Chapter 6 - Ketemu Six
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori! Disini nggak ada bahas teori! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
"Ugh! Aku dimana?" [Name] celingukan sesudah bangun dari pingsannya.
"Eh, ini siapa? Kapan aku jalan sama dia? Btw, aku siapa?"
Kok mendadak jadi amnesia gini? Pingsannya aja ga seberapa, bisa-bisanya dia sudah lupa tempat dan diri sendiri.
"[Name], kamu sudah bangun?"
Tiba-tiba aja suara Mono menginterupsi [Name] untuk noleh ke dia.
Setelah sekian lama [Name] mengamati Mono dari ujung kepala yang memakai kardus sampai ujung kaki tanpa alas, barulah [Name] bisa sadar dan ingat terakhir kali yang dia lakukan sebelum pingsan.
"Oh iya! Aku ingat kalau kamu mengekspos ketampananmu!"
Mendengar celetukan tak punya hati [Name] membuat wajah Mono seketika itu juga memerah padam lagi untuk kesekian kalinya.
"U-Udah, [Name]. Yang itu jangan dibahas lagi."
"..., o-oke."
'Padahal aku mau mengabadikan moment itu di dalam otakku. Oh, sh*t. Bahkan akupun udah lupa sama wajah tampannya tanpa kardus.'
Nggak punya akhlak banget kamu sempat-sempatnya mikirin begituan. Mending kamu liat situasi sekarang daripada bacot ga jelas di ruangan yang ada leher panjangnya di samping ruang.
Oh, iya. Sepertinya memang masih belum dijelaskan dimana [Name] dan Mono berada sekarang.
Sekarang ini, [Name] dan Mono sudah ada di salah satu ruangan sepi dengan satu rak buku yang akan mereka panjati nanti untuk bisa sampai ke lorong berikutnya. Di samping ruang itu juga ada si leher panjang yang lagi mempersiapkan kelas atau bedah-bedah sesuatu di ruang biologinya.
Lagi buat eksperimen atau apalah itu juga ga tau.
Inget adegan dimana Mono naik ke atas meja dan harus ngendap-ngendap dari satu botol kaca ke botol kaca yang lain agar dia bisa sampai ke ruang sebelah lewat jendela? Disitulah Mono dan [Name] berada sekarang.
Selagi [Name] pingsan, Mono yang gendongin [Name] dari belakang biar cepat nyampe ke tempat tujuan selanjutnya.
Sesudah nyampe ke tempat tujuan yang mengharuskan si Mono manjat ke rak buku, Mono nyerah dan lebih memilih bangunin [Name] di samping rak buku.
Ya iyalah harus begitu. Gila aja si Mono harus manjat ke rak sambil gendong [Name] yang nggak sadarkan diri. Bisa-bisa mereka berdua bakalan di 'NGAP' sama tuh guru dan jadilah 'NGEP'.
Manjat pakai tangan satu sambil gendong orang pingsan di belakang? Yang ada malah nyampe ke alam lain.
[Name] melihat dimana ada satu rak buku disana sekali lagi dari atas sampai bawah.
"Kita tinggal naik aja nih?" Mono mengangguk menjawab pertanyaan [Name].
"Kamu duluan yang naik."
Sesuai dengan perintah Mono, [Name] nurut aja dan naik terlebih dulu lalu menunggu Mono di atas rak buku sebelum dirinya masuk ke lorong menuju ruangan berikutnya.
Memasuki lorong satu-satunya yang ada di atas rak, Mono masuk lebih dulu sebagai komando jalan bagi [Name]. Disela-sela itu juga sepertinya Mono ingin mengambil kesempatan dengan menggenggam tangan [Name] disepanjang lorong.
Walau terlihat jelas kalau Mono memang nggak sengaja ngelakuin itu, apa yang terlihat di mata [Name], pasti ujung ga akan berujung dengan kebaikan. Sekarang aja [Name] masih memikirkan suatu kemungkinan bahwa Mono saat ini sedang modus padanya.
Biasa, dia suka banget berfantasi dalam pikirannya, ngayal, atau ngalu kalau bahasanya anak dari dunia online. Sama aja kayak kalian dan author.
"Ada mereka lagi," ujar Mono sesampainya di ujung lorong, pindah ke ruangan berikutnya, dan melihat beberapa anak keramik di koridor.
[Name] ingat betul dengan adegan ini.
Di adegan ini, Mono banyak berjasa banget buat ngalahin semua anak kepala keramik dan nolong Six ketika sudah sampai di WC sekolah.
'Mampus, aku lupa harus nyelametin Six secepatnya,' batin [Name] mengutuk dirinya sendiri.
'Mudahan aja si Six ga 'NGAP' aku. Six kan baik orangnya.'
"Tetap di belakangku, [Name]. Jangan jauh-jauh dariku."
"O-oke."
Saat Mono mengambil palu di tempat dia berdiri dan [Name] sudah berada di posisinya untuk melindungi diri, mulailah aksi pembantaian anak keramik yang dilakukan Mono.
Setelah suatu kejadian di ruang makan yang membuat [Name] trauma itulah [Name] jadi lebih penurut dari sebelumnya. Salah satunya juga karena buchin.
Semua anak yang ada di sana sudah Mono bantai ala prikopat. Jiwa-jiwa psikopatnya Six mungkin aja sudah nurut ke diri Mono. Bisa aja si Mono nggak rela kalau [Name] bakal diculik untuk kedua kalinya.
Terus, apa jadinya Six sekarang? Kau tak khawatir dengan Six?
Biasa, yang namanya cerita pindah dimensi dari kebanyakan cerita di aplikasi oren ini pasti bakal dibuat berubah dari cerita aslinya.
Makanya, beberapa kali sudah diberikan clue kalau Mono sudah nganggap [Name] tuh '[Name]-nya Mono'. Perlu penekanan ketika menyebutkannya, oke?
Kalau sampai [Name] tau hal ini, bisa jadi jantungnya olahraga, tubuh kejang-kejang, dan kalaupun semisal masih ada guling kesayangan, [Name] gigitin atau mukulin tuh guling sepuasnya.
"Itu Six!" Teriak [Name] heboh.
Itu baru di luarnya aja. Berbeda lagi kalau di dalamnya.
'Duh, malaikat mautku dah muncul!'
Mendengar teriakan heboh [Name] membuat kedua anak yang mengikat Six sampai jadi menggantung terbalik merasa terancam dan harus nyulik [Name] juga sebagai gantinya Mono menyelamatkan Six.
Udah makin teriak-teriak ketakutan [Name] ngeliat dua anak keramik mau nangkep dia. Untungnya, Mono masih ada di depan dan masih memegang palu andalannya sehingga [Name] berhasil selamat.
Kau ganggu dia, ku mokadin kamu. Mungkin begitu apa yang dipikirin Mono.
Terus? Kamu nyelametin Six-nya kapan mas?
Udah gapapa. Selagi saya yang jadi author, saya buat kalian olahraga jantung dulu. Senyam-senyum sendiri kayak orang gila juga gapapa selagi itu menyehatkan pipi.
"Kamu gapapa?"
"Iya gapapa. Tapi cepat kau selamatkan dia sebelum dia makan aku!" [Name] menunjuk Six yang menggantung dengan suara yang makin dipelankan di kalimatnya yang di garis bawahi.
Batin [Name] sudah berusaha keras meyakinkan kalau Mono ga dengar apa yang dia bilang di kalimat akhir. Nyatanya, Mono malah benar-benar dengar semua yang [Name] katakan.
Alisnya aja udah dia kerutin karena bingung apa yang [Name] maksud 'dia makan aku'. Tapi karena ketutupan kardus, [Name] jadi ga sadar kalau Mono lagi penasaran.
Mono udah ngancurin kayunya biar Six turun-- lebih tepatnya jatuh dari atas ke bawah. Ga sakit apa?
Mungkin aja Mono tau kalau Six ini berbeda dari [Name]. Six lebih punya fisik yang kuat, sedangkan [Name] kayaknya lemah banget.
Iyalah bangsul. Kalian punya kekuatan super, [Name] disini cuma manusia biasa. Ya iyalah mokad kalo kau suruh dia jatuh dari bangunan berlantai! Bukannya kayak kau yang dikasi mimpi buruk doang terus kembali ke check point!
Jangankan gitu, disuruh jatuh kayak Six sekarang aja mungkin si [Name] udah jejeritan kesakitan! Ga kayak Six yang diem aja waktu dijatuhin!
Herman aku sama kamu mas! Kamu ini polos atau bego?!
"Aduh, kupingku gatal."
"Eh, samperin dia! Kok kamu diem, Mon?!"
[Name] yang awalnya ada di belakang Mono berusaha dorongin Mono dimana Six berada setelah dia buat Six jatuh dari atas. [Name] mikirnya Six pasti kesakitan sekarang walau dia ga bilang.
"I-iya [Name], aku samperin sekarang."
Tepat berada di depan Six, Mono mulai mengeluarkan jurus andalannya yaitu ngomong 'Hey' ke Six biar Six bangun. Bener aja apa yang akan diduga, Six langsung terbangun dari tidur, menatap sekeliling yang pada akhirnya menatap Mono, lalu memegang tangan Mono disaat dirinya oleng.
Sudah selesai dengan urusan Mono, kali ini Six menatap [Name] yang ada tepat di belakang Mono. Gaya [Name] kayak ketakutan gitu waktu liat Six natap dia. Padahal Six lagi penasaran sekarang sama [Name], kenapa [Name] bisa sampai setakut itu.
'Dia ga tau kami lama nyelametin dia kan? Dia ga tau kalau aku yang buat kami lama nyelametin dia kan? Plis Six, kamu kan baik, pasti kamu ga akan mungkin mau makan yang ga ada dagingnya kayak aku.'
Plis, [Name]. Kalau kau nggak punya daging, selama ini kamu jalan dan bergerak pakai apa? Kayu?
.
To be continue ....
1272 word
Resaseki12
Rabu, 10 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top