CHAP. 13 : Remy Mengerikan
"Jessica mantan kamu?" tanyaku setelah Jessica langsung pulang tadi.
Entah Remy menyerahkan apa? Hanya sebuah map. Setelah Remy memberikan map tersebut, Jessica langsung pulang. Setelah Remy memaksanya pulang. Aneh.
"Tau dari mana?" Remy menoleh ke arahku.
"Ya dari mantan kamu itu!"
"Kenapa memangnya?" Remy.
"Ya ... enggak apa-apa, sih! Mau tahu aja."
"Kenapa enggak nikah sama dia? Cantik begitu orangnya," lanjutku.
"Iya, dia cantik." Hanya itu jawabannya.
"Iya, kenapa enggak nikahin dia aja?" Aku tidak puas dengan jawabannya.
"Mungkin, memang kami tidak berjodoh?" Ia malah melempar pertanyaan padaku.
"Kenapa kalian pisah?"
"Aku enggak mau bahas yang udah lalu. Menurut aku, itu udah berlalu dan enggak perlu diingat-ingat lagi."
"Tapi, aku penasaran."
"Silakan aja!"
Aku merengut. Memang ya, bicara sama Remy itu kadang menguras emosi. Aku enggak nyangka, Jessica bertahan selama 5 tahun berpacaran dengan Remy.
Atau, Remy sebenarnya romantis?
Ia sangat memuja Jessica?
Kok berbanding terbalik banget sama aku, ya?
Dia enggak pernah manis sama aku.
Ngomongnya pedes. Galak pula pas ngajarin aku nyetir.
Ya, ampun! Enggak ada bagus-bagusnya.
Aku masuk ke dalam meletakkan Biscuit ke ruangannya. Biscuit punya ruangan bermain sendiri. Ada disediakan tempat untuk dia melompat-lompat. Remy semua yang atur. Jadi, sebelum Biscuit datang, dia udah menyuruh tukang untuk merubah dalaman ruangan bawah dekat kolam renang. Aku kira, dia mau buat tempat gym. Ternyata buat Biscuit.
***
"
Cantik?" Mona.
Aku mengangguk.
Aku sekarang bersama Mona di kolam renang. Remy sedang bekerja di kantor, mencari uang yang banyak untuk menambah pundi-pundi kekayaannya. Menikmati siang kami dengan kegiatan yang sangat bermanfaat. Menggosip tentang Jessica, mantan Remy yang sangat cantik, tinggi bagai seorang model.
"Elo cemburu?" Mona.
"What??! Ya enggaklah! Gila aja!" Aku memasukkan dim sum ke dalam mulutku.
"Ya udah! Enggak masalah, dong! Kalian, kan cuma setahun ini kontraknya. Setelah bercerai, elo bisa pacaran sama Gian dan Remy ... menduda. Duda hot, kayaknya." Ia tertawa setelah mengatakan itu.
"Sialan!" Aku melempar air sirup ke tubuhnya.
"Remy, ganteng. Dia bisa dapatkan wanita manapun. Tajir, bahkan dia kasih uang jajan lo sampe ratusan juta. Beuh, udah kayak Aurel, lo!"
Aku hanya diam, memandang ke kolam renang yang airnya terlihat sangat biru dan cerah karena pantulan sinar matahari.
"Loh? Non Jessica kemana, Non?" Mbak Tini tiba-tiba datang ke arah kami seraya membawa gelas berisi sirup.
"Jessica? Enggak ada dia," Aku.
"Tadi dateng, Mbak suruh ke sini samperin Non Olga. Apa dia langsung pulang?" Mbak Tini masih bingung.
Aku dan Mona saling menatap bingung. Dan, aku langsung membola.
"Apa dia denger obrolan kita?" Aku panik.
"Mungkin."
"Ah, shit!"
"Santai aja! Palingan dia berencana balikan lagi sama Remy saat dia tahu, kalau Remy bakal menduda." Mona melahap dim sum-nya dengan santai.
Aku tidak tahu. Mendengar Mona bicara seperti itu, rasanya aku tidak ... rela, Jessica dan Remy balikan.
***
"Kenapa kamu bilang-bilang soal kontrak nikah kita ke Jessica?!" Remy.
"Aku enggak tahu dia datang ke rumah ini lagi, disaat kamu enggak ada."
Remy tiba-tiba masuk ke kamarku setelah ia baru sampai rumah. Nada suaranya penuh kekesalan dan ia terlihat sangat marah.
"Kamu pindah ke kamarku mulai malam ini!" Perintahnya.
"Aku enggak mau! Sesuai perjanjian, kita-"
"Karena kamu sudah melanggar perjanjian kita, sekarang hukuman kamu adalah, tidur sama aku!" Potongnya cepat, tanpa berkedip, tepat menatap ke dalam netraku.
"Ta-tapi, hukuman enggak pernah ada ditulis."
"Itu hukuman tidak tertulis dari aku! Kamu tahu? Kalau orang lain sampai tahu soal kita, yang paling terbebani adalah saya! Apa yang harus saya katakan ke papa dan mama? Mereka sudah terlanjur menyukai kamu! Kamu enggak mikir ke situ?!" Ia mulai memakai kata formal lagi.
Jujur. Aku sedikit takut melihat Remy seperti ini. Dan, merasa bersalah ketika papa dan mama dibawa-bawa.
"Tapi, kamu enggak bakalan ngapa-ngapain aku, kan?" tanyaku takut-takut.
"Memangnya ... kamu mau aku apain?" Ia menaikkan sebelah alisnya. Tanpa senyum. Dingin.
Aku menggeleng dengan cepat.
"Aku mau mandi. Aku selesai mandi, kamu belum ada di kamarku, hukuman kamu bakal aku tambah! Jangan kira aku enggak bisa melakukan hal yang mengerikan!" lanjutnya dan segera keluar dari kamarku. Pintunya ditutup cukup keras olehnya.
Aku terperanjat mendengar pintu yang dibanting.
"Kamu ngomong gitu aja, udah mengerikan!" ucapku setelah ia menutup pintu.
Aku menekan intercom di kamarku, memanggil Mbak Tini untuk mengangkut barang-barangku ke kamar Remy.
Dan, malam ini, aku dan Mbak Tini bekerja sama memindahkan barang-barangku ke kamar Remy.
"Kenapa, Non?" Mbak Tini bingung.
"Saya disuruh pindah. Remy marah, karena Jessica tahu soal kontrak itu."
"Aduuh, Non! Nanti kalo Non Jessica ngomong ke Bapak dan Ibu, gimana?" Mbak Tini panik.
"Udah, ah, Mbak! Saya enggak tahu lagi, biar Remy aja yang urus."
"Udah semuanya?" tanya Remy begitu keluar dari kamar mandi.
"Sudah, Mas Remy," Mbak Tini.
"Mbak, kalau Jessica tanya macam-macam, bilang aja enggak tahu-menahu soal ini, ya?" Remy.
"Iya, Mas," Mbak Tini mengangguk patuh.
"Kalau kamu bicara macam-macam, saya enggak segan untuk pecat kamu dan biaya sekolah anak kamu akan saya stop!" Remy.
Aku terkejut mendengar ucapan Remy. Ternyata, banyak hal yang tidak aku ketahui soal Remy. Ia juga membiayai anak Mbak Tini.
"I-iya, Mas Remy. Saya enggak akan bawel. Janji."
Remy mengibaskan tangannya, memberi kode agar Mbak Tini keluar dari kamarnya.
"Kamu, kok ngancem pecat segala, sih?!" Aku.
"Itu kesalahan kamu. Kalau sampai dia dipecat, itu karena kamu!" jawabnya enteng.
"Jangan bawa-bawa Mbak Tini!"
"Itu hak saya. Saya yang gaji dia!" Ia berjalan menuju walk in closetnya.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Ayo, turun! Kita makan dulu," ucapnya setelah selesai memakai pakaian.
Sepanjang acara makan malam ini, kami hanya diam. Suara denting sendok dan garpu saja yang terdengar di ruang makan. Remy fokus makan. Dan, aku makan tanpa semangat.
Selesai makan, Remy ke ruang kerjanya. Tanpa mengucapkan apa-apa. Aku ke kamarnya. Menggosok gigi dan mulai memakai krim malam. Lalu, aku lebih memilih tidur. Aku sudah pusing memikirkan Jessica yang mengetahui masalah ini dan memikirkan kata-kata Mona, soal Remy yang akan menjadi duda hot.
Ya, ampun! Aku enggak rela, loh!
*Olga saat diomeli Remy, enggak berkutik.
*Remy pengen banget nampol Olga, karena Jessica tahu soal kontrak.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top