Chapter 20 - Cobaan Berat
Peringatan!
Nggak ada sangkut pautnya tentang teori game! Disini nggak ada bahas teori game! Ingat, ini hanya ff LN x reader! Seluruh ceritanya akan saya ubah sedikit demi kenyamanan bersama!
.
"[Name], kamu harus pakai ini juga. Aku nggak mau kamu kedinginan."
Mendengar penuturan Six barusan membuat nyali [Name] seketika ciut. [Name] ngambil tuh mantel kuning yang udah disodorin Six dengan gugup sambil nelen salivanya beberapa kali.
Mono masih mantengin dari kejauhan. Dia cuma duduk di atas box dengan dagu yang sudah berpangku tangan kanannya.
Dia masih natep Six intens dari atas sampai bawah.
Ga tau, saya ga dengar, saya kan *pip*. Kayaknya dia lagi cemburu ngeliat [Name] yang lebih banyak ngabisin waktunya bersama Six deh.
Ternyata, disini Six keliatan perhatian juga sama [Name].
"Mau sekalian ku kepangin rambutmu kayak sebelumnya?"
"E-Eh?"
"Biar aku aja." Mono narik tangan [Name] dan sedikit jauhin Six dari [Name]-nya dia.
Fix sih, nih anak lagi cemburu. Bocil-bocil udah kenal cemburu rupanya.
Warna wajah [Name] yang memerah makin menjadi dikala dirinya sadar Mono udah mulai ngepangin rambut dia. Belum lagi tangan Mono beberapa kali udah nyentuh leher [Name] yang ngebuat dia merinding disko.
"Kamu gapapa?" Tanya Six dengan tangan yang udah dia satukan sama dahi [Name]. Biarpun ekspresinya keliatan datar, tapi keliatan banget kalau Six lagi khawatir sekarang.
Ngeliat tangan Six seenaknya nyentuh jidat [Name] seketika itu juga Mono refleks narik rambut [Name] yang udah selesai dia kepang dan ngebuat posisi kepala [Name] nyatu di dada Mono.
Mono sama Six mulai aktif ya bun?
'Ini ada apa sih sebenernya?!'
Oke, lupakan aja jeritan hati [Name] yang udah ga karuan itu dan kembali ke TKP.
Mereka bertiga udah ada di rumah sakit cinta. Seperti biasa, genggaman tangan Mono masih nggak mau lepas dari [Name].
Bukan itu aja, bahkan genggaman tangan Six pun dari salah satu tangan [Name] juga ga mau lepas sewaktu [Name] pertama kali nawarin buat gandengan tangan.
[Name] kasian aja liat Six jalan di belakang mereka berdua. Berasa kayak nyamuk, dan [Name] tau jadi nyamuk tuh nggak enak.
Masa bodo dengan dirinya yang mau dilahap Six atau nggak nantinya. Yang pasti, [Name] udah berusaha semaksimal mungkin membangun hubungan baik dengan Six.
Pikiran [Name] sih ngomong kalau Six nggak akan makan dia kalau dia udah dekat sama Six. Tapi yang namanya Six, kalau diliat dari Little Nightmares pertama, pikiran itu cepet-cepet [Name] ilangin gitu aja.
Tujuannya sekarang, jangan sampai karena dia udah deket sama Six, kewaspadaannya jadi kendor.
Menjelajahi rumah sakit, [Name] nggak suka jatuh disengaja kali ini berkat gandengan tangan mereka berdua yang ngebatalin mokadnya [Name].
Tiap kali [Name] ga sengaja liat layar sistem yang muncul di hadapan, tiap kali itu juga jalan yang [Name] lalui selalu berlubang.
[Name] juga mau bantuin Mono nyari ... view(?) yang untuk bukain lift mereka nanti. Tapi gimana mau bantuin kalau [Name] aja selalu jadi beban hidupnya Mono selama perjalanan.
Mono-nya sih nggak masalah kalau [Name] jatuh secara disengaja maupun nggak. Dari gelagatnya Mono aja udah keliatan banget kalo dia buchin sama [Name]. Makanya Mono rela mau nolongin [Name] berapa kali pun Mono-nya nggak bakal protes.
Hayu senyam-senyum sendiri sini selagi saya buat kalian baper.
Oh ya, si Rayap dan juga beberapa para manekin dan tangan hantu udah [Name] ilangin beberapa demi kelancaran jalan masa depan Mono dan [Name] bersama.
Salah sendiri si Rayap dan beberapa monster lainnya naksir [Name], diilangin kan jadinya?
Waktu terus berjalan tanpa henti selagi mereka mau pergi ke tempat tujuan selanjutnya. Para tokek yang lagi fokus sama layar tv nggak beranjak dari posisi mereka berdiri.
Iya, disini 'the viewers' kita panggil 'tokek' aja. Atau mau yang lain?
Adegan mereka ditimpa batu besar dan Six diculik juga masih sama persis dengan sedikit perbedaan karena [Name] kali ini makai kekuatan penghilangnya dia untuk ngelindungin Mono dan Six dari batu besar. Salah sendiri mereka naksir [Name].
Adegan kejar-kejaran dengan salah satu orang-- maksudnya iblis bertopi fedora rambut kriting item yang ada di fandom sebelah juga sama persis, belum lagi kejar-kejaran sama tokek yang beranak.
Beberapa dari tokek itu juga [Name] ilangin pake kekuatan dia sebelum akhirnya Mono nyeret dia masuk ke dalam layar tv.
Entahlah tuh anak ngilangin tokeknya pake cara apa. Padahal Mono yang baru deketin mereka 5 senti aja udah KO.
"Kamu gapapa?" Seperti biasa, Mono nanya khawatir kesekian kalinya dengan posisi yuka-don.
Yuk teriak yuk, gigit bantal di rumah. [Name] mah jejeritan aja dalam hati.
"I-iya, a-aku gapapa." [Name] ngomong gitu sambil ngangguk kaku kayak robot. Biasa bun, dia salting.
Beralih dimana adegan mereka udah memasuki kejar-kejaran sama Jelangkung, [Name] makin dibuat teriak tertahan karena Mono berniat ngelindungin [Name] kali ini. Lepas kepala kardus dengan mengekspos ketampanan yang tiada tara dari seorang anak bernama Mono sambil berdiri gagah tepat di depan [Name].
Kalo gini mah udah pasti author pun ikutan pingsan kayang kayak setan!!!
'Mono!!! Ternyata kamu udah besar!!!'
"Kamu baru nyadar kalo aku udah besar, yang?"
'Masa bodo! Bukan kau yang aku omongin!!! Kau tuh udah bujank lapuk!!!'
"Seperti biasa, kata-katamu selalu menyakitkan. Tapi dari sisi itulah aku bisa suka sama kamu yang~"
'JIJAY WOE, DASAR KAKEK BUJANK!! W LEBIH MILIH MONO YANG KECIL DAN MASIH POLOS PLUS SUCI DARIPADA MONO YANG DAH GEDE DAN SALAH PERGAULAN MACEM LU!!!'
"Untung sayang. Kalau nggak, udah ku tempi' anda dari dunia ini."
Seperti biasa, pembicaraan si Jelangkung dan [Name] emang nggak ada yang beres. Untuk itu kita lewatkan aja demi kepolosan Mono.
Udah battle-battle seru nih ceritanya, sampai pada akhirnya Jelangkung kalah dan ngilang dari depan mereka.
"Bay sayang. Mudahan kamu beneran bisa jadi calonku di masa depan."
'..., Mau mati aja pesan wasiatnya gitu amat. Walau aku setuju sama keinginanmu kali ini.'
"Itu bukan surat wasiat kok, aku masih idup. Setelah ini selesai dan kamu berhasil nolongin May Chibi, aku masih punya sedikit kesempatan ketemu sama kamu sebelum aku ilang total."
[Name] cuma ngangguk paham tanpa membalas pernyataan Jelangkung.
Masih dengan pegangan tangan, Mono dan [Name] menelusuri setiap sudut ruangan dari menara untuk nyelametin Six dari menara ini. Salah satu tangan [Name] yang bebas masih berusaha keras dia taruh di depan hidung dan mulut biar nggak mimisan dan teriakannya nggak keceplosan.
Ngeliat kegantengan Mono kali ini yang terekspos jelas nggak kayak restart sebelumnya aja udah berasa surga dunia buat [Name].
Setiap lekuk wajah Mono [Name] perhatikan biar kegantengan Mono nggak sampai dia lupakan dengan mudah.
Sialnya, nggak ada hp [Name] yang selalu bisa mengabadikan setiap moment penting di hidup [Name]. Hp [Name] di dunia nyata aja udah dirusakin sama Mono, mengingat dari restart sebelumnya.
Mereka berdua berhasil ketemu ruangan Six dan kerjasama buat nyadarin Six. Sampai pada akhirnya, mereka bertiga harus lari dari reruntuhan menara daging yang penuh mata.
[Name] sudah nyusun rencana untuk lari lebih cepat dari mereka, bahkan dari Six, biar keliatan alami aja kalau dia mau berbuat sesuatu.
Disaat lari pun, [Name] harus maksain tubuh dan kakinya biar larinya kenceng kayak atlet.
Anak rumahan dan suka rebahan perawakan gembel kayak [Name] disuruh lari cepet 100 meter? Jangankan 100 meter, baru 5 meter aja [Name] udah mokad.
Tapi yang namanya mau nyelametin doi, mana mungkin [Name] bisa nyerah.
Usahanya untuk lari cepet dari mereka berdua nggak sia-sia rupanya. [Name] langsung tepar di tempat begitu udah sampai di depan gerbang yang membuat mereka keluar dari menara.
Tenang aja, doi nggak liat kok, begitulah pikiran laknatnya saat ini bekerja.
Six udah sampai di ujung, tinggal Mono seorang yang belum sampai disini. Inilah saatnya rencananya bekerja.
"Six, kamu jangan disitu aja. Kamu harus pergi sekarang. Biar aku dan Mono nyusul kamu."
"..., harusnya kamu yang lebih baik duluan. Biar aku dan Mono yang nyusul."
'GAK! GAK! GAK! GAK! GAK!!! KALO GITU, SIA-SIA DONG APA YANG KU LAKUKAN SELAMA INI?!!!' batin [Name] menjerit.
[Name] udah sadar dari pengulangan sebelumnya kalau Six emang beneran ada sesuatu yang disembunyikan sejak awal.
Ngeliat senyum manis tapi mengerikannya Six yang jarang dia tunjukkan aja udah bikin [Name] merinding disko.
Di satu sisi, [Name] juga punya dugaan atau sebuah teori yang membuat Six bisa jatuhin Mono disini. Melihat dari senyuman yang ditunjukkan dan air liur yang selalu menetes, [Name] bisa menyimpulkan kalau gejala lapar Six akan muncul kembali kalau towernya dihancurin.
Entah emang begitu, atau sejak awal Six emang udah punya 'dark Six' yang ngebuat dia lapar?
Tapi [Name] tau, kalau Six beneran nggak mau jatuhin Mono kalau bukan karena laparnya dia.
Jangan dianggap serius. Ini cuma teori dari beberapa para fans. Jadi, teorinya bisa benar dan bisa salah.
'Sangking fokusnya aku dengan Six, aku sampe lupa kalau Mono udah deket!!'
Beralih menyeret dan menggantikan posisi Six, [Name] udah siap sedia dengan tangannya yang ngebuat Mono berhasil nangkep tangannya dia.
Penderitaan [Name] belum cukup sampai disitu. Sesudah nangkep Mono dan mau narik ke atas, [Name] merasakan adanya gigitan di pundaknya yang membuat darahnya mengalir.
"S-Six?! K-Kamu ngapain?!" [Name] teriak setelah tau Six yang gigit.
'Tuh kan bener apa yang ku bilang! Ketakutanku selama ini terjadi juga!'
"Six! Kenapa kamu gigit [Name]?! [Name]! Kamu gapapa?!"
"A-Aku gapapa!"
'Perasaan pertanyaan itu mulu yang ada di dalam pikirannya.'
Dengan keadaan yang sudah begini, harusnya seseorang yang nggak jago olahraga macem [Name] bakalan ngelepasin tangan dia dari Mono. Tapi selama ini, [Name] tetap berusaha aja mempertahankan posisi mereka yang susah banget kalau kalian ada di posisi [Name].
'Ya tuhan! Tolong jangan mokadin aku skarang! Aku masih belum nyelametin Mono malah udah mau nyusul Sepen aja! Sepen, aim kaming sayang~'
.
To be continue ....
1571 word
Resaseki12
Senin, 17 Mei 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top