27 🔸 Rahasia Besar

    Kopi americano yang ia pesan semakin dingin. Semenjak kepergian Adara dari kafe, Reivant tidak ada niatan untuk menghabiskan minuman yang ia pesan. Sudah kehilangan selera. Ditambah, gadis itu menggumamkan kata benci. Apakah Adara benci kepada Reivant? Atas dasar apa? Cowok itu mengacak rambutnya, bingung dengan perubahan sikap secara mendadak ini.

    Bagaimana bisa mengerti, jika seorang perempuan itu tidak menceritakan masalahnya. Kesal akan berbagai pertanyaan yang tidak mendapat jawaban sesuai harapan, Reivant langsung menandaskan americano dalam satu tarikan napas.

    Padahal, jika mereka berhasil baikan hari ini, Reivant sudah membulatkan tekad untuk mengutarakan perasaan yang ia pendam selama satu tahun ini. Sudahlah, gagal total semua. Reivant berjalan gontai, keluar dari kafe dengan perasaan campur aduk.

🔅

    Di sekolah, Adara menjadi murid pendiam. Ia hanya berbaur dengan Salsa dan Marvin. Itu pun kalau Adara ingin. Kalau tidak, ya, Adara langsung minta jemputan ke Pak Tio.

    "Dara, kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Salsa khawatir.

    "Nggak. Aku pulang duluan ya," jawab Adara, lagi-lagi merahasiakan semuanya.

    Salsa dan Marvin saling berbisik. Mereka berspekulasi bahwa, Reivant yang menyebabkan ini semua.

    "Tapi berantem karena apa coba? Putus cinta? Jadian aja belom!" cerocos Salsa.

    "Ini pasti ulah Reivant, sudah bikin kesalahan besar! Kamu lihat nggak sih, mereka berdua kayak musuhan gitu!" sahut Marvin, terpancing omongan Salsa.

    Ya, ketiga sahabat ini memang hobi menghamburkan kata-kata. Namun sekarang, personilnya hanya dua, karena Adara sedang tidak mood segala-galanya.

🔅

    Sudah dua minggu Reivant dan Adara tak saling berkomunikasi. Melihat berbagai penolakan dari Adara, ia menjadi enggan untuk mendekati gadis itu lagi. Jika benar karena dirinya, maka yang harus Reivant lakukan adalah menjauh, menuruti kemauan Adara.

    Mengapa cinta serumit ini? Kapan aku bisa merasakan indahnya cinta remaja dalam waktu yang lama?

    Mulutnya bungkam, tapi otaknya selalu dipenuhi pertanyaan tanpa jawaban. Reivant merenung, sebenarnya masalah apa yang menimpa Adara.

🔅

    Sepulang sekolah, Reivant langsung ke kamar dan merebahkan tubuhnya di kasur. Seragam masih terpasang acak-acakan, namun Reivant belum bersedia untuk melepaskannya.

    Hari ini, rumahnya sepi, tidak ada orang. Kirana menemani kedua adiknya yang sedang study tour-tepatnya di Lembang-acara tahunan yang diselenggarakan tempat bimbingan belajar Syafa dan Irish. Reivant tidak ambil kelas privat karena ia lebih fokus belajar jika sendirian.

    Kirana menitip pesan kepada Reivant, bahwa ia harus bersih-bersih rumah, tidak boleh rebahan sepanjang hari. Mereka kemungkinan sampai rumah pukul tujuh malam. Mengingat pesan ibunya, ia berjalan gontai, mengganti seragamnya di kamar mandi, sekalian bilas badan.

    Sudah ganteng, Reivant langsung mengambil sapu. Ia menyapu seluruh lantai rumahnya tanpa kecuali.

    Baru menyapu saja, energinya sudah terkuras habis. Reivant membuka lemari. Tidak ada apapun kecuali kacang sukro di dalam toples kue lebaran yang sedikit berdebu. Lalu Reivant memeriksa kulkas, dan ternyata sama saja. Hanya dua botol air mineral dan beberapa irisan semangka sisa kemarin.

    Perutnya malah kerongcongan setelah menyapu rumah kecil itu. Setelah mengisi bahan bakar seadanya, Reivant memulai lagi misi bersih-bersih rumah itu.

    Lantai sudah bersih, sekarang tinggal membersihkan barang-barang yang berserakan, tidak sesuai tempatnya.

    Membandingkan kamar miliknya dengan kedua kamar lainnya, membuat Reivant insecure. Masalahnya, kamar ketiga perempuan itu rapi, hanya kamar Reivant yang seperti kapal pecah.

    Setelah sibuk membereskan kamarnya sendiri, lagi-lagi Reivant kehabisan energi lalu menghabiskan potongan-potongan terakhir semangka di kulkas.

    Sudah menyempatkan isi bahan bakar periode kedua, Reivant menuju kamar ibunya. Meja riasnya sedikit berantakan. Ia merapikan alat make up Kirana.

    Ketika merapikan meja rias, Reivant melihat ada satu foto terselip di sela-sela alat make up. Foto itu terlihat lusuh dan menguning, seperti foto lawas.

    "Ini Ibu sama ... Papa Adara?"

    Meskipun wajah mereka terlihat sedikit asing, lebih tepatnya sedikit berbeda. Ya, dua sosok orang tua itu terlihat jauh lebih muda.

    "Mereka sudah kenal lama?"

    Reivant berpikiran demikian karena Papa Adara terlihat merangkul ibunya. Terlihat akrab. Keduanya pun sama-sama tertawa di dalam foto. Iseng membalik fotonya, Reivant menemukan tulisan tangan dari pulpen. Sudah sedikit luntur. Di lembar putih, sisi belakang foto itu tertulis,

    'Liburan Bersama A Prasetya ❀'

    Ada apa ini? Mengapa ibunya memanggil Papa Adara seperti ini? Sepertinya, mereka berdua pernah menjadi sahabat baik sebelum menikah dengan ayahnya, Alifin.

    Tunggu, tapi tanggal yang tertera di foto itu membawa kejanggalan besar. Mereka berdua berjalan bersama, setahun setelah Reivant lahir, yang artinya Kirana telah menikah dengan Alifin.

    Semakin penasaran Reivant. Ia mulai mencari-cari petunjuk lain untuk membenarkan dugaannya. Sudah dua laci Reivant periksa, namun tidak ada apapun yang di dalamnya.

    Namun di laci ketiga, Reivant menemukan sesuatu. Seperti kotak perhiasan, namun lebih besar lagi. Bentuknya mirip kotak harta karun, berwarna violet, dihiasi permata imitasi yang biasa dijual di online shop. Tidak digembok.

    Jangan-jangan, ini adalah barang-barang penting milik ibunya? Bolehkah Reivant membuka kotak harta karun ini?

    Ah, jika ditanya, pastilah tidak boleh. Namun ia penasaran, mengapa Kirana dan Pras bisa akrab di masa lalu.

    Akhirnya kotak misteri itu dibuka. Isinya tidak ada yang aneh, hanya perhiasan di atas alas bludru berwarna merah. Ia meraba dasar kotak. Ada yang mengganjal.

    Ternyata, di bawah alas bludru itu, ada kunci kecil yang entah berpasangan dengan gembok apa. Mengapa kunci itu disembunyikan?

    Reivant kini menjadi detektif dadakan. Ia mencari gembok untuk dimasukkan oleh kunci dalam genggamannya. Tak ada yang cocok. Kunci itu terlalu kecil.

    Hingga Reivant tersadar bahwa kotak besar itu terbagi menjadi dua bagian, dan di pertengahan kotak, ada lubang kunci yang tertutup permata imitasi.

    "Ibu mau jadi agen rahasia atau gimana sih? Kok segininya nyembunyiin barang," gerutu Reivant setelah capek mencari pasangan dari kunci tersebut.

    Kotak itu terbagi menjadi dua. Terlihatlah setumpuk surat, mulai dari yang masih bagus, hingga yang sudah menguning. Reivant ambil yang paling atas.

    Sungguh, sulit dipercaya. Pada salam pembuka saja, Reivant sudah bisa menebak, sebenarnya hubungan apa yang dijalin oleh Kirana dan Prasetya. Masalahnya, dalam surat ini dipenuhi oleh kata-kata manis seorang pria dewasa yang ditujukan kepada kekasih tercinta.

    "Jadi, Om Pras dan Ibu ..."

.

.

.

    'Tanggal: 14 April 2005

    'Wanitaku yang tersayang. Aku merindukanmu. Sudah lama kita tidak bersua. Satu bulan, terasa seperti satu dekade. Bagaimana mungkin aku rela  mengikhlaskanmu? Kau adalah cinta pertamaku. Jika aku dapat menawar takdir, apapun boleh terjadi, asal aku tetap bersamamu.'

.

.

.

    "dahulu adalah sepasang kekasih?"

    Reivant membaca surat-surat itu satu persatu. Cukup menggelikan melihat bahasa orang dewasa yang sedang di mabuk asmara. Ternyata, Prasetya orangnya puitis juga, sama seperti Adara.

    "Apakah Adara menjauh, karena sudah tahu ini semua?"

🔅

    Pintu rumah terbuka. Benar saja, selepas isya, Kirana dan kedua adiknya baru sampai rumah. Mereka bawa banyak sekali oleh-oleh. Bukan untuk Reivant, melainkan para tetangga yang hobi menagih oleh-oleh. Ya, ada sih untuk Reivant, yaitu bolu susu khas Lembang, dibagi tiga dengan adik-adiknya.

    Reivant tidak ingin ketahuan bahwa ia telah menggeledah harta terpendam milik Kirana. Jadi, dengan kemampuan menyelidiknya, ia berusaha memancing ibunya agar bercerita.

    "Ibu, kenapa Adara jauhin Reivant, ya?"

    Kirana terhenyak. Reivant berhasil memancing ibunya.

    "Nggak tahu. Mungkin kamu ada salah sama Dara," jawab Kirana setenang mungkin.

    "Aku udah minta maaf berkali-kali, tetap nggak dihiraukan. Udah dua minggu dia cuekin aku, Bu!"

    Diam, tak ada balasan apapun. Akhirnya, Reivant angkat bicara lagi.

    "Apa karena masalah keluarga, ya?"

    Ini adalah pertanyaan telak. Semoga, Kirana sadar dan segera bercerita, apa yang sebenarnya terjadi.

    Sungguh, sebenarnya Reivant tidak ingin mendengar pembenaran dari dugaannya sendiri. Namun, jika Adara sudah tahu, Reivant juga berhak mengetahui. Toh, itu adalah kesalahan di masa lalu. Almarhum ayahnya pun pasti sudah memaafkan ibunya yang sudah main di belakang bersama Prasetya, ayah dari Adara.

    Akhirnya, Kirana bercerita mengenai masa lalunya.

    Kirana dan Prasetya adalah sepasang kekasih di bangku kuliah. Sudah menjalin kasih dari awal masuk kuliah, hingga wisuda selalu bersama. Namun, orang tua mereka tak merestui hubungan diantara keduanya. Akhirnya, putuslah hubungan mereka dan Kirana mulai mencari orang lain. Sedangkan Prasetya, bertemu dengan Aureen, seorang wanita yang disukai pihak keluarga.

    Cinta tumbuh karena terbiasa. Kirana, perlahan cinta kepada almarhum ayahnya, Alifin. Kirana mulai mencoba melupakan Prasetya yang notabenenya sudah menjadi mantan. Namun tidak dengan Prasetya. Suami orang itu kelimpungan. Ternyata berbeda rasanya jika menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai seutuhnya. Karena Kirana tidak mempunyai ponsel, mereka berdua berkomunikasi lewat surat, dan cinta terlarang itu mulai terjalin.

    Meskipun mereka sama-sama telah menikah, Kirana dan Prasetya sempat bertemu beberapa kali dalam setahun. Tidak sering, karena sama-sama memiliki bayi, namun cukup intens berkirim surat.

    Hubungan mereka akhirnya terendus oleh pasangan resmi. Alifin dan Aureen syok mengetahui bahwa pasangan mereka bermain di belakang. Karena Alifin sangat mencintai Kirana, ia memaafkan apa yang dilakukan istrinya meskipun hatinya begitu tergores. Namun, tidak dengan Aureen. Ia lebih memilih untuk bercerai karena selama ini, Prasetya tidak memperlakukan Aureen layaknya seorang istri. Aureen peka akan hal itu.

    Rentetan peristiwa nahas yang terjadi di keluarga Adara, berawal dari perselingkuhan ayah Adara dan ibunya.

    Tidak heran, mengapa Adara bisa menyebut kata 'benci'. Ternyata, salah satu penyebab kehancuran keluarga Adara, juga kecelakaan maut ibunya itu, berasal dari Kirana.

    Mendengar cerita dari Kirana, membuat Reivant tercenung. Mengapa diantara miliaran manusia di bumi, harus kedua orang tua mereka yang mengalami cinta terlarang?

    "Awalnya, Ibu nggak menyadari kalau Adara itu anak Pak Prasetya dan Bu Aureen. Tapi semenjak mendengar pembicaraan kalian tentang teddy bear di toko Om Arifin, Ibu langsung sadar," jelas Kirana.

    Pantas saja, waktu itu, gelas yang Kirana bawa mendadak jatuh. Ternyata, Kirana kaget mendengar kisah tragis keluarga Adara.

    "Ya Allah ...," gumam Reivant sambil memijat kening. "Oke. Itu masa lalu. Lantas, kenapa Adara seolah benci sama aku? Kenapa dia ngejauhin aku? Apa Ibu tahu penyebabnya?" tanya Reivant, semakin penasaran.

    Kirana menghela napas, lalu menatap anak sulungnya itu. "Karena, Pak Prasetya ingin menikahi Ibu. Sepertinya, ia juga sudah cerita ke Adara."

🔅

.

.

.

    [ Halo, Rei? Adara sama kamu? ]

    "Nggak. Kenapa?"

    [ Adara hilang. Dia kabur dari rumah! ]

🔅

IG: @vierya_chie
1.596 words
05/06/2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top