25 🔸 Merayu Kembang Api

    "Gue lebih dulu pegang ini!"

    "Apaan, orang gue udah sampai dari tadi, lo main nyerobot aja!"

    "Gue udah booking Teteh-nya dari kemarin!"

    "Ah, lo ngadi-ngadi. Dikira apaan kali, booking penjualnya!"

    Siapa yang sedang bertengkar? Tentu saja Reivant dan Axel, duo wibu kambuhan itu sedang memperebutkan action figure  karakter dari anime Kimetsu No Yaiba.

    Sudah sejam berkeliling, gaduhnya suara musik terdengar dari jauh. Di ujung sana, terdapat panggung cukup besar. Terlihat lima orang  perempuan berpenampilan karakter moe terkenal, berada di atas panggung. Mereka berlima adalah girlband cukup terkenal di Karawang.

    Kiki mengajak sekutu-sekutuannya untuk ikut menonton. Gadis-gadis di panggung itu rupanya sangat manis. Sepertinya, mereka baru lulus sekolah, tidak beda jauh dengan usia Reivant.

    "One, two, one two three, woo!"

    Musik mengalun dengan tempo cepat, membangkitkan semangat para wibu untuk ikut menari. Apalagi jika melihat kelakuan Axel. Ia sudah memilih barisan terdepan demi melihat jelas sosok sang vokalis.

    "Rei, nggak ikut joget?!" tanya Adara lantang.

    "Henteu! Kamu nyuruh aku joget mulu deh, heran!" balas Reivant. (Tidak)

    Mereka berdua berada di barisan tengah, perkumpulan wibu setengah kalem. Sedangkan di barisan terbelakang, ada Marvin, Salsa, dan Karin—tiga orang yang berusaha membaur di golongan wibu—sedang sibuk dengan ponselnya masing-masing.

    Girlband imut-imut itu pamit undur diri setelah membawakan empat lagu.

    Sudah kenyang belanja dan menonton konser, mereka menuju tempat matsuri yang pertama, yaitu Sakura Matsuri. Melihat keindahan bunga sakura yang mekar sempurna walaupun tidak banyak, disertai makanan khas negara matahari terbit, kini tersaji di atas tikar. Suasananya hampir mirip seperti di Jepang.

    Mereka menikmati makan siang di bawah pohon sakura. Ya, Reivant dan kawan-kawannya sedang hanami versi lokal, yaitu menikmati indahnya bunga sakura bermekaran.

    "Sekarang, siapa cowok-cowok yang bersedia jadi model?" tanya Kiki, setelah menghabiskan takoyaki dua porsi.

    Tidak ada yang mengacung. Geram Kiki, akhirnya ia menarik Reivant dan Marvin untuk dijadikan model karena cowok lainnya masih sibuk mengunyah makanan Jepang.

    Mereka berdua kini memakai pakaian perang ala Jepang, sesuai perintah Kiki. Kiki mengarahkan Reivant dan Marvin untuk saling menatap sambil menghunuskan pedang ke arah masing-masing. Tidak hanya itu, Reivant berpose seolah-olah ia akan menikam Marvin dari belakang. Jarak tubuh mereka begitu dekat hingga Adara ketar-ketir melihatnya.

    Tidak ada yang sadar akan reaksi aneh dari Adara, si cewek fujoshi. Namun, hanya Reivant yang menyadari perubahan ekspresi Adara.

    Ingin bertingkah jahil lebih jauh, kini Reivant menggerakkan pedangnya ke leher Marvin sambil memegang dagu sahabat Adara itu.

    Napasnya naik turun. Dango yang sedari tadi anteng di mulut, memilih untuk keluar dan menggelinding ke rumput. Mulut Adara ternganga.

    Gadis itu penuh kejutan. Kini Reivant terkikik melihat tingkah konyol Adara. Cantik-cantik tapi aneh.

🔅

    Sudah banyak acara yang mereka lakukan, mulai dari photoshoot, festival arak-arakan, menari berjam-jam sambil menonton idol, serta hanami.

    Langit mulai gelap. Petang sudah hampir usai. Di barisan belakang, Kiki masih saja sibuk dengan kameranya. Tak lama kemudian, ia merogoh tasnya untuk mengambil kimono. Tak hanya satu, tapi banyak sekali.

    "Ada satu festival lagi nanti malam, namanya hanabi matsuri. Nanti Aa akan jadikan kalian semua model biar cepat selesai," ujar Kiki sambil memberikan satu persatu kimono kepada mereka.

    Jam sudah menunjukkan pukul enam. Delapan sekawan itu sudah berganti setelan kimono dengan riasan wajah seadanya karena ia hanya mengambil gambar kimono-nya saja.

    Satu persatu dari mereka mendapat giliran foto secara mandiri.

    Hingga akhirnya, suara bising petasan membuat semuanya menoleh ke langit

    Berbagai stand di sana nampak gemerlapan karena kembang api. Untung saja, peran mereka menjadi model telah usai. Kini, mereka bisa bebas untuk menikmati festival terakhir di Japan Matsuri, yaitu festival kembang api.

    "Karena kembang apinya sudah nyala, jadi kalian nikmati aja dulu, baru antarkan baju ke mobil. Oke?" kata Kiki, dibalas 'oke' oleh semuanya.

    Mengikuti orang-orang di sekitar mereka, Reivant dan kawan-kawannya jalan beriringan. Mereka sampai di halaman luas berumput, menikmati puluhan kembang api yang mewarnai langit malam. Reivant menoleh ke arah Adara. Wajah gadis itu terlihat berseri-seri dan pancaran warna dari kembang api terpantul jelas di matanya. Begitu indah.

    "Rei!"

    Panggilan dari Adara membuyarkan lamunannya.

    "Iya?" sahut Reivant.

    "Aku haus! Anterin beli minum, yuk!" pinta Adara.

    Tanpa pikir panjang, Reivant menyetujui dan menggandeng tangan Adara agar gadis itu tidak lenyap dalam kerumunan.

    Stand makanan dan minuman sangat sepi. Sepertinya para pengunjung telah memenuhi lapangan festival kembang api.

    Padahal tujuan utama Adara adalah mencari minuman. Tapi buktinya, gadis itu malah tertarik dengan ringo ame, atau bisa disebut juga permen apel. Tenaganya masih tersisa banyak, hingga ia membeli beberapa hal di sana.

    Setelah itu, Adara mulai haus. Mereka berdua minum jus lalu menyusuri jalan penuh stand.

    "Kita balik lagi yuk, aku mau lihat kembang api," ajak Adara.

    "Jangan. Aku punya ide bagus."

    Reivant kembali menggandeng tangan Adara. Ia membawa gadis itu ke jembatan masuk Japan Matsuri. Pemandangan dari atas jembatan terlalu menarik untuk dilewatkan. Lautan manusia di lapangan luas tadi nampak seperti semut-semut di televisi rusak.

    "Awal masuk ke lokasi, aku sudah memperkirakan ini. Kalau kita nonton kembang api di atas jembatan, pasti lebih indah," jelas Reivant.

    Adara takjub. Ia nampak sangat menikmati festival ini bersama Reivant. Ah, sampai-sampai, gadis itu lupa bahwa mereka tidak berdua saja. Teman-temannya masih di bawah sana, dan tidak ada yang berniat untuk mengabari.

    Kembang api kawat yang dibeli Adara masih setia di genggamannya. Setelah festival kembang api dipastikan usai, Adara memberikan satu kembang api kecil itu kepada Reivant.

    "Aku suka kembang api," kata Adara singkat, kemudian menyalakan kembang api itu menggunakan korek gas yang ia beli di stand kembang api.

    Adara membagi percikan api miliknya ke kawat kembang api Reivant.

    "Rei ...," panggil Adara.

    "Iya?" sahut Reivant, masih fokus mengambil percikan api Adara.

    "Aku ingin merayu kembang api."

    Reivant bingung dengan ucapan Adara. "Maksudnya?"

    Kini, kembang api sparkle itu menyala bersama.

    "Merayu kembang api agar tidak padam. Merayu kembang api untuk terus menerangi hariku. Merayu kembang api supaya tidak pergi dari hidupku," kata Adara, menatap mata Reivant tanpa berkedip.

    Entah mengapa, meskipun Reivant sedikit bingung dengan diksi dadakan yang dilontarkan Adara, cowok itu tetap tersentuh akan ucapannya. Sayangnya, Reivant tidak pandai dalam menyusun kata-kata romantis, jadilah ia bertanya hal logis.

    "Jadi ... kamu mau kembang api lagi? Ini, ambil aja punyaku."

    Seketika, ekspresi Adara berubah 180 derajat. Gadis itu memanyunkan bibir. Ia hendak memalingkan wajahnya, namun gagal karena antingnya tersangkut kain kimono.

    "Aw! Rei, tolongin, antingku nyangkut!" rengek Adara.

    Dengan sigap, Reivant mendekat ke telinga Adara. Benar saja, anting panjang merumbai itu tersangkut di kimono. Ketika hendak melepaskan benangnya, suara cowok cukup lantang terdengar dari jauh.

    "K-kalian mau ngapain?!" tanya Marvin. Cowok itu sudah salah paham.

    Adara menjelaskan kronologisnya. Kini, Marvin malah malu sendiri, namun sudah menyiapkan kalimat pembelaan. "Kenapa misah? Kita tuh nyariin kalian, apalagi Pak Tio tuh!"

    "Maaf ya, tadi aku beli minum. Terus, aku lihat kembang api di sini bagus. Yaudah aku di sini saja."

    Gadis itu memberikan cengiran tanpa dosa kepada mereka setelah Reivant berhasil membebaskan telinganya dari jeratan kain kimono.

    Satu notifikasi masuk dari Pras. Matanya agak melotot setelah membaca pesan singkat itu.

Papa:
Pulang. Sekarang.

Suruh Pak Tio.

Kalau mereka nggak mau
pulang, tinggalkan mereka.

🔅

    Dua hari kemudian, Reivant beserta rombongan, berangkat menggunakan mobil sekolah. Kini mereka, para peserta KSN sedang menuju lokasi pengerjaan olimpiade.

    Reivant tidak satu mobil dengan Adara. Namun, ia tidak khawatir, karena sudah memiliki ajimat.

    "Lo kenapa, seuseurian sorangan?" tanya rekan belajarnya, yaitu peserta KSN geografi. (Senyum-senyum sendiri)

    "Hehe, punya jimat penenang," jawab Reivant, membuat teman di dekatnya kaget dan mulai penasaran. "Kepo! Sana, huss huss." Reivant mengusirnya.

    Jimat penenang yang dimaksud Reivant adalah, foto Adara sewaktu memakai kostum kucing dan kimono dalam versi cetak.

    Dan benar saja, Reivant menjadi lebih tenang dan bahagia karena foto gadis menggemaskan itu. Sepanjang mengisi jawaban, Reivant mengelus saku seragam yang berisikan dua foto cetak Adara.


🔅

    Keringat Reivant mulai bercucuran. Setahun lamanya  Reivant memendam rasa kepada Adara. Hingga hari ini, ia akan mengungkapkan perasaannya kepada gadis itu!

🔅

    Reivant mulai menduga-duga, apa yang sebenarnya telah terjadi, ketika ia menemukan foto itu.

🔅

    Apakah kembang apiku, akan padam begitu saja?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top