28 🔸 Janji
"Apa? Nikah?!"
Kirana membalas dengan anggukan. Posisi duduk Reivant semakin melotot ke bawah. Apakah, kisah cinta mereka harus kandas, karena pada akhirnya Reivant dan Adara menjadi saudara tiri?
Tidak! Reivant tidak mau!
"Terus, Ibu setuju?" tanya Reivant, memandang ibunya tajam.
"Belum ibu jawab."
Tidak. Reivant tidak boleh lega dahulu. Sepertinya Kirana tidak menjawab lamaran Pras karena masih bingung dengan keputusan terbaiknya seperti apa. Kirana dan Prasetya telah mengetahui hubungan baik kedua anaknya, namun mengapa ayah Adara itu malah ingin meminang ibunya?
Jika Reivant menjadi Adara, sudah pasti ia akan sakit hati. Sudah melihat kematian ibu dan om nya dengan mata kepala sendiri, kini ayahnya malah ingin menikahi selingkuhannya di masa lalu. Tapi, Reivant juga tidak bisa menyalahkan ibunya karena kasus semacam ini adalah kesalahan di dua belah pihak.
Rumit! Reivant hanya ingin merasakan hubungan asmara remaja yang berwarna-warni. Namun, mengapa masalahnya banyak sekali? Reivant sudah terlanjur jatuh cinta kepada Adara. Tidak mungkin Reivant mencintai saudara tirinya sendiri.
Otaknya bergemuruh pemikiran tentang kondisinya saat ini, hingga suara dering panggilan masuk tidak terdengar.
"Rei, ada telepon masuk," ujar Kirana, membuyarkan pikiran Reivant.
Dengan sigap cowok itu mengangkat telepon. "Halo? Salsa?"
[ Halo, Rei? Adara sama kamu? ]
Adara? Mengapa Salsa menanyakan tentang Adara kepadanya? Sudah jelas-jelas, gadis itu seperti orang terserang alergi jika dekat-dekat dengan Reivant.
"Nggak. Kenapa?"
[ Adara hilang! Dia kabur dari rumah! ]
Seperti biasa, permasalahan remaja itu diatasi dengan kabur dari rumah. Namun, seberat apapun masalah yang dihadapi oleh Reivant di sepanjang hidupnya, ia tidak pernah mencoba untuk kabur dari rumah. Tapi, Reivant tidak ingin menanyakan alasan Adara yang bertindak seperti itu, karena mungkin saja mental Adara sangat terpukul setelah mengetahui Pras melamar selingkuhannya dahulu.
"Hilang? Kok bisa?!"
[ Nggak tahu. Marvin sama aku udah nelepon dia, tapi nggak diangkat .... Aku ditelepon Mbok Sri. Katanya, Adara sampai sore nggak pulang-pulang, padahal tadi pagi berangkat sekolah. Tapi kata Marvin, hari ini Adara absen, tanpa keterangan.]
Jadi, Adara bolos? Gadis itu benar-benar menarik diri dari segala hal. Reivant semakin khawatir mengenai kondisi Adara saat ini.
"Kalian di rumah Adara? ... Aku ke sana sekarang."
Sambungan telepon, diputus oleh Reivant. Ia berpamitan kepada Kirana untuk pergi ke rumah Adara. Padahal cuaca saat ini terbilang dingin, tapi Reivant tidak terpikirkan akan hal itu. Jaket yang berada di balik pintu kamar, ia abaikan. Reivant langsung menuju halaman rumah dan menancap gas motornya.
Tidak butuh waktu lama karena Reivant mengendarai motor seperti orang dikejar begal. Lima belas menit kemudian, Reivant sudah sampai di depan rumah Adara. Motornya terparkir diluar, tidak dibawa masuk.
Langkahnya setengah berlari. Di ambang pintu utama, terlihat Prasetya dan para pekerja rumah, juga Marvin dan Salsa. Wajah mereka tampak cemas.
"Kamu pasti tahu di mana Adara, kan?" tanya Pras, sambil mengguncangkan tubuhnya.
"Ng-nggak tahu, Om! Suwer takewer-kewer. Aduh, sakit!" pekik Reivant.
Kedua mata Salsa membulat. Bisa-bisanya Reivant bercanda dalam situasi genting begini.
Kembali lagi dalam mode serius. Sama seperti Salsa dan Marvin, panggilan dari Reivant tidak diangkat, padahal sudah berdering.
Daripada menunggu tanpa membuahkan hasil, Reivant mengusulkan kepada mereka untuk berpencar mencari keberadaan Adara.
Motor Vario hitam itu melesat tak tahu arah. Reivant sudah mencari ke setiap sudut perumahan, tetap tidak ada. Ia juga melintas ke kompleks toko buku Arifin, sama saja, gadis itu tak nampak di mana-mana.
Reivant berhenti sejenak untuk berpikir, ada di mana kemungkinan besar Adara saat ini. Setiap kata demi kata yang terlontar dari gadis itu, Reivant ulangi dalam memori. Hingga, satu ucapan yang bisa menjadi petunjuk Reivant, harus ke mana ia pergi selanjutnya.
Air mancur dekat kota. Ya, Adara pernah bilang, bahwa ia menyukai air, dan ingin mencoba hujan-hujanan sejak dahulu. Namun, almarhumah ibunya—Aureen—melarang Adara, dan memutuskan untuk membawanya ke air mancur. Jadi, setiap hujan reda, Adara merengek untuk melihat air mancur dan membeli balon gas di sana.
"Semoga , dia ada di air mancur," gumam Reivant. Setelah itu, ia kembali menancap gas dalam kecepatan yang cukup tinggi. Ia takut, Adara keburu menghilang dari sana.
Tebakan Reivant benar. Saat ini, Adara sedang duduk sendirian di sisi dinding air mancur yang berbahan marmer. Ukuran air mancur itu tidak besar, hanya haiasan di taman kota saja, dan tidak terlalu indah. Mungkin, karena tempat ini bisa mengingatkan Adara tentang ibunya.
Wajah Adara memandang dengan tatapan kosong. Matanya sayu. Tangannya menggapai-gapai riak air di sana seraya berkata, "apakah aku akan bahagia, Mama?"
Ketika air matanya mulai menetes, Reivant langsung duduk di sebelah Adara, tanpa gadis itu sadari kedatangannya. Reivant mengusap air mata Adara, kemudian ia tersenyum.
"Kamu akan bahagia ...," ujar Reivant lembut.
Adara mengalihkan pandangannya dari Reivant. Ia ingin menyembunyikan tangisnya itu, karena terakhir kali, Adara menangis seperti orang kemasukan setan. Jika diingat lagi, ternyata itu sangat memalukan.
"Adara ... apapun yang sudah, maupun yang akan terjadi ... jangan pergi dari aku," kata Reivant.
Kepala Adara terasa semakin pening. "Aku nggak pergi dari kamu. Kita akan jadi saudara," ujar Adara.
"Aku nggak mau jadi saudara."
"Apa?" Adara menjadi sedikit kesal. "Kamu tahu nggak sih, masalahnya apa?" tanya Adara. Nadanya sedikit meninggi.
"Aku tahu. Aku minta maaf yang sebesar-besarnya tentang masa lalu, atas nama ibuku."
Wajah Adara terlihat terkejut. "Kamu, tahu dari mana?" tanyanya.
"Aku lihat buktinya sendiri. Ada foto dan beberapa surat di masa lalu."
Setelah mendengar hal itu, Adara terdiam sebentar. Ia kemudian menjelaskan, bahwa Pras sendiri yang bilang kepadanya, bahwa ia akan menikahi Kirana. Awalnya, Pras tidak ingin membongkar tentang kisah masa lalu. Tapi karena Adara terus mendesak alasannya, Pras terceplos bilang, Kirana cinta pertamanya. Adara langsung bisa menebak bahwa, Kirana adalah penyebab hancurnya hati Aureen, hingga ibunya sempat depresi dan mengalami kecelakaan tragis.
"Bu Kirana nggak salah apa-apa ke aku. Jangan minta maaf ke aku, tapi ke Mama. Eh, tapi, Mama juga sudah nggak ada."
Mendengar ucapan Adara, Reivant sedikit terhenyak. Sepertinya Adara sulit untuk benar-benar melupakan kesalahan masa lalu. Penyebabnya, pasti ia selalu terngiang dengan tragedi mobil itu.
"Adara! Mama kamu selalu ada di hati kamu. Mama kamu juga sedang mengawasi kamu dari atas sana."
"Ah! Pada akhirnya, semuanya akan pergi! Aku sudah terbiasa sendirian."
Reivant mendekap tubuh Adara. Kini, di suhu minim, Adara hanya memakai dress lengan pendek. Kulitnya sedingin es. Tubuhnya sedikit gemetaran. Cowok itu semakin prihatin dengan kondisi Adara.
"Jangan peduli sama aku! Semua itu hanya kasihan, bukan peduli!"
Adara memberontak dari dekapan Reivant, namun tenaga cowok di hadapannya ini jauh lebih besar.
"Semuanya pergi. Mama pergi, Om pergi, sekarang ... Rei juga, beberapa waktu ke depan, akan pergi jauh, walau sebenarnya, Rei akan jadi saudara tiriku ..."
Reivant menggeleng. "Nggak. Aku nggak akan pergi kemanapun. Aku janji, aku akan selalu bersama kamu. Aku peduli sama kamu."
Adara menepis kedua lengan Reivant yang tadinya memegang pundak Adara. "Jangan menjanjikan hal yang nggak pasti!" tukasnya.
"Dengar dulu!" kata Reivant sedikit meninggi. Ia mengatur napas untuk mengontrol emosinya. "Aku janji, akan berusaha untuk membatalkan pernikahan Ibu dan Om Pras. Aku nggak mau kita jadi saudara."
Adara sedikit bingung dengan ucapan Reivant. "Apa maksud kamu?"
Wajah Reivant saat ini semerah tomat segar. Merasa wajahnya panas, kemudian ia tutupi menggunakan satu telapak tangan seraya berkata, "karena, aku ... s-sayang, Adara. Jadi, aku janji, akan membatalkan pernikahan itu."
🔅
IG: @vierya_chie
1.184 words
06/06/2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top