Chapter 4 - Mono Berjasa
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori! Disini nggak ada bahas teori! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
"Mono, berdiri sekarang!"
Dalam satu kalimat yang [Name] ucapkan, Mono nurut gitu aja dan dengan sigap berdiri tanpa bertanya.
'Duh, doi ku udah ga polos lagi pake posisi kayak tadi. Ku kutuk kamu bocah keramik!'
[Name] mengibaskan sisa debu yang menempel di baju. Hal itu sukses membuat Mono panik. Biarpun keliatannya [Name] lagi ngelakuin hal sepele, tapi kalau di mata Mono, [Name] lagi sakit sekarang.
Polos banget sih kamu. Pengen tak peluk jadinya.
"Aku hancurin pintunya yang terkunci dulu." [Name] mengangguk menyetujui membuat Mono yang bertanya dengan sigap langsung menghancurkan pintu tersebut dengan pipa besi yang sebelumnya digunakan menghancurkan kepala bocah keramik.
Bocahnya juga berani banget gangguin [Name]. Karena perbuatannya sendiri tuh yang buat kepala dia hancur dihancurin Mono. Mungkin aja Mono mulai punya sedikit rasa peduli sama [Name], jadi dia nggak mau [Name] kenapa-napa.
Setelah pintunya hancur, Mono ngajak gandengan tangan [Name] lagi dan nyuruh masuk ke lorong kecil gitu.
Taulah pasti yang nonton Little Nightmares 2.
Di adegan ini pun, Mono nyuruh [Name] duluan naik. Mono maunya biar si [Name] nggak susah juga naik ke atasnya. Ntar kalau Mono sudah duluan naik dan dia narik [Name] dari atas, takutnya si [Name] ga kuat naiknya.
Kalau Mono yang terakhir walau tarikan [Name] nggak berefek buat dia naik nggak kayak Six, Mono masih bisa naik sendiri.
Inget aja kalau bocil yang satu ini alias Mono adalah bocil yang nggak biasa karena punya kekuatan sejak lahir.
Apa hubungannya?
Ketika mereka sudah melewati langit-langit sekolah yang kebanyakan dibantu dan lebih berjasa Mono untuk nutupin mulut [Name] rapat-rapat selagi sembunyi, Mono yang jatuh duluan saat mereka sudah ada di ruang perpustakaan(?) mungkin.
Niatnya Mono mau nangkep [Name] dari bawah. [Name] kan perempuan, nggak mungkin juga [Name] bisa tahan banting, pikir Mono.
Sesudah turun, Mono cuma 'Psst' gitu ke [Name]. Tangannya juga membantu mengisyaratkan [Name] biar dia turun segera.
Dia sudah siap kok, tenang aja. Mungkin begitu apa yang dipikirkan Mono.
Sebelum turun, entah kenapa [Name] malah teringat sesuatu. Di ruangan ini, bisa dipastikan dia nggak akan selamat. Belum apa-apa pasti udah game over duluan mengingat betapa brutalnya guru killer kalau lagi marah. Sama aja kayak di dunia nyata.
[Name] geleng-geleng kepala kuat nggak mau turun. Tapi Mono tetep aja nge-'Psst'-in [Name]. Tangannya udah dia rentangkan di depan.
Ngeliat tindakan Mono, [Name] jadi mikir. Mono paham maksud ketakutannya [Name] nggak sih?
"Yaudah turun aja lah ya. Bodo amat kalau game over terus di 'NGAP' sama tuh guru."
Memejamkan mata rapat-rapat, komat-kamit baca mantra-- bukan, maksudnya berdoa dalam hati, dan mengucapkan sumpah serapah yang ga tau lagi kali ini Mono bisa denger atau nggak. Yakali Mono bisa denger dari jarak sejauh itu.
"Makasih banyak, Mono." [Name] menepuk bahu Mono beberapa kali lalu segera turun.
"Oh, kamu ambil topimu dulu di atas sana."
Melihat dimana suatu di atas salah satu rak yang [Name] tunjuk, Mono mengangguk paham dan tanpa bertanya langsung naik ngambil topi dan turun gitu aja.
"Kamu dapet topi kaleng ya? Pake dong~" goda [Name] yang membuat wajah Mono memerah padam karena malu.
Anak polos gitu digodain. Ya iyalah malu.
"Topinya buat kamu aja kalau kamu mau ngerasain pake topi." Mono ngasih topi itu cuma-cuma. [Name] yang mendapat perlakuan spesial dari Mono malah bengong.
'Ini nggak spesial oy! Di sepanjang game aja, Six ga pernah dikasi topi cuma-cuma kayak skarang! Bisa mati di tangan Six aku kalo Six tau ini.'
"Udah, topinya kamu simpen aja kalau kamu ga mau ganti." [Name] tertawa hambar nyerahin balik topi kaleng yang dikasih.
Sesudah disimpen, [Name] naik tangga lebih dulu sesudah tangganya digeser ke samping karena suruhan Mono. Diperintah sama doi sih [Name] nurut aja. Beda cerita kalau situasi atau tempatnya lagi nggak dukung buat selalu nurut suruhan Mono.
Contohnya aja kayak sekarang ini.
[Name] tau kalau tuh guru bakal nungguin di rak buku sampai ubanan-- maksudnya sampai mereka menginjakkan kaki di rak itu dan bikin bukunya jatuh. Nanti kan enak di jumpscare.
Serah lu dah developer.
"Kamu tunggu sini."
"Nggak mau!"
Kedua kalinya setelah di ruang kelas sebelumnya [Name] nolak perintah Mono.
Tenang, dia teriak nggak pakai nada. Dia cuma bisik.
Ngomong-ngomong, ogah banget [Name] ditinggal sendirian di rak itu. Bisa aja waktu si Mono lewat, gurunya nggak sengaja liat [Name] langsung di 'NGAP' tanpa nanya.
"Ini tuh bahaya! Kamu ga akan kuat!"
"Tapi kamu perempuan, [Name]. Biar aku lewat dulu--"
"Kalau gitu, aku di 'NGAP' aja sekalian sama tuh guru--"
"Iya iya! Ayo bareng!"
Jahat banget kamu [Name]. Kamu pakai ajaran siapa itu? Ngancem anak polos secara nggak langsung.
Liat aja wajah nggak berdosanya yang lagi senyam-senyum gitu waktu digandeng sama Mono. Kalau si Six liat ini, gimana jadinya ntar?
Sesudah mereka berdua turun dari rak yang membuat seonggok buku jatuh dari rak, [Name] langsung aja narik Mono biar larinya cepet.
Bener dugaan [Name]. Si guru waktu denger bukunya jatuh langsung di jumpscare nampilin kepalanya dengan leher panjang. Hampir aja kakinya kepeleset waktu lari kalau nggak gandengan tangan sama Mono.
Mono ngangkat tubuh [Name] naik ke rak dan [Name] narik Mono balik dari atas rak biar si Mono nggak sempat di 'NGAP'.
Apaan sih, di 'NGAP' mulu bahasanya?
Kerja sama mereka berdua udah mulai membuahkan hasil dari awalnya saling gandengan tangan biasa doang kayak bocil pacaran. Mereka saling tarik-menarik nih. [Name] narik Mono ke atas rak, Mono narik [Name] biar cepetan masuk ke dalam rak.
Mulai aktif ya bun. Untung anaknya dikasih minum premium.
Habis dari larian di atas rak, kan ada tuh, adegan si Mono manjat ke rak buku bentuknya bundar dan si guru main lirik itu rak memastikan sesuatu yang jatuhin buku. Serius, di adegan yang ini serem pakai banget.
Gimana nggak serem, nakutin, dan bikin jantung marathon? Gurunya kayak ular gitu, manjangin moncongnya terus di 'NGAP' kalau ada mangsa.
Author aja merinding 3 hari waktu nyampe mainin sampai di rak bundar itu.
Dan sekarang, [Name] harus praktek. Real tanpa nego. Ibarat kayak main game, tapi tubuh kita sendiri yang jadi perantara.
Kalau udah mokad, yaudah mokad aja. Nggak ada kata game over terus ngulang di check point.
Namanya juga real.
"Kamu tunggu disini."
Kali ini, [Name] ngangguk aja karena dia takut jatuh nanti efek panik salah pegang. Tumben nurut.
Kayaknya Mono juga tau kalau kali ini si [Name] takut mau bareng manjatin rak buku. Makanya dia nyuruh lagi buat mastiin [Name] tuh orangnya nekatan atau nggak.
Disepanjang Mono ngelabui guru leher panjang, disepanjang itu juga [Name] jejeritan gaje tapi pelan. Kukunya udah dia gigitin berharap si Mono selamat.
Tapi yang namanya Mono, pasti semua rintangan berhasil dia lalui. Kan anaknya pinter, berbeda sama kamu alias [Name] dan Author.
"Psst, hey." Mono melambai nyuruh [Name] dateng ke dia.
'Wah, tuh anak horor banget sumpah. Yang serem kayak tadi aja dia nggak takut.'
Melewati kedua rak, [Name] lompat menyebrangi lautan-- salah, bukan itu. Mana ada dalam kelas ada lautan. Kalau lautan bocil keramik sih mungkin aja.
Sewaktu [Name] nyebrang, kedua kalinya [Name] ditangkep sama Mono. Iya, dipeluk gitu sebelum akhirnya dilepasin juga.
Udah jangan mimisan kalian yang baca. [Name] aja sanggup nahan jeritannya, masa kalian nggak?
.
To be continue ....
1213 word
Resaseki12
Senin, 1 Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top