Part 4. Tell me

Cerita nya masih dikit yang baca. Jadi,tolong yang masih penasaran tentang cerita ini diharuskan untuk vomment!!

Maaf kalau ada typo bertebaran.
Happy reading^^

***********
- Ceritakan -

Luna's pov

Sedang asyik-asyiknya melamun. Sebuah penghapus papan tulis melayang kearahnya dengan sangat tepat. Nadira mencoba membangunkan temannya kembali ke alam sadar. Tapi,hasilnya nihil.

Pleetak.

"Auh" Ringis ku. Aku kembali ke alam sadarku. Tapi,tidak dengan cara yang begin juga. Oh,my--

"Luna! Kemari kamu" Belum sempat mengatakan kata yang terakhir di dalam batinnya. Ia sudah mendapat teriakan kencang dari Bu Ani. Sial.

Nadira memandangi ku dengan tatapan geli. Aku berdecak kesal lalu berdiri dan berjalan ke depan. Bu Ani sudah menatapku tajam sambil memegang tongkat bambu kesayangannya. Mampus gue!!

"Sudah selesai melamunnya?" Aku cengar-cengir sambil mengusap tengkukku.

"Eh,ibu ani yang cantik. Jangan marah dong,nanti keriput nya kelihatan" Godaku. Bu Ani memang salah satu guru senior yang tak ingin disebut TUA.

"Kamu ga usah ngalihin perhatian ibu,sekarang jawab pertanyaan ibu" Tergelak dengan kata-kata Ibu Ani tadi.Aku diam. Sungguh gue kehabisan kata-kata. Oh apapun itu tolong gue! Hikss.hiks.hiks.

"Ngg,engga kok Bu,saya lagi melamun tetapi saya mendengarkan jelas apa yang ibu terangkan tadi" Senyum jahil terukir di bibirku.

"Benarkah?"

"Eh,iya Bu"

"Baik,kalo gitu kerjakan soal-soal di papan tulis ini. Pasti kamu ga bakalan susah kan untuk menjawabnya karena kamu mendengarkan apa yang sudah diterangkan"

ANYING. Sial!

Mampus lo Luna,mampooss!!

Ternyata Bu Ani lebih pintar dari Gue.

"Eh,itu say--"

"Ambil dan kerjakan" Bu Ani menyodorkan spidol hitam itu padaku. Aku mengambilnya dan langsung menghadap papan tulis dengan membelakangi teman-teman dan Bu Ani.

Aku berpura-pura membuka tutup spidol dan menempelkannya ke papan putih itu.

Gue harus nulis apa toh?

Gila. Gue sama sekali kaga ngerti fisika.

Seinget gue cuman nenek gue yang bisa ngajarin fisika. Dia suka ngajarin gue--dan masa gue harus manggil nenek gue?

TAMAT RIWAYATMU LUNA!

Nadira sudah cekikikan melihat tingkah laku konyol sahabat kesayangannya.

Byusettt, cuman satu yang bisa gue lakuin.

Dengan

Cara MABURRR..

Aku berbalik menatap Bu Ani yang sudah berkacak pinggang. Luna cengengesan sambil memegang tengkuknya.

"Ada apa?"

"Hmm,saya boleh ke toilet sebentar aja Bu" Dustaku.

Bu Ani menaikkan alisnya. "Untuk?"

"Wah,si luna bilang aje kalo lo kaga bisa" Teriak salah satu temanku. Aku menoleh ke belakang dan menatap tajam temanku yang bernama Violet. Dia cekikikan.

"Enak aja lo vio"

Violet mengedikan bahunya.

"Bilang ae lo mau ma,--" Derren menimpali.

"Ma apa Derren?"

"Maburrrr,wakakak..."

Aku langsung melempar spidol yang dipegangku sedari tadi ke arah wajah derren.  "Kampret lo lun"

"Rasain bego" aku menjulurkan lidahku.

"Sudah,sudah. Kalian ini, ayo Luna kamu kerjakan jangan banyak alasan" Aku langsung membalikkan badanku ke arah semula yaitu tepat berhadapan dengan Bu Ani.

"Ayo,kerjakan"

Gue ga megang spidol? Oiya,spidol nya udah gue lempar tadi ke si derren. Batin Luna.

"Ibu,saya ga megang spidol jadi,saya.." Badanku mundur kebelakang dengan cara perlahan. Sudah dekat dengan ambang pintu. "Saya,mau kaburr.." teriak Luna lalu berlari keluar kelasnya. Samar-samar ia mendengar teriakan Bu Ani dan teman-temannya yang tertawa terbahak-bahak.

Sial. Gue jadi kelihatan bego di depan semua orang.

***

Aku berjalan santai setelah melihat seberapa jauh kelasnya dengan letak posisi dirinya yang sedang berjalan menuju satu tujuan saja.

Kantin.

"Kebetulan perut gue minta diisi" Gumam Luna pelan.

Saat sedang enak-enaknya berjalan santai tanpa ada yang menganggunya. Sebuah suara teriakan bass nyaring terdengar saat aku melewati gudang sekolah.

Eh,busyett olang apa itu yang teriaknya sampe segitunya?

Luna berbelok arah menjadi ke tempat gudang sekolah. Pintu gudang itu terbuka sedikit. Luna melongokkan wajahnya di antara celah pintu.

Dengan mata membulat luna melihat seorang pria yang sedang naik di atas tumpukan meja yang tidak dipakai dengan kaki gemetaran. Karena cahaya gudang minim jadi Luna tidak bisa melihat jelas wajah pria itu. Yang dia tau hanya ada seorang pria yang meringkuk ketakutan. Why?

"Oy,siapa oy?" Teriakku.

"....." tidak ada balasan.

"Yaudah,gue mau ke kantin"

"Tt--tunggu" Aku berbalik dan masuk ke dalam gudang mendekati pria itu. "Siapa dah?"

"Gu,gue kevin" ungkapnya dengan nada bergetar.

Wait,kevin?

Eh,busyett dia--si mr playboy?

Aku membekap mulutku karena terkejut juga sambil menahan tawa yang menggelegar.

Dia kok kaya bocah ingusan yang ketakutan liat kecoa.

Kecoa?

Wait,dia kan phob--

Aku menaikkan alisku. "Phobia kecoa?"

Dia terkejut. "Lun--"

"Iya ini gue,kagetkah?"

"......."

"Elah,masih aja elo matung disana,turun bego!"

Kevin menunjuk pada satu dinding yang ada satu kecoa menghinggap disana. "Nape? Takut turun lagi elo?"

Aku berjalan menuju dinding yang ada satu kecoa nya. Membuka satu sepatuku dan bersiap untuk melemparkan nya.

Sialnya,sepatunya tidak tepat arah sasaran ia malah membuat kecoa itu melayang dan hendak ke arah kevin yang sudah pucat pasi.

"Lun,toloooongg gueee.." Ia bergidik ketakutan. Aku diam sambil sesekali tertawa kecil.

Tanpa disangka kecoa itu turun tepat di bawah kaki kevin,alhasil--kevin menjerit ketakutan. "Aaaaaa...anjirr,jauh-jauh dari gue kecoa sialan!" Aku terkekeh pelan.

"Ulurin tangan elo" Perintahku. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Gue yang kesel lalu menarik lengan kevin dengan cepat untuk menghindar dari si kecoa yang menurutnya adalah MONSTER. What this hell?

Gedebuk.

"Auh" Aku meringis sambil memejamkan mataku.

Eh,wait--kenapa ini lantai empuk-empuk anget?

Aku membuka mataku. "Eh,ANYING" Gue teriak keras karena posisi kami yang awkward  sudah.

Mata cokelat kehitaman kevin menatapku dengan sendu. Dia seperti ingin melahap mataku. Sungguh,aku risih banget. Dengan perlahan aku bangkit tapi--tangan kokohnya menarik diriku kedalam pelukannya. Wait,dia memelukku?

"Kevin lepasin njirr,gue--sesak" ujarku masih dalam pelukannya.

"Tu,tu--nggu lun,kecoanya masih belum pergi" ucapnya dengan nada pelan. Aku menoleh kesamping posisi kami.

Kampret,tu kecoa masih betah ae disana.

Sampai kapan gue gini?

Aku mendorong tubuhnya. Dia bergidik ngeri.

"Bangun bego,nanti gue usir kecoanya"

Aku menggebuk kecoa yang menggeliat di lantai gudang sekolah. Berkali-kali. Oh coa,maafkanlah gue!

Setelah memastikan kecoa itu mati. Gue bangun terus membenahi seragam gue yang sudah kusut.

"Lun,thanks"

"Ha? Lo ngomong ape?"

"Au ah. Gue pergi" Gue cengo.

Dasar tai kebo,anying!

Gue udah nolong,bukannya terima kasih atau apa gitu,main nyelonong aja. Batin Luna kesal.

Setelah aku membenahi seragamku. Aku pun pergi meninggalkan gudang sekolah.

Kring.kring.

Bel pulang berbunyi. Gue melas seketika.

"Nying,gue belom makan. Sialan lo kev"

***

"Udah bolosnya?" Sindir Nadira.

Aku cengengesan. "Hee,abisnya ra gue ga bisa and--well jalan satu-satunya cuman kaburr"

"Manis ya elo"

"Lho baru tau?" Kataku dengan gaya genit.

Nadira memutar bola matanya. "Berisik lo,oiya--lo hutang jawaban buat gue"

Aku mengerutkan keningku. "Apa?"

"Tentang pas lo abis dari toilet,saat lo ngelamun terus dengan teganya gue dijadiin kacang gosong sama elo. Satu lagi,gimana bolos lo? Happy fun kah?"

Aku manggut-manggut saja. "Dari mana yang elo mau?"

"Gue mau lo ceritain pas lo ke toilet yang bujuk busyett.. lamanya tak terhingga"

"Lebay lo ra,sejak kapan elo jadi alayyerrs?"

"Sejak elo ngacangin gue"

"Ok,dengerin baik-baik" Nadira mengangguk-anggukkan kepalanya.

Aku mengambil nafas sebentar lalu menghembuskannya.

"Pas,gue ke toilet untuk ngebersihin mulut dan tangan gue,gue ngedenger suara orang kayak bicara gitu then, gue ngeliat kevin dan--"

Pandangan nadira langsung tajam. "Amara" sergahnya.

"Bukan,yang bikin gue terkejut adalah--si kevin punya selingkuhan" Nadira diam. "Gue ga terkejut tuh" ucapnya sengit.

Aku memutar bola mataku kedua kalinya. "Lo sinis amat sih,lanjutin kaga nih?"

"Iya,iya"

"But,gue bukan kaget karena dia punya selingkuhan,tapi dia selingkuh sama Vanessa" Mata Nadira membulat. "Serius lo?"

"Iyalah,emang tampang gue--tampang penipu kah?" Jawabku sambil menunjukkan wajah imut dan ber-aegyo.

Plaakk.

"Geli gue na,sok imut lo" Aku membenahi rambutku yang acak-acakan karena dihadiahi jitakan nan keras oleh Nadira.

"Bodo"

"Terus?"

"Ya gitu"

"Maksud gue,tentang lo ngelamun gajelas itu--why?"

Sorot mata gue langsung redup.

Dirga. Nama itu tiba-tiba muncul di benak gue.

"Ceritain bego" pintanya kesal.

Aku menghela nafas berat. "Gue--ngelamun karena ingat dirga"

"Sorry" jawab Nadira merasa bersalah. 

"Gue gpp kali ra,gue udah mupon kok,sudah"

"Hmm,kira-kira dirga masih inget elo ga ya?"

"I'm not wish"

"Elah,sok-sokan mupon,padahal suka kejer ga jelas sambil muter-muter di kolong kasur"

Aku tersenyum lebar. "Yakali,gue segitunya"

"The right fact"

"Udah ah,pulang yok!"

"Nandu" jawab Nadira sambil mengibas-ngibaskan bajunya.

"What did you say? Nandu?"

"Yes, 'Nanti-dulu"

Aku mengambil sapu kelas. "Ra?"

Nadira menengok sambil sesekali mengibas-ngibaskan bajunya yang berlumuran keringat. "Apa?"

"Ini sapu kalo ke kepalain orang bakal mati ga tu orang?"

"Enggak. Paling pingsan" Aku menyeringai jahil.

Aku mendekat ke arah nadira. Dan..

Pleetak. "Auhhh" pekiknya kencang.

"Kampret lo lun,bener ae lo nimpuk gue"

"Derlo"

Gantian Nadira mengernyitkan dahinya. "Derlo? What?"

"Derita-elo. Wakakak.." Aku tertawa terbahak-bahak.

"Bazeeng dasar lo,udah ayok cabut" Aku mengangguk pelan sambil mengambil tas dan berjalan pergi dari kelas untuk pulang.

Dalam lubuk hati gue yang paling dalam.

Gue masih berharap elo inget gue dir. Batin Luna.

Tapi,gue takut.

***

"Lun?" Aku menoleh sambil sesekali natap fokus ke jalanan.

"Apa?"

"Gue ga nyangka si Vanessa yang wajahnya alim-alim bangsat itu mau aja jadi selingkuhan si playboy" Aku mengedikan bahuku sambil tetap fokus menyetir mobil.

"Bukannya si Vanessa,sahabatnya si Amara ye?" Aku mengangguk pelan.

"Pengkhianatan cess" jawabku.

"Cess?"

"Incess nadira" Aku terkekeh geli. "Yakali,gue incess"

"Maybe"

"Dan na,gue ga berharap itu terjadi di persahabatan kita. Bener ga?" Aku menoleh pada nadira. Nadira diam memandangiku.

"Yakali,kita segitunya"

"Hemm,janji?"

"Lo ga ngomong pun gue ga bakal ngelakuin kali Ra"

"Yap,bagus kalo gitu"

Aku kembali fokus menyetir dan membelokkan mobilnya ke perumahan elite di Bandung. Aku berhenti tepat di depan rumah bercat black-white.

"Turun"

"Anjirr,ngusirr. Sungguh,teganya kau Luna. Hiks,hiks.."

"Lebay kumat deh" Nadira membuka sealt-beat nya. Lalu menatapku tajam. 'Awas-aja-elo-di-sekolah" ucapnya tanpa bicara.

'Emangnya-gue-takut?' jawab gue tanpa suara.

Nadira turun dari mobilku lalu masih diam di luar halaman nya sebelum aku hilang dari pandangannya.

***

Setelah aku memarkirkan mobilku,aku masuk ke dalam rumah dengan ogah-ogahan. Tapi,aku sempat terpaku melihat mobil asing yang terpakir di halaman depan rumah.

"Mobil siapa?" Gumamku pelan.

"Bodo ah,gue ga peduli" Gumamku. Aku pun langsung masuk ke dalam rumah.

Aku menutup pintu nya kembali. "Kak,lun?"

Aku terlonjak kaget lalu memutar tubuhku setelah mendengar suara yang tak asing.

"Lo ngapain disini? Enchanter?" Dia menatapku tajam.

"Gue cuman bilang,dirga bakal kembali ke sekolah kita. SMA BIS  Bandung internasional school" Seringai tajam terpampang di wajahnya.

Aku terpaku sesaat. Dirga.

Gue rindu banget sama elo dirga. Batinku.

Aku mencoba tersenyum. "Oh,gue turut senang ko" Dustaku.

"Pembohong" jawabnya.

"Lo kenapa sih sa? Sirik sama gue,bilang!" Sindir ku.

"Sirik sama elo? Hellow..ga banget ya"

"Au ah. Gue cape"

"Lun,si dirga minta nope elo katanya" Langkah ku terhenti.

Apa? Yang bener?

Haruskah Luna menari muter-muter di kolong jembatan?

"Lo kan punya,kasih aje" jawabku santai.

"Sorry lun,gue udah ngapus kontak elo" Aku mendelik tajam.

Songong bener ini anak. Gue bilang ke papa baru tau rasa.

"Bagus" Aku berjalan menuju kamarku. Sebelum itu aku menoleh ke belakang. "Kalau dia mau,datang aja nemuin gue ke rumah" Seringai kemenangan terpampang jelas di wajahku.

Raisa mendengus kesal.

***

Setelah selesai makan malam bersama. Aku merebahkan tubuhku di kasur nan nyaman. Lalu membuka chat di BBM yang sudah numpuk ratusan ping!. Gila.

Se-famous itukah gue?

Aku menggeser layar hp. Dan betapa terkejutnya aku melihat nama itu tertera jelas.

Dirga.

Dirga Aksa : Ping!

Dia nge-ping gue. Oh my--

Dapet pin gue dari mana?

Satu menit berlalu.

Dua menit.

Jawab kaga ya? Gue ragu.

Tiga menit.

Apa salahnya kalo gue ga mau tali silaturahmi putus begitu saja.

Luna Sheeva : Iya? Send.

Satu menit kemudian.

Dirga Aksa : Lun,apa kabar?

Gue seneng banget. Mau muter-muter di kolong kasur ah!

Luna Sheeva : Baik dir,elo sendiri?

Dirga Aksa : Gue baik lun, oiya lun,besok temenin gue nyari ruang kantor guru ya.

Oiya. Besok dia mau pindah.

Kalau gini caranya. Kapan gue bisa mupon?

Luna Sheeva : Sipp. Oiya,ngomong-ngomong gue mau minta maaf soal dulu. Gue,ga seharusnya ngalangin lo buat dapetin adek tiri gue. Jujur,dulu gue cemburu. Tapi,sekarang that not problem okey.

Di seberang sana. Pria itu tersenyum masam.

Kalo sekarang gue suka elo gimana?

Dirga Aksa : Hee,gpp kok lun. Emg salah gue waktu itu. Udah nyelonong aja pergi.

Luna Sheeva : Yakin? Ok,thanks. Besok gue tunggu di aula.

Dirga Aksa : Ok,sipp.

Luna Sheeva : Bye.

Dirga Aksa : Bye. Good night ya.

Luna mengelus-elus dadanya yang selalu berdegup kencang jika sudah berkaitan tentang Dirga.

Luna tersenyum manis.

Seenggaknya,gue masih bisa bareng dia. Batin Luna.

Bersambung..

***
Tbc.

Yeppi,konflik nya di mulai. So,terus baca ya!

Maaf kalau ada typo.

Vomment plis.

10 September 2016

Veragartika.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #teenfiction