganku hendak menampar wajah Raisa. Tapi,sesuatu telah menghentikan pergerakan ku.

Aku menoleh. Dirga.

Bego. Dari tadi gue ga nyadar kalo dirga sedang mendengarkan pembicaraan gue sama si nenek lampir.

Tatapan matanya tajam. "Dia gak salah"

"Maksud lo?"

"Gue yang salah" what?

Aku diam membisu.

"Gue yang udah ngebuat persaudaraan elo hancur,meskipun elo emang gak suka dengan kehadiran Raisa sebagai adik tiri elo,tapi--gue yang udah ngebuat kalian gini,jadi tolong jangan tampar wajah Raisa" Aku melongo mendengar perkataan nya.

Jadi,dia ngebela Raisa?

"Tap--"

"Hm,elo dan Raisa sama-sama salah. Jadi kalian saling minta maap" pintanya.

Aku menyentakkan lenganku. Dirga terkejut.

"Rai,gue minta maap"

Aku melirik dirga. "Dan buat lo?"

"Seterusnya,elo gak usah kesini ataupun ngobrol sama gue" Ujarku yang langsung melengos pergi meninggalkan mereka berdua.

Aku mengunci kamarku dan duduk di tepi ranjang. Air mata menitik jatuh.

Apa hak gue untuk marah-marah?

Apa gue egois?

Gue gak tau,entah kenapa rasanya sakit melihat dia lebih memilih nya.

Rasa ini kenapa begitu kuat? Menyebalkan.

Gue benci sama diri gue sendiri.

***
Nadira's pov

Apa gue terlalu lama meninggalkan mereka berdua?.

Hmm,mungkin mereka sekarang sedang mesra-mesraan. Gue cek ah!

Nadira menengok dari bilik kamar mandi.

Matanya membulat menangkap sosok wanita yang sedang duduk bersama dirga.

Raisa?

Dan--luna,kemana dia?

***
Tbc

Apa ada yang kangen si mr.playboy kah?

Hmm,maap ya. Soalnya part sekarang lagi fokus dulu ke dirga.

Jangan lupa buat vomment😄

Jangan kayak pembaca gelap,yang udah baca tapi melengos pergi tanpa meninggalkan jejak.

I lop you pul💗

Subangcha.

Aku mau ngucapin 'Happy New Year 1 Muharram 1438H'

01 Oktober  2016

Veragartika.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #teenfiction