Chapter 8 - Ayo Meninggoy
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori! Disini nggak ada bahas teori! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
Selesai dengan urusan di sekolah dan terbebas dari kejaran leher panjang, sekaranglah saatnya bagi mereka bertiga bebas mengeksplorasi tempat lainnya lagi yaitu rumah sakit.
Sebelum diceritakan bagaimana nasib [Name] dan kedua orang lainnya di rumah sakit, disini akan sedikit diceritakan sebuah kisah dimana mereka saat ini sedang berteduh karena Six dan [Name] yang lagi menggigil. Karena keduanya nggak pakai jaket, mantel, atau apalah itu, sudah jelas mereka berdua akan kedinginan disaat cuaca lagi nggak cerah.
Cuaca di dimensi itu selalu nggak cerah deh kayaknya. Ga ngerti juga apa penyebabnya.
Selagi berteduh, Six ga sengaja nemu mantel kuning di salah satu ruang. Sebenernya, [Name] mau minta tolong ke Six biar mereka bisa berbagi mantel. Melihat mantel kuningnya cuma satu, [Name] jadi diem dan lebih baik ngalah ke Six. Dia juga takut dimakan kalau ngelawan.
"Mau pelukan?" Mono lebih dulu inisiatif merentangkan tangannya lebar-lebar berharap [Name] mau dipeluk sama dia.
Sesuai dugaan Mono, kali ini [Name] nyamperin Mono berada dan mau dipeluk sukarela sama Mono.
Kok tumben nih anak? Pikir Mono yang udah meluk [Name] di dekapannya pada saat itu.
Baper sih, jantung [Name] aja udah ga karuan pengen lari. Tapi karena [Name] lagi butuh kehangatan di hari hujan, [Name] iyain aja apa mau Mono.
Awalnya, Six juga ngeliat sebentar kedua orang yang lagi pelukan tadi. Setelahnya, pandangannya dia alihkan untuk nyari satu mantel yang bisa dipakai [Name].
Untung ga kena makan kamu mbak [Name].
"[Name], aku nemu sesuatu," ujar Six.
[Name] yang masih ada di dalam dekapan Mono langsung aja pergi nyamperin Six. Dia juga ga mau bayangin dirinya udah ada di dalam perut Six kalau dirinya nggak cepet-cepet nyamperin Six.
Melihat [Name] dorong dia, Mono jadi cemberut. Istilahnya ga punya semangat hidup. Kesel juga kalau Six ngambil [Name] dari dia.
Uhuy, mulai kebalik nih ye. Biasanya si Mono bakal minta gandengan tangannya ke Six bukan [Name].
Dengan kuasa author di fanfic ini, apasih yang nggak mungkin?
"Kamu nemu apa?"
"Aku nemu ini." Six menyerahkan salah satu mantel kuning yang dia temukan dari balik tumpukan box.
[Name] paham sekarang. Mungkin aja si Six maunya [Name] makai tuh mantel biar bisa couple bareng-bareng. Tapi kalau diingat-ingat lagi, pasti nggak mungkin juga.
Masa si Six yang orangnya suka makan orang mau berbagi dan couple-an sama makhluk mars?
Maksudnya makhluk mars tuh [Name] sendiri. [Name] kan udah melakukan lintas dimensi.
Melihat tatapan Six yang datar banget, [Name] jadi takut dan cepat-cepat makai mantel kuning pemberian Six. Padahal Six cuma baru natap, belum di 'NGAP' dan masuk ke perut.
[Name] mutar-mutar badan dia sekalian ngeliat mantelnya pas di dia atau nggak. Ternyata pas banget. [Name] berasa lagi nge-cosplay Six di hadapan orangnya sendiri.
"Mirip."
"Eh? Mirip siapa--" pertanyaan [Name] terhenti ketika ngeliat senyuman tipis Six.
Menyadari [Name] menatapnya, tudung yang udah dia pakai dia majuin lagi sampai nutupin wajahnya. Setelah itu pun, Six cuma ngalihin pandangannya.
"Bukan apa-apa."
'Bukan apa-apa begimane ini? Lu tadi senyum mengerikan bangsul-- eh, jangan bilang kalau dia lagi lapar dan dia udah punya rencana mau makan aku?!'
"Mampus kan lu udah ditargetin jadi mangsanya dia."
'Apaan sih lu berisik banget?! Diem napa?!'
"Bukannya bermaksud untuk ngebacot ya buk, tapi dugaanku bener nih. Kau dapet mantel kuningnya kan? Sesuai kata-kataku yang sebelumnya di sekolah, kamu pasti gagal kali ini."
'..., Lu juga daritadi udah ngebacot, itu apa dong namanya? Dan lagi, kalau misalnya bener aku gagal kali ini, ngapain kau milih aku Bujank?!'
"Maap, nama saya bukan Bujank."
'Bodo! Ngebacot sama lu malah makin bikin kepala w mau meledak.'
"[Name]?"
[Name] terkejut mendengar Mono memanggilnya. Geleng-geleng kepala untuk meredakan pusing sebentar, [Name] beralih menatap Mono.
"K-Kenapa--" pertanyaan [Name] terhenti kembali ketika dia menyadari tangan Mono udah siaga satu mau megang dia.
"Kita lanjutkan perjalanan lagi?" Tanya Mono membuat wajah [Name] memerah dengan jantung ga karuan berdebar. Untung udah makai tudung, jadi ga terlalu memalukan kalo dia lagi blushing di depan doi.
"O-oke."
Kini, sampailah [Name] dan kawan-kawan berada di sebuah rumah sakit.
Ahay 'kawan-kawan'. Macam kartun aja.
Seperti biasa, kali ini pun Mono yang selalu memimpin jalannya para ciwi-ciwi. Yang membedakan dari game dan fanfic ini cuma dari kebiasaan Mono yang mau gandengan bareng [Name] doang. Six nya jadi anak piyik ngikutin induknya di belakang.
Ga tau dia lagi ngapain. Walau udah ngeliat perkembangan sikap Mono ke [Name], Six malah ga ada nunjukin gejala kejang-kejang-- salah, maksudnya gejala seseorang yang lagi cemburu.
Mau makan [Name] aja kayaknya dia ga niat banget.
Menelusuri setiap ruang rumah sakit yang ditemani dengan cahaya ilahi dari senter yang Mono pegang, [Name] cuma bisa komat-kamit baca sesuatu berharap dirinya selamat di tempat bos kali ini.
Menemukan pintu yang masih tertutup, mereka bertiga mulai dorongin tuh pintu biar kebuka. Six di kiri, Mono di kanan, [Name] di tengah.
Udah di dorongin sekuat tenaga, akhirnya tuh pintu bisa kebuka juga, tapi si [Name] malah bablas ga ada rem mau berhenti sehingga dia hampir aja jatuh dari ketinggian ruangan yang ga ada lantai kalau Six nggak sigap megangin tangan dia.
Tangan Mono juga mau nyambar tangan [Name] biar [Name] bisa naik dengan mudah dibantu sama Six. Tangan Mono dan [Name] baru aja mau nyentuh belum megang, tiba-tiba aja tangan [Name] yang udah megang tangan Six kayak licin gitu. Makanya sekarang dia lagi terjun bebas.
Terjun bebasnya nggak sendirian, dia ditemenin sama Mono. Teriakan [Name] yang tadinya berisi semua umpatan yang mau dikeluarkan dia tahan lagi.
Asik~ jadi berasa ada di anime hujan yang nenggelemin satu Tokyo. Kan si cowok melayang mau nyamperin si cewek di atas langit.
"M-Mono, kardusnya!!!" [Name] teriak nunjukin kardus yang terbang dan lepas dari kepala Mono hingga ketampanan Mono terekspos lagi.
Pengen aja [Name] jejeritan ngeliatn ketampanan Mono kali ini, tapi timingnya nggak pas banget.
"Aku ga peduli! Yang penting kamu selamat!"
'Ugh, aku merasa jadi beban. Maafkan aku Mono. Aku harus tau dulu gimana sistem gamenya bekerja. Orang yang ngirim aku juga ga bertanggung jawab banget.'
Tangan [Name] udah Mono dapatkan, kini saatnya dia nunjukin jurus andalannya yaitu dekap [Name] di pelukannya. Posisi jatuh mereka juga udah diubah sama Mono hingga si [Name] ada di atas Mono.
Main peluk mulu nih berdua. Kapan k*ssu nya?
Kayaknya nanti aja deh. Takut dibaca para bocil malah nggak baik. Apalagi dibaca sama orang yang jantungnya lemah banget.
Udah jatuh nih mereka. Mereka udah nyampe ke dasar hotel, nyentuh tanah banget. Mononya aja sih yang nyentuh, [Name]nya nggak. Tapi [Name] masih bisa ngerasain gimana rasa sakitnya waktu dia jatuh.
Berasa kayak ada di dalam game aslinya, ketika [Name] buka mata pun [Name] dan Mono udah ditransfer kembali ke checkpoint.
"Bagus banget kamu ya, minta tolongnya ke doi biar bisa nyelametin hidupmu yang mau dijemput maut."
'Sebentar, aku mau nanya. Kalau aku beneran jatuh sendiri tadi, aku bisa ditransfer ke checkpoint kayak tadi nggak?'
"Kau pikir dirimu tokoh dalam game?"
"Sudah ku duga aku ga bisa ngelakuin itu. Makasih Mono."
"Sama-sama, [Name]."
Menoleh mendengar sumber suara, samar-samar [Name] bisa melihat mata Mono yang tersenyum dari balik kardus.
Jadi? Yang tadi itu Mono tau kalau dia lagi jatuh barengan sama [Name]?
Bagus. Wajah [Name] seketika memerah kembali ketika mengingat wajah Mono yang terekspos jelas tanpa kardus.
Pingsanlah sudah [Name] saat ini dalam dekapan Mono. Six cuma cengo doang, ga tau apa-apa kenapa si [Name] bisa jadi begitu.
.
To be continue ....
Selamat pencapaian 1k votenya, watashi no sutori~
1267 word
Resaseki12
Kamis, 18 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top